[28.B] come and play sicko mode

1.9K 289 46
                                    














・ ༘🍶ೄ

━━━━━━━━━━━━♱ ⋱ ✡︎ ✡︎ ✡︎ ⋰ ♱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━━━━━━━━
♱ ⋱ ✡︎ ✡︎ ✡︎ ⋰ ♱




C H A P T E R T W E N T Y E I G H T
part 'B'

↳ my middle finger salutes you














Jangan lupa tinggalkan tombol bintang dan komentar ya

.

.

.



















Ayolah, Jungkook. Kau masih belum tamat.


"Pussy."


Aku mengatakannya sambil bangun hingga posisi berjongkok. Seketika itu juga Grendel berhenti tertawa. Ia menjulang di depanku, sambil menarik tangan untuk menghajarku lagi.

Bukannya mengelak, aku justru menantang maju. Posisiku yang lebih rendah membuatku berada dalam jangkauan sempurna untuk melakukan pengrusakan paling parah dengan mulutku.

Grendel mengeluarkan jeritan keras. Aku tidak menggigit lagi, karena tujuan utamaku adalah sekedar mengalihkan perhatian, dan tidak ada cara yang lebih baik daripada menggigit selangkangan seorang pria untuk membuatnya memfokuskan perhatian ke bagian itu.


Saat secara insting Grendel menamengi selangkangannya, aku melompat ke punggungnya seperti monyet, menggunakan kakiku sebagai penopang. Kemudian aku menusukkan jariku ke matanya.

Grendel menjerit sekeras-kerasnya. Aku menusukkan jariku lebih dalam, mengabaikan rasa jijik akibat tindakanku itu. Lengan Grendel terulur ke belakang saat ia mencoba untuk memukul bagian tubuhku yang mana pun yang bisa diraihnya. Aku melompat turun, mengelak dari pukulan mematikan itu, dan menekel kakinya. Sekalipun jariku sudah tidak ada di matanya lagi, tapi Grendel masih tidak bisa melihatku. Luka itu belum pulih dengan sendirinya. Aku hanya punya waktu beberapa detik.

Aku menghambur ke arahnya lagi dengan secepat kilat, kemudian meremas kepalanya dan memelintirnya dengan segenap kekuatan yang kupunya. Terdengar suara patahan, tapi belum cukup. Semua ototku terasa tertarik saat aku menarik kepala Grendel dengan sisa kekuatan terakhirku, sambil menggunakan kakiku sebagai tumpuan —kemudian aku terpental ke belakang dengan kepala Grendel di pangkuanku, dan matanya yang membelalak menatapku.

"Kau lupa... untuk menendangku... saat aku jatuh," ujarku.

Kesunyian seketika itu juga pecah saat beberapa suara terdengar bersamaan. Aku meludahkan darah dari mulutku, tidak peduli jika sikapku itu terlihat tidak pantas dilakukan oleh wanita, dan memegangi bagian samping tubuhku yang terasa sakit. Grendel pasti bisa menghabisiku jika saja ia tidak terlalu sombong. Satu kali lagi hantaman di bagian samping tubuhku, maka aku tidak akan bisa memutar tutup botol soda. Bahkan sekarang, aku merasa seperti baru saja mengalami kecelakaan mobil. Ralat, kecelakaan kereta. Yang sangat parah. Wajah Grendel menghadap ke arahku, kulitnya mulai keriput, dan aku melemparkan tengkoraknya dengan jijik. Sebagian orang suka menyimpan kenang-kenangan. Aku bukan salah satu dari mereka.

NEPENTHE [kth + jjk] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang