TS #27 - Siapa

57 9 0
                                    

"Difitnah itu sakit, loh, lebih sakit dari tinggal pas sayang-sayangnya. Apalagi ditinggal padahal belum menyatakan."

- Daniza yang lagi stress -

🍁🍁

Hai kamu, yang masih bertahan padahal udah diduakan.

***

Saat Daniza baru keluar dari ruang BK. Banyak orang menatapnya remeh. Dia juga melihat teman-temannya menunggu dengan tatapan khawatir. Daniza mengabaikan tatapan remeh dan ucapan pedas yang lain, dia berjalan ke arah teman-temannya, berusaha memasang muka tebal. Berusaha tidak peduli padahal rasanya sakit.

"Jah, lo okey kan?" tanya Egi pada Daniza. Orang yang ditanya hanya menjawabnya dengan senyuman. Mereka berjalan bersama-sama menuju kelasnya. Banyak orang yang menatap Daniza, hal itu membuat yang lain berusaha menyembunyikan Daniza.

Daniza sangat bersyukur mempunyai teman-teman seperti ini, jadi walaupun dia dalam situasi tidak mengenakan ini, rasanya dia tetap senang.

Berjalan menuju kelas 12 IPA 3 pasti harus melewati kelas 12 IPA 1 dulu. Sudah pasti Daniza akan melihat Pangeran yang berwatak iblis. Dia tersenyum miring, iya, Pangeran tersenyum miring, setelah itu dia masuk kembali ke kelasnya.

Daniza tidak memedulikan Pangeran. Berusaha tidak peduli lebih tepatnya.

Sampai ditujuan, mereka langsung mengumpul. Tidak ada satupun orang yang tidak ikutan, semua di kelas 12 IPA 3 itu solid.

Mereka mulai berdiskusi. Dipimpin oleh Anton sangat ketua kelas yang bijak nan tampan.

"Pertama, siapa yang percaya kalau bukan Daniza yang mukul?"

Semua mengangkat tangannya kecuali Daniza.

"Alasannya?" tanya Anton lagi.

"Karna Daniza bego," jawab Egi.

"Daniza baik, ga mungkin mukul orang," ucap Siti. "Kalau mukul dirinya sendiri, mungkin," lanjut Siti.

"Dia liat tinju aja takut, mana mungkin mukul orang." Stella menjawab dengan mimik wajah serius.

"Dia ga suka madu," ujar Embun ga nyambung.

Setelah itu mereka diam. Anton berdeham lalu melanjutkan hal-hal untuk diskusi.

"Daniza, tau ga kira-kira siapa yang ngejebak elo?" tanya Anton pada Daniza.

Daniza menghela napasnya. "Sebelum itu, ada hal yang mau gue ceritain."

Semua menyimak dengan baik.

"Ja—"

"IJAHH, LO GAPAPA, KAN?" teriak seorang laki-laki dengan histeris. Terlalu lebay menurut pandangan Egi.

Edward mengecek Daniza dari atas sampai bawah, lalu mengulang dari bawah sampai atas.

"Aduh kakanda telat," ujar Egi mengentikan aktivitas Edward.

"Iya nih kakanda telat banget parah," timpal Alan.

Edward mendengus. "Sori Jah, gue baru balik dari fotokopi."

The Somplaks [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang