TS #11 - Mau, kan?

116 15 4
                                    

"Berjuang nyari si x sama y berapa aja aku bisa, masa deketin kamu doang ga bisa?"

-Daniza dan rasa dendam terhadap x dan y-

🎀🎀🎀

Peringatan! Jangan lupa napas!

***

"Wahai Kakanda Alan, tolong beri hamba tips-tips pdkt!" Sudah sejak 30 menitan lalu Daniza terus-terusan berkata seperti itu. Dia berusaha agar Alan mau membantunya mendekati Pangeran.

Dari yang Daniza tahu, Alan adalah sang master dalam urusan percintaan. Alias, Alan itu fakboi.

Lagi-lagi Alan mengabaikan Daniza, dia fokus terhadap game pada ponselnya.

Harus kalian tahu, ya. Daniza adalah anak somplak yang tidak mudah menyerah. Dia itu tipe orang yang harus mendapatkan apa yang sudah dia putuskan, dan Daniza sudah memutuskan kalau dia harus mendapatkan Pangeran.

"Lannn, jangan pelit-pelit, dong! Ntar kuburan lo sempit!" Daniza menarik-narik baju Alan yang membuat Alan berdecak kesal karena gangguan Daniza yang membuat dia kalah dalam gamenya.

"Apasih? Masa lo mau deketin cowok?" tanya Alan kesal. Dia kemudian mematikan ponselnya dan menyimpannya di saku bajunya.

"Yakaliii gue deketin cewek? Ga waras lo?"

"Bukan itu maksud gue!" seru Alan dengan nada kesal. "Maksud gue tuh, lo mau ngejer-ngejer cowok gitu?"

Tanpa merasa ragu sedikitpun, Daniza menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, kenapa emang? Cewek tuh harus maju! Kalau nunggu terus mah ga asik," ujar Daniza dengan gaya sok bijaknya.

"Terserah lo! Gue sibuk. Minta tolong Edward aja sana! Dahlah, gue mau pulang, Alin udah ninggalin gue kan jadinya," ujar Alan dan beranjak pergi.

Daniza berlari mengejar Alan, dia merentangkan tangannya di depan Alan, menghalangi jalan Alan. "Edward anak 12 IPA 1?" tanya Daniza memastikan.

Alan menganggukkan kepalanya. "Dia temenan sama cowok yang mau lo deketin, minta comblangin aja sama dia."

"Lo emangnya tau siapa cowok yang mau gue deketin?" tanya Daniza dengan wajah sombongnya yang minta digampar.

Alan menarik napas panjang. "Siapa sih yang ga tau wahai Ibu Daniza terhormat? Setelah postingan instata lo itu, hampir satu sekolahan ini tauu!" sahut Alan malas. Alan benar-benar ingin segera pergi. Perutnya rasanya sangat mulas.

"Kok bisaaa?" tanya Daniza dengan mimik wajah bingungnya.

"Ga tau, udah, awas! Gue mau pulang, pengen boker!"

Mendengar kata boker alias buang air besar, Daniza segera memberi Alan jalan untuk pulang.

"Edward," gumam Daniza.

"Saya?"

Sebuah suara membuat kepala Daniza otomatis menoleh. "EDWARD!" serunya.

"Saya?" sahut Edward sambil terkekeh.

Daniza menggelengkan kepalanya berusaha mengusir segala hal yang ada dipikirannya. Menurut Daniza, Edward adalah jenis manusia yang harus dihindari. Edward itu ... ga waras!

Tetapi, Daniza membutuhkan seseorang untuk membantunya mendekati Pangeran. Sebelum tamat dari sekolah ini, Daniza harus bisa mendapatkan Pangeran!

Daniza memukul kepalanya pelan.

"Eh? Kenape lo? Mikirin hal jorok ya lo? Eh ... eh, atau lo mikirin yang ga senonoh sama gue ya?" Goda Edward sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Ah, jangan lupakan mata genit yang selalu Edward keluarkan. Mata yang membuat banyak gadis bertekuk lutut, kecuali Daniza tentunya.

Tuh, kan, itulah kenapa Daniza harus menjauhi makhluk satu ini.

Sebelum memulai perkataannya, Daniza mengambil napas panjang. Dia harus memutuskan untuk meminta bantuan Edward. "Jadi gini, Ed. Gue butuh bantuan lo, nih."

Edward menaikkan satu alisnya. "Apatuh? Tumben banget lo butuh bantuan gue? Ngapain? Bersihin hati lo yang berdebu?"

"Gue pukul lo," ujar Daniza geram.

Edward tertawa kecil. "Ayo mbak, pukul aku dengan sejuta kerinduan!" serunya diakhiri dengan tertawa terbahak-bahak.

"Berisik! Pokoknya ya, bantuin gue deketin Pangeran!"

Perkataan Daniza membuat Edward menghentikan tawanya. Wajah Edward menyiratkan rasa enggan.

"Gue tau ya muka lo itu bilang ga mau, tapi lo harus mau. Pokoknya harus, deh!"

"Kenapa harus gue?" tanya Edward dengan nada datar.

"Karena cuma lo! Lagian, kan, lo temenan sama Pangeran! Ayolah Ed, bantuin gue, ya?" Daniza mengeluarkan puppy eyesnya. Sangat berharap kalau Edward akan luluh.

Tetapi, Edward membalikkan badannya, dia tidak mau melihat Daniza.

"Ayolah Ed, kapan lagi gue minta bantuan lo. Lagipula kita kan te ...."

Belum selesai Daniza mengeluarkan kata-katanya, Edward menginterupsi.

"Ye." Edward hanya mengucapkan dua huruf yang sebenarnya hanya satu lalu beranjak pergi.

"TENGKYUU EDOYYY!" teriak Daniza, dia tidak tahu apakah Edward bisa mendengar teriakannya atau tidak. Dengan wajah yang berseri-seri, Daniza mengambil dan memakai tasnya lalu beranjak keluar kelas.

Saat sedang berjalan sambil bersenandung ria, Daniza hampir saja menabrak seseorang. Orang yang dianggap Daniza sebagai calon pacarnya. Daniza seketika gugup, dia tak bisa bersikap biasa saja ketika Pangeran didekatnya. Rasanya, jantung Daniza akan melompat.

"Eh? Daniza? Belum pulang?" tanya Pangeran lembut.

Karena merasakan bahwa lidahnya kelu, Daniza hanya menjawab dengan gelengan kepalanya. Kepalanya juga sudah penuh dengan rancangan kata-kata yang akan dia berikan kepada Pangeran.

"Kamu kok belum pulang?"

"Loh kamu belum pulang?"

"Kamu ikut ekskul ya makanya belum pulang?"

Tetapi sayang, saat membuka mulutnya, dan kata-kata yang keluar membuat Daniza lari sekencang-kencangnya dari hadapan Pangeran.

"Aku mau deketin kamu. Kamu mau aku deketin, kan?"


[ TS #11 - Mau, kan? ]

Hai. :)
Jumpa lagi sama aku. Pendek ya? Monmaap:(

Bantu koreksi yaw. Maaciww!;)

Te amo. 🖤

~Medan, 16 Desember 2019.
~Tertanda ; Aku si pemalas.
~

Revisi ; 26 April 2020.

See you. 🖤

The Somplaks [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang