TS #14 - Pdkt!

105 14 0
                                    

"Move on? Yakaliii, pedekate dulu dongg!"

-Daniza dengan senyum lebarnya-

🎀🎀🎀

Senyum teross! Besok nangiss!

***

Biasanya Hari Senin adalah hari paling menyebalkan bagi seorang Daniza Birdella. Tetapi, hari ini, di jam yang masih menunjukkan pukul 06.45, Daniza sudah berada di dalam kelas dan duduk dengan tenang.

Suasana sekolah masih sunyi padahal.

"Abang kampret! Masa balas dendamnya gini anjir! Takut gila," gumam Daniza.

Memang, mustahil sekali ya Daniza rajin sekolah.

Satria. Kakak Daniza yang memiliki wajah cukup tampan tetapi sangat jelek di mata Daniza itu membalas perbuatannya semalam. Daniza kira, senyum kakaknya saat menjemputnya semalam itu senyum ikhlas. Ternyata ....

"Liat deh ya lo ntar Bang Sat, gue doain lo kecemplung got." Daniza menggumam tidak jelas. Dia takut.

"Kamprettt! Gue ga berani ke mana-mana lagi. Coba aja dia tadi turunin gue di gerbang aja, kan gue bisa keluar njir!"

Memang, anak-anaknya Pak Sumanto ini memiliki cara sendiri untuk membalas dendam. Satria dengan kemurahan hatinya mengantarkan Daniza sampai ke dalam kelasnya. Satria sangat mengetahui kalau adiknya itu takut. Jadi, sebelum Satria pergi, dia berkata hati-hati. Perkataan yang membuat Daniza was-was.

"Serius deh ya, mending gue ketemu preman daripada setan!"

Dan satu lagi, jangan kira balas dendam Satria sampai sini saja.

Lingsir wengii~

Gadis berambut pirang itu terlonjak kaget. Dia segera mencari ponselnya dengan tangan gemetar dan mematikan panggilan barusan.

"Bang Sat emang bangsat!" seru Daniza kesal. Napasnya naik turun. Dia hanya bisa berdoa agar orang-orang cepat datang.

"Serius deh ya, gue ga bakal gituin Bang Sat lagi, serem amat anjir balas dendamnya." Daniza masih mengomel pada dirinya sendiri.

Suara rintik hujan mulai terdengar. Hujan turun dengan lebat, dan tiba-tiba disertai dengan suara petir.

Gadis yang memiliki tahi lalat di hidungnya itu memaki-maki di dalam hati. Memang, Hari Senin itu memang menyebalkan.

***

Daniza tidak tahu sekarang sudah jam berapa. Rasanya, dia seperti sedang uji nyali. Jangan-jangan di sini ada kamera?

Waktu berjalan sangat lambat sekali. Sampai-sampai Daniza ingin memutar jarum jam dengan tangannya.

"Woy Danijah!"

Daniza malas melihat. Dia sudah tahu siapa makhluk astral yang memanggilnya.

"Kok lo belum pingsan?"

Kan. Siapa lagi manusia sialan itu kalau bukan Edward.

"Tetangga bangke! Pergi lo! Bukannya bantuin," omel Daniza tanpa melihat ke arah Edward.

The Somplaks [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang