4

226 60 9
                                    

Junho menatap gadis didepannya dengan pandangan kagum. Gadis ini selalu menawan dengan apapun yang dilakukannya. Walau hanya mengocok putih telur menggunakan mixer.

Tangannya terlihat begitu lincah mencampurkan segala bahan yang ada. Mendetaik dan tak ada yang terlewat. Pekerjaannya dilakukan dengan rapi. Bahkan tak ada tepung yang berhamburan keluar. Sangat rapi.

"Jun, jangan menatap Lia seperti itu, dia bukan pisang"

Junho menatap sengit pada gadis yang menginterupsinya. Gadis yang sedang duduk di bar dengan seorang gadis lain disebelahnya. Mereka berdua menikmati milkshake yang dibuatnya tadi.

Namun dia mengacuhkan gadis itu dan kembali fokus pada Lia yang kini sedang tersenyum.

Astaga, manis sekali.

Mereka sedang main kerumah Lia hari ini. Hanya untuk merasakan kue buatan gadis ini yang sering dielu elukan oleh Junho.

"Chaengie lihat, ini sepertimu. Ahahaha"

Chaeyoung melihat kearah Soobin yang membawa manekin gadis kecil berambut gelap dengan kulit pucat.

Hei apa maksudnya?

Dia tak sekecil itu!

"Choi Soobin aku bahkan tak menganggumu"

"Kak Chaeng jangan berteriak, ini rumah orang"

"Apa? kau membela Soobin?"

Yuna memasang ekspresi memelas lalu menggeleng pelan. Kenapa Kak Chaeng selalu marah marah padanya padahal dia penurut?

Suara bel rumah menghentikan perdebatan mereka.

"ibumu pulang Li?"

"Sepertinya tidak, Mama akan pulang pukul 7 nanti"

"Lalu siapa?"

"Aku akan membukanya"

Lia mematikan mixer lalu pergi meninggalkan dapur dan 4 orang yang sedang berdebat didalamnya.

"Chaeng-

"Apa?"

"Astaga galaknya Chaengie"

Junho tertawa lalu mendekat kearah Chaeyoung dan duduk distol tinggi sebelah Chaeyoung.

Pandangannya lurus menatap Manekin anak kecil yang dibawa Soobin tadi. Sebenarnya manekin ini memang seperti Chaeyoung beberapa tahun lalu. Pendek, berambut gelap, kulit pucat, bibir merah.

Tapi kenapa gadis itu marah saat Soobin bilang dia mirip manekin itu?"

"siapa yang datang Li?"

Soobin bertanya pada Lia yang kembali masuk kedapur.

"Maaf aku telat"

Seorang lelaki denga seragam yang sama dengan mereka masuk kedalam dapur, mengekor Lia. Lelaki itu masih membawa tas yang disampirkan disalah satu bahu. Kancing seragamnya terbuka dua dibagian atas dan rambutnya acak acakan.

Chaeyoung mendengus melihat tampilan lelaki itu. Tangannya gatal ingin merapikan tapi dia malas untuk berjalan.

Suara mixer terdengar lagi memenuhi dapur.

"Apa harus diaduk selama itu?"

Lia mengangguk.

"Jika tidak, adonannya tak akan mengembang dengan sempurna Chae. Hasilnya akan berbeda nanti"

Chaeyoung mengangguk lalu menoleh kesamping. Dia kira, Yuna yang ada disisinya, namun tidak. Kini Pemuda dengan penampilan acak acakan duduk menggantikan Yuna disebelahnya.

"Lanjutkan saja Li, Chaeyoung tak bisa memasak. Chaeyoung memasak air saja gosong"

Chaeyoung kembali melayangkan tatapan sengitnya.

"Kau tau Li? Chaeyoung pernah memasakanku telur mata sapi yang gagal saat aku menginao dirumahnya"

Junho ingat, malam itu mobilnya mogok dilingkungan rumah Chaeyoung dan dia memilih untuk menginap dirumah sahabatnya itu. Tengah malam dia merasa lapar dan meminta gadis itu untuk memasak untuknya.

"Dia datang padaku sambim membawa telur dengan tampilan sangat cantik. Namun asin, sangat asin"

Chaeyoung mendengus mendengar penuturan Junho.

Namun matanya dapat menangkap perubahan ekspresi Lia didepan sana. Senyum manis gadis itu luntur digantikan dengan senyum kecut.

Apa dia cemburu? atau marah?

"Kemana Yuna dan Soobin?"

"Membeli Oreo, katanya kau ingin kuenya rasa Oreo Chaeng. Lia tak memiliki Oreo"

Chaeyoung mengangguk lalu matanya kembali fokus pada Lia yang tengah memasukkan adonan putih telur dengan tepung.

Gadis itu memang terampil. Segala yang dilakukannya rapi.

Dia lalu melihat Junho disebelahnya.

Lia terlihat mahal untuk Junho yang seorang pangeran.

Yang lelaki terlihat tampan dengan tipe wajah mirip karakter Webtoon, dan yang perempuan terlihat seperti seorang putri raja dengan keanggunannya.

Pantas sekali.

Ah, Lia memang cantik. Pantas Junho suka.

*******


Junho menatap wajah ayu didepannya dengan pandangan teduh. Mata kecil yang terlihat fokus didepannya sangat cantik, apalagi saat mata itu memancarkan senyum cerah dari snag perempuan.

Astaga, Junho bisa gila.

Ibunya berkata jika dia tak perlu hal yang mewah untuk jatuh cinta. Hanya dengan tatapan mata atau senyuman singkat pun jika dia merasakan hal berbeda berarti dia jatuh cinta.

Dan Junho merasakannya saat berada dekat dengan sosok cantik ini.

"Jun kau paham?"

Bibir merah itu juga sering menampilkan senyum menawan untuknya. Senyum yang membuat gadis didepannya ini berkali lipat lebih cantik.

"Junho"

Junho terkejut saat mata yang tadi menunduk sekarang membalas tatapan teduhnya.

Junho segera menurunkan pandangannya kearah buku yang sekarang sudah penuh dengan coretan coretan.

"Ah aku"

"Bagaimana bisa paham jika yang dilihat saja hal lain"

Soobin berceletuk sambil mengunyah kue buatan Lia tadi kedalam mulutnya dan dihadiahi dengan cebikan singkat Chaeyoung.

"Habiskan dulu Soobin baru bicara"

Lelaki tinggi itu hanya tersenyum lalu kembali mengunyah kuenya.

Setelah membuat kue, mereka melanjutkan belajar bersama untuk persiapan tes kenaikan kelas. Dan taman belakang rumah keluarga Bae menjadi tujuan mereka.

Taman belakang yang cukup luas dengan sebuah pohon besar ditengah halamannya.

Chaeyoung mengemasi barang barangnya sesaat setelah memainkan ponselnya. Lalu membangunkan Yuna yang tertidur dipahanya.

"Jangan dibangunkan, kasian dia"

Yeonjun mengambil alih tempat duduk Chaeyoung dan menempatkan gadis 15 tahun itu dipahanya.

"Kenapa buru buru?"

"Ibuku menyuruhku pulang, ada hal yang harus dibicarakan. Bye semua"

Tanpa banyak bicara, Chaeyoung segera mengambil langkah untuk pergi dari rumah Lia.

Meninggalkan kelima temannya diam kebingungan.






______________
___________________________

Mengerti Kembali.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang