TS #3 - Sekolah (2)

222 28 38
                                    

"Kalau mereka bisa, kenapa harus saya?"

-Warga +62-

Selamat menggunakan kedua mata!

***

"Kenapa kamu tidak mengerjakan tugas yang saya berikan?"

"Karena saya enggak suka ikan, Bu!" Egi menjawab tanpa rasa ragu.

"EGI! SAYA SERIUS!" Bu Romlah mengeluarkan tanduknya.

Bu Romlah adalah seorang guru yang sangat suka pada warna merah. Setiap harinya wanita berusia 39 tahun itu selalu memakai sepatu berwarna merah, baju merah, bibir merah, pipi merah, rok merah, dan ujung rambutnya yang diwarnai merah.

Semakin cintanya Bu Romlah kepada warna merah, dia sangat suka memberikan nilai merah. Walaupun usia Bu Romlah sudah hampir menginjak kepala empat, wanita tua itu masih bergaya seperti anak muda.

"Jangan teriak-teriak dong, Bu. Iya nanti segera saya seriusin," jawab Egi sambil mengusap-usap daun telinganya.

Egi Antonio. Lelaki yang awalnya memiliki kulit yang berwarna putih dan sekarang menjadi hitam karena kebanyakan main basket, main badminton, dan mainin perasaan cewek-cewek kurang iman.

Bu Romlah menatap Egi tajam, tanduknya sudah bertambah menjadi empat di pandangan Egi. "Egi, kamu serius sekolah tidak, sih? Kamu enggak mau sukses di masa depan?"

"Mau, Bu! Saya tuh mau hidup enak di masa depan. Rebahan, main game, makan, tidur, rebahan, main game, buang air ...."

"Ya ampun Egi! Kamu enggak mau kerja? Cita-cita kamu apasih?" Bu Romlah menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.

Egi menghela napasnya, dia menatap teman-temannya yang dengan serius mendengarkan perdebatan Egi dan Bu Romlah. "Cita-cita saya dapatin istri yang pengertian dan kaya raya, Bu!"

"EGIIIII!" Bu Romlah mengeluarkan teriakannya yang sudah ditahannya sejak tadi.

"Hadir, Bu!" Egi menjawab dengan muka polos yang minta digampar.

Tok tok

Suara ketukan pintu membuat seisi kelas kompak melihat ke arah pintu.

"Asek, berasa artis cuy, baru ngetok aja uda diliatin gini, uhuy!" seru Stella.

"Dari mana kamu, Stella?" tanya Bu Romlah.

"Suruh masuk dulu gitu, Bu," gerutu Stella.

Bu Romlah memutar bola matanya malas. "Ya udah, masuk!"

Stella masuk diikuti Daniza yang menundukkan kepalanya.

"Nunduk mulu lo Jah? Ngapain? Mengheningkan cipta?" celetuk Egi.

Daniza mengangkat kepalanya dan menatap Egi tajam.

"Loh Daniza? Kamu juga dari mana?" tanya Bu Romlah.

"Dari kantor, Bu!"

Bukan, bukan Daniza yang menjawab itu. Daniza masih waras untuk menjawab terlalu bersemangat padahal baru mendapatkan ceramah.

The Somplaks [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang