TS #19 - Supir

63 11 0
                                    

"Dari lahir cuma dianggap temen, kasian banget sama diri sendiri."

- Edward -

🍁🍁

Hai beb, tetap waras ya!

***

Kata orang-orang punya wajah tampan itu enak, ya iya emang enak, yang bilang enggak enak siapa?

Terlahir jadi orang tampan. Pintar pula, iya, Edward Kusuma namanya, tapi ya enggak adil kalau hidupnya berjalan dengan mulus, jadi, kisah asmaranya tidak semulus wajahnya.

Edward yang terlahir dengan alis tebal yang membuat orang-orang iri itu bisa-bisanya memiliki kisah asmara yang kusut. Suka sama tetangga sekaligus temannya dari masih dikandung. Tapi sayang, yang disukai enggak suka balik.

Miris.

Lagipula salah diri sendiri, kenapa enggak nyatain kalau suka. Kenapa harus buat ribet diri sendiri? Dasar orang tampan.

Tapi sepertinya, Edward pernah mencoba menyatakan perasaannya. Saat itu cuaca lagi mendukung, agak gerimis yang membuat romantis. Edward datang membawa payung dan jaket untuk temannya yang menunggu di halte sambil kedinginan.

Dengan tergesa-gesa Edward menghampirinya. "Jah, ini payung sama jaket gue, lo pake aja."

Degdegan.

Padahal hanya menyerahkan hal remeh tetapi bisa membuat tangan lelaki itu bergetar. Rambut Edward acak-acakan seperti pikirannya. Walaupun begitu, fokusnya hanya satu, gadis di depannya.

Berusaha menyusun kata-kata yang bisa membuat terharu dan tidak terlupakan. Saat hampir bisa merangkai semua kata-katanya, gadis itu bersuara.

"Ed, kenapasih lo ga bawa motor aja?"

Pertanyaan gadis itu dijawab Edward dengan dengusan. "Kita masih smp, mana boleh, goblok!"

Lelaki itu langsung menutup mulutnya, merasa menyesal karena mengatai gadis yang disukainya.

"Yee kalo gitu bawa duit kek, nih masa kita balik jalan kaki, mana ujan!"

Dan seketika Edward lebih ingin mengatai gadis ini lebih dalam lagi.

"Udah, ayo pulang ga nih?" tanya Edward.

Gadis itu mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan, dengan gadis itu yang memakai payung dan jaket. Lalu beberapa detik kemudian payungnya dilipat karena gadis itu rasa payungnya tidak diperlukan.

"LOH KOK DILIPETT?" tanya Edward dengan berteriak.

"Ssst, ga usah ngegas juga! Ngapain coba pake payung? Hujannya cuma gerimis, woy!"

"Tapi, itu, kan, gue beli! Mahal lagi!" seru Edward kesal.

"Kan goblok kan, harusnya ga usah beli payung! Kan duitnya bisa buat naik angkutan umum!" Gadis itu berkata dengan lebih kesal. Dia menghentakkan kakinya disetiap langkahnya.

"Bener juga ya," ujar Edward yang menyadari kebodohannya.

Gadis itu menatap Edward dengan kesal. "Percuma juara satu, menang olimpiade, ketua basket, kok gini doang bego, ah males guee!"

The Somplaks [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang