Semilir angin menyapa keduanya setelah mereka keluar dari mobil. Yang lebih pendek menyugar rambutnya yang berantakan karena terpaan angin.
Debur ombak seakan memanjakan telinga mereka. Membuat keduanya terdiam beberapa saat.
Gelap.
Satu satunya cahaya hanya berasal dari lampu mobil yang masih menyala.
"Kemari"
Yang lebih tinggi menepuk tempat kosong disebelahnya dan mengisyaratkan pada gadis itu untuk duduk disebelahnya. Diatas kap mobil yang dikendarai mereka malam ini.
Gadis itu dengan sengaja menarik kunci mobil dan menyimpannya. Mematikan satu satunya penerangan merek.
Hanya pancaran remang sinar bulan sabit yang menghias indahnya langit. Entah kemana bintang bintang pergi. Hanya ada bulan sabit disana.
Gadis itu menyusul sang lelaki yang sudah menyandarkan dirinya dikaca mobil.
"Katakan apapun. Ungkapkan semuanya"
Gadis dengan rambut blonde itu dapat merasakan jika sahabatnya menoleh kearahnya. Meski gelap sekalipun dia bisa merasakannya.
Ada yang salah dengan perkataannya?
Sepertinya dia menyuruh lelaki ini untuk bicara mengenai apapun saat mereka sedang berdua. Dan dia juga akan melakukan hal yang sama nantinya.
"Ayolah Jun, kau tak mungkin membawaku ketempat seperti ini tanpa alasan"
"Memang tidak ada, hanya ingin"
Gadis berlesung pipi itu tersenyum lalu menatap siluet wajah sahabatnya.
"Oh benarkah?"
"Iya"
Mereka terdiam.
Hanya menikmati hembusan angin dan debur ombak.
Kenapa bulan itu sendiri disana? kemana bintang bintangnya? kenapa hanya dia sendirian?
Gadis itu merasakan jemarinya dimainkan.
Telapak tangan besar itu menyingkap lengan sweeternya dan menggenggam telapaknya. Sedikit bermain dengan jemarinya lalu digenggam seperti biasa.
"Bagaimana dengan Lia? kau menyukainya kan?"
"Tidak tau"
Dia tersenyum dan menatap lurus bulan diatas sana.
"Junho tidak bisa bohong pada Chaeng"
Tawa terdengar diujung kalimatnya.
"Kau menyukai Lia kan?"
"Mungkin, tidak tau juga. Aku hanya suka didekatnya, nyaman, seperti mama"
Junho kembali memainkan jemarinya. Menekan satu persatu ujung kelingking hingga ibu jari dan merematnya pelan.
"Tapi didekatmu aku merasa lengkap, aku tak takut akan segala hal jika didekatmu"
Chaeyoung tersenyum kecut meskipun Junhi tak dapat melihatnya.
"Bacot Jun"
Gadis itu menarik tangannya lalu turun dan masuk kedalam mobil. Menenangkan debar jantungnya.
Tak lama Junho menyusul.
"Kenapa masuk? padahal aku masih ingin diluar"
"Ya kau diluar saja, disana dingin"
Tidak.
Dia masuk kedalam mobil bukan karena alasan itu. Dia hanya menghindari Junho dan segala kalimat manisnya yang membuatnya berdebar.
"Yasudah kalau begitu, kita disini saja"
Junho menurunkan kaca mobil.
Tangannya mencari sesuatu di saku jaketnya.
Rokok dan Korek.
Chaeyoung tak kaget lagi dengan dua benda yang dibawa Junho itu. Seringkali Junho merokok didepannya. Dia akan meminta ijin terlebih dulu untuk merokok depan seseorang. Dan tidak akan melakukannya saat tidak mendapat ijin.
Tapi kali ini berbeda, lelaki itu hanya diam dan menghisap asap. Meninggalkan Chaeyoung dengan kebingungannya.
Bagaimana rasanya rokok?
Saat itu Chaeyoung pernah memintanya dari Soobin namun temannya itu menolak. Mereka bahkan beradu argumen yang cukup panjang hingga membuat Yeonjun pusing dan akhirnya memilih untuk membuang rokok milik Soobin yang masih tersegel.
Dengan cepat Chaeyoung mengambil sebatang nikotin yang ada ditangan Junho lalu menyesapnya dan-
"uhukk uhuk"
Terbatuk.
Junho mengangkat alisnya bingung melihat kelakuan Chaeyoung. Lelaki itu kembali mengambil miliknya dan menyesapnya sekali lagi.
"Jangan banyak tingkah Chaeng. Cukup aku yang buruk, kau jangan"
Chaeyoung kembali terbatuk dan kali ini membuat Junho tertawa. Diraihnya botol minum yang ada disebelahnya dan diberikan pada Chaeyoung agar gadis itu meminumnya.
"Sudah?"
Chaeyoung mengangguk.
Mereka terdiam.
Junho fokus pada kegiatan merokoknya. Dan Chaeyoung fokus pada indahnya suara ombak diluar sana.
Chaeyoung tau jika Junho hanya merokok kala stress, dan dia sekarang tak tau apa yang membuat Junho stress.
Biasanya lelaki ini akan bercerita, namun kali ini tidak. Dia memilih diam dan tak menjelaskan apapun apda Chaeyoung.
"Jun, ibumu tau kau merokok?"
"Mama? tentu saja. aku tak bisa berbohong padanya"
"Aunty memperbolehkan?"
"Tidak, dia bahkan menggeledah tasku tiap pagi dan sore setelah pulang sekolah. Dia bahkan mengendusku tiap hari. Dan akan marah jika aku ketauan"
Chaeyoung mengangguk.
"Aku juga tidak merokok tiap hari Chaeng, jadi tidak terlalu serius. Aku memiliki Delan, anak itu menjadikan aku panutannya. Mau berdandan seperti Kak Junho, pandai dalam bermain basket seperti kak Junho, pandai menggambar seperti kak Junho dan banyak hal lain yang seperti kak Junho"
Junho menyesap batang nikotinnya lalu menghembuskannya pelan.
Dia menoleh kearah Chaeyoung yang menatapnya.
"Aku tidak bisa menunjukkan keburukanku didepan Delan"
Sesapan terakhir dan Junho membuang puntungnya keluar. Ingin mengambil batang keduanya namun dengan cepat Chaeyoung menyingkirkannya duluan.
"Chaeng"
Chaeyoung menggeleng dan menatap sahabatnya dengan serius.
"Kau bisa bicara tentang apa masalahmu, jangan melampiaskannya"
Junho menghela napasnya berat, dan mencoba menatap mata Chaeyoung dalam kegelapan.
"Mau tau alasanku?"
Chaeyoung mengangguk yakin.
"Kau, kau alasanku. Mendiamkanmu membuatku rindu, jauh darimu membuatku tak tenang, aku ingin memelukmu dan mengurungmu Chaeng. Membuatmu hanya diam dikamarku. Dan aku tak mengerti kenapa aku menciumu, aku benar benar tak paham"
Junho menatap mata teduh Chaeyoung dengan tajam.
"Kau melakukan apa padaku Chaeyoung?"
_______________
_____________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengerti Kembali.
FanfictionWalaupun senja tak pernah singgah sampai fajar namun dia tetap menyukainya. Walaupun Senja datang semaunya dan pergi sesukanya namun dia tetap menantinya. Senja sangat indah. Sekalipun ia datang untuk pergi. Junho, senjanya. * * * * Melepas Rembula...