TS #7 - Memang Pangeran

148 19 12
                                    

"Ya ampun, takdir!"

- Daniza dan rasa percaya diri tinggi -

🎑

Selamat menggunakan kedua mata!

***

Daniza tidak bisa fokus pada pelajaran. Pikirannya melayang, dia masih mengingat tatapan orang-orang yang melihatnya aneh dan menertawakannya, tetapi yang paling tidak bisa dia lupakan dari ingatannya adalah tatapan sang pangeran. Mata pangeran Daniza sangat indah, diingatan Daniza, sang pangeran menatapnya teduh, tatapan berterima kasih karena Daniza sudah menyukainya dan akan membalas perasaannya. Tatapan yang tak akan bisa dilupakan bukan?

"DANIZA! KALAU MAU NGELAMUN, KELUAR AJA KAMU!" teriak Bu Sofi.

Bu Sofi adalah guru sejarah Indonesia, dia guru yang terkenal kalem. Tetapi dia sangat tidak suka jika ada siswa yang melamun saat dia sedang menjelaskan. Dia bisa berubah kejam, hal yang paling kejam dari Bu Sofi adalah suaranya, suaranya saat berteriak sangat menyakitkan telinga, bahkan suara Bu Romlah si maniak merah kalah. Suara Bu Sofi ini cempreng menyakitkan.

Daniza berdiri, dia bersiap untuk melangkahkan kakinya keluar kelas.

"Daniza, mau ke mana kamu?" tanya Bu Sofi bingung.

"Mau keluar, Bu, mau lanjut ngelamun. Kan ibu bilang kalau mau ngelamun keluar," ucap Daniza.

Wajah Bu Sofi memerah, dia terlihat marah. "Mau nilai kamu saya kasih warna, Daniza?"

Daniza menghela napas. Dia bingung, kenapa guru ini sangat tidak jelas? Tadi dia yang memerintahkan Daniza untuk keluar, sekarang dia mengancam nilai Daniza, maunya apa, sih?

Awalnya Daniza mau mengabaikan kata-kata Bu Sofi dan tetap melangkah keluar, tapi apa daya, saat mengikuti pelajaran saja nilai Daniza sangat pas-pasan, bisa-bisa dia benar-benar dapat nilai berwarna, bisa dibuang dari kartu keluarga dia.

Sambil menggembungkan pipinya agar terlihat imut, Daniza kembali duduk di bangkunya.

Saat akan kembali melanjutkan penjelasannya, ponsel Bu Sofi berbunyi. Bu Sofi izin mengangkat telepon dan keluar dari kelas sebentar. Tentu saja semua siswa mengiyakan.

"Lo kenapa, Jah?" tanya seorang gadis cantik berambut panjang dengan pipi bakpaonya.

"Hahh," jawab Daniza hanya dengan helaan napas.

Gadis yang bernama Alin itu mengangkat alisnya sebagai tanda bertanya kepada Stella yang duduk di sebelah Daniza.

Stella mengangkat bahunya sebagai tanda tidak tahu. Siti yang duduk di belakang Daniza mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa dia tahu.

"Dia kenapa, Sit?" tanya Alin sedikit berteriak.

"Tadi dia tiba-tiba sok nerima cowok, padahal enggak ada ditembak!" seru Siti heboh.

"SERIUS SIT? SIAPE? YA AMPUN IJAH, BIKIN MALU AJA," ucap Egi tertawa terbahak-bahak.

Daniza memanyunkan bibirnya. Dia tidak terlihat akan membalas kata-kata jahanam Egi.

"Itu tadi, ada, cowok, ganteng banget, alisnya tebel, idungnya panjang banget tapi enggak kayak Pinokio," jelas Siti. "Tadi Daniza manggilnya pangeran, kirain namanya pangeran, rupanya Daniza cuma mau jadi putrinya aja makanya manggilnya pangeran," lanjut Siti sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Alin terlihat berpikir. Saat Alin sedang berpikir, tiba-tiba Embun datang dan menyodorkan ponselnya.

"YANG INI BUKAN?" tanya Embun heboh.

Disukai oleh mayangyang dan 186.457 lainnya.

Pangeran_gns ☀️
Lihat semua 7.867 komentar.

"IYA ITUU," sahut Siti heboh.

"JAH ITU JAH, GANTENG BANGET YA, EH NAMANYA PANGERAN DIBUAT JAH!" seru Stella tak kalah heboh.

Embun menarik ponselnya sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. "Emang namanya Pangeran," ucap Embun dengan santai.

"Oh si Pangeran," ujar Alin mengangguk-angguk kepalanya tanda dia tahu siapa orangnya.

"Siapa, Lin?" tanya Alan mengernyitkan dahinya.

"Pangeran," jawab Alin singkat.

"Oh si Pangeran."

"EH, KALIAN KOK PADA TAU?" tanya Stella dengan teriakan mautnya. Di mana juga Bu Sofi, harusnya kan mereka bisa berkolaborasi teriakan.

"Lo masa ga tau, Stel? Ga mungkin ga tau sih Lo," ucap Mayang yang tiba-tiba sudah bergabung.

"Gimana mau tau, dia kan sibuk ke duda," ledek Egi.

Stella tidak merasa tersinggung sama sekali, ya, Stella memang hanya sibuk memperhatikan Pak Ridwan, dugans, duda ganteng. Bukannya membalas perkataan Egi dengan ganas seperti biasanya, Stella hanya membalas sambil tersenyum-senyum yang membuat Egi bergidik ngeri.

"Namanya Pangeran?" tanya Daniza yang akhirnya buka suara.

"Iya," jawab Alin.

"Namanya beneran Pangeran?" tanya Daniza lagi.

"Iya," jawab Alin, Alan, Egi, Mayang, Embun, Stella, dan Siti.

"Namanya Pangeran?" tanya Daniza ketiga kalinya.

"IYA!"

Bukan, itu bukan suara satu kelas.

Itu suara Bu Sofi.

Eh?

Mereka langsung sibuk berlari ke arah bangkunya masing-masing. Bisa mati mereka jika terkena teriakan Bu Sofi tepat di telinga.

Daniza tidak mempedulikan Bu Sofi yang marah-marah. Dia menatap Bu Sofi dengan senyuman lebar.

"Bu ...."

Bu Sofi bergidik. Dia sangat tidak nyaman dengan senyuman Daniza.

"Takdir!" seru Daniza senang.

"Takdir apanya?" tanya Bu Sofi bingung.

"Namanya beneran Pangeran, fix, takdir!" Daniza bersorak heboh.

Bu Sofi menggeleng tak paham. Mungkin, kewarasan Daniza sudah menghilang, ya, biarkanlah, jam pelajarannya juga sudah mau habis. Bu Sofi tidak ada waktu mengurusi makhluk aneh yang bernama Daniza itu.

"Ya ampun gaes, TAKDIR! Maap-maap aja nih ya, bentar lagi gue ga jomblo lagi, bye gaes!" seru Daniza sambil tertawa terbahak-bahak.

"Gila," ucap seisi kelas di dalam hati mereka masing-masing.

[ TAS #7 - Memang Pangeran ]

Hai.

HAII. HAHAHA, RAJIN BANGET AKU APDET, MWAH.

Rajin matamu, ini udah 2020, woy, sadar! :")
-aku yang dari taun 2020-

Sadar ga sih, ini cerita dari bulan Juli awal, loh. :((

Aku mau kasi cast buat kalian hayalin jadi para pemain gajelas q. 🌝

Instagram : iam_linyi (sebagai Pangeran).

Instagram : sungziyoung (sebagai Daniza).

Cast lainnya ga tau deh ada atau enggak. 😭

Seperti biasa, bantu deteksi kesalahan yaw. Mwah!😗

Luv u. 🖤

~Medan, 30 November 2019.
~ Tertanda ; Penulis yang lagi ngerasa mirip banget sama visual Daniza.😗
~

Revisi ; 26 April 2020

See you!🖤

The Somplaks [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang