Dia kembali menikmati senja sore ini dengan perasaan campur aduk. Ditemani susu cokelat buatan kakaknya, dia duduk dibalkon menatap senja yang pendarnya mulai memudar tergantikan dengan gelapnya malam.
Otaknya memutar kenangan tiga tahun lalu saat mereka bertemu.
Gerimis, gerbang tinggi, dan rasa takut.
Dia ingin tertawa kala mengingat pemilik mata tajam itu menatapnya takut takut.
Dia masih ingat bagaimana saat pertama kali jemari mereka bersentuhan. Jemari lelaki itu dingin dan berkeringat, menggenggamnya sangat erat seolah mengantarkan ketakutannya.
"lihat aku saja, jangan lihat tanahnya"
Katanya tiga tahun lalu.
Kalimat itu masih diingat oleh bocah laki laki dengan rambut jamur yang sudah bertransformasi menjadi lelaki tampan yang disukai banyak perempuan. Kalimat singkatnya yang terucap begitu saja namun dapat mengubah hidup seorang bocah laki laki.
"Pergilah, pergi yang jauh"
Dia tersenyum simpul lalu mulai menggambar di sketchbook nya. Menarik garis lengkung yang saling berhubungan.
Nyatanya bocah itu tak pergi terlalu jauh. Mereka masih dikota yang sama dan dia berhasil menemukannya.
Dia hanya bertanya tentang susu rasa apakah yang terenak dan entah bagaimana mereka dekat. Dekat hingga seperti sepasang kekasih.
Dimana ada lelaki itu pasti ada dirinya.
Dia sadar jika pernyataan lelaki itu padanya beberapa hari yang lalu hanya candaan belaka yang sering dilontarkannya. Bukan sekali dua kali lelaki itu melontarkan candaan yang seperti itu.
Tapi entah mengapa, pernyataan cinta malam itu terasa begitu berbeda untuknya. Jauh sekali dalam lubuk hatinya dia menginginkan sosok itu menyatakan jika dia menyukainya.
Tapi itu tak akan pernah terjadi.
Semua itu hanya khayalan belaka.
Nyatanya lelaki itu menyukai gadis lain dan itu terpancar jelas dari matanya.
Tapi perlakuan lelaki itu padanya cukup untuk membuatnya berpikir jika dia menyukainya. Tapi sekali lagi dirinya menampik hal tersebut.
Tak mungkin dia menyukainya.
Dia sangat mengerti bagaimana tipe gadis idaman sahabatnya itu. Walaupun anak itu tak pernah berpacaran tetapi gadis impiannya adalah seorang gadis cantik dengan rambut panjang dan tabiat yang halus, tutur kata lembut. Bisa disimpulkan bahwa tipe gadis idaman lelaki itu adalah gadis gadis kerajaan yang selalu menjaga wibawa mereka.
Rambut panjang.
Dia pernah memiliki rambut panjang yang didedikasikan penuh untuk sahabatnya itu. Tapi semuanya bohong.
Dia tak menyukai gadis berambut panjang.
Nyatanya dia tak menyukainya.
Lelaki itu benar benar implementasi dari Senja yang ada dilangit.
Indah, tak dapat dimiliki.
Perasaannya tak akan pernah dia miliki. Mau seindah apapun dia mencintainya. Mau dengan ribuan kata yang dia rangkai sedemikian rupa.
Perasaan itu tak akan pernah menjadi niliknya.
Semua perhatian yang dia berikan hanya perhatian untuk seorang sahabat. Dia tak ingin jika sahabatnya terluka kan? apalagi terluka karena seorang pria.
Tapi dia sendiri pria! dan dia juga sudah menyakitinya.
Gambar pada sketchbook nya sudah setengah jadi. Dia hanya perlu mengarsirya dibeberapa titik saja dan gambarnya sudah jadi.
Tak terasa pendar jingga dari senja sudah berubah menjadi gelapnya malam. Langit diatas sana hanya diisi dengan bulan sabit yang terlihat indah. Tak ada kelip bintang yang menemaninya. Bulan terlihat kesepian sekarang.
Susu cokelatnya telah tandas sedari 10 menit yang lalu namun dia tak berniat untuk beranjak dari tempatnya hanya untuk mengisi ulang susunya.
Dia menyukai hal semacam ini. Duduk dian sendirian sembari melakukan sesuatu yang menenangkan. Mengistirahatkan pikiran dari segala hal berat yang dilalui seharian.
Pandangannya teralih pada perban dengan warna pink keruh dipergelangan tangan kirinya.
Saat dia pulang kakaknya sempat bertanya apa yang terjadi pada tangannya. Dengan cepat dia melontarkan kebohongan demi melindungi seseorang.
Tertimpa kursi adalah jawaban atas pertanyaan kakaknya.
Pemuda itu harus berterimakasih padanya karena dia melindunginya. Jika tidak, maka besok dia akan melihat luka lebam disudut bibir atau dipelipis lelaki itu.
Bel apartement sedikit mengagetkannya, dan disusul dengan suara pintu yang terbuka. Mungkin tamu kakaknya.
"Chae, masuk"
Dia mendongak dan menemukan kakaknya dengan setelan santainya. Hanya kaos hitam pendek dan celana abu abu pendek. Tapi kakaknya terlihat tampan.
Hari ini dia melihat sebuah postingan dari produk kecantikan yang memposting foto kakaknya yang sedang memegang produk kecantikan itu.
Apa kakaknya sudah beralih profesi menjadi model?
Kalau tau begini tak seharusnya dia berbohong tadi. Biarkan saja Eunwoo memukul Junho yang telah membuat lengannya memar dan berakhir dipecat oleh Tuan Cho yang merupakan atasan Eunwoo.
"Mama dan Papa datang"
Chaeyoung membulatkan matanya lalu mengerjapkannya beberapa kali. Mencoba mencerna perkataan kakaknya.
Setelah menguatkan hatinya, Chaeyoung bangun dari duduknya dan menghampiri Eunwoo dengan perasaan takut.
"Kak, aku ikut denganmu saja. Tampung aku ya"
Bisiknya pelan.
Eunwoo hanya menatap lekat mata bulat Chaeyoung yang memancarkan kecemasan lalu mengangguk pelan.
Menampung seorang gadis tak akan membuatnya miskin.
______________________
________________________________________gue kena wb :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengerti Kembali.
FanfictionWalaupun senja tak pernah singgah sampai fajar namun dia tetap menyukainya. Walaupun Senja datang semaunya dan pergi sesukanya namun dia tetap menantinya. Senja sangat indah. Sekalipun ia datang untuk pergi. Junho, senjanya. * * * * Melepas Rembula...