part 29

3.7K 319 4
                                    

Aaron melihat semuanya, Airanya sangat berbeda, tak ada lagi belas kasih di matanya, matanya hanya menyorot dingin kemana pun,penggal, bahkan Aaron hanya berfikir akan memenjarakan seumur hidup pamannya itu tapi Aira dengan mudahnya memenggal kepala anggota kerajaan.

Peperangan di menangkan oleh pihak Chayton.
Benar saja prajurit Winston yang masih selamat memohon perlindungan pada Chayton mereka mengaku semua yang mereka lakukan atas tekanan dari winston, dan Aaron menerima mereka.

Duka lagi lagi menyelimuti Langit Chayton, hujan turun dengan derasnya menyapu bersih sisa sisa darah bekas peperangan.

Aaron berjalan tidak sabar menuju ruang pengobatan, kakinya melangkah cepat, informasi dari Robert bahwa Aira berada di sana saat ini, ya Airanya.

Dada Aaron mengembang perasaan senang dan lega tak terkira mengingat Airanya ada di istananya saat ini.

Aaron berhenti di depan pintu jantungnya berdegup kencang khawatir akan respon Aira padanya,
apa Aira membencinya kini?
Pertanyaan bodoh, tentu saja iya, tapi Aaron sudah tidak bisa bertahan untuk tidak melihat Aira.

Para pengawal membuka pintu untuk Aaron, Aaron melangkah masuk dengan cepat, mengedarkan pandangan dan berhenti pada satu sosok.

Sosok itu pemilik hatinya wangi bunga lotus yang lembut mulai menyeruak di penciuman Aaron membuatnya terlena.

"yang mulia"

Sapaan dari seorang tabib menyadarkan Aaron, semua yang di ruangan menghentikan kegiatannya dan menunduk hormat pada Rajanya, kecuali satu orang yang tidak mengalihkan pandangannya, tak menunduk hormat padanya bahkan tidak bergerak seinci pun dari duduknya.

Tapi Aaron tak marah tak mungkin Aaron marah pada Airanya, langkah lebar Aaron berjalan menuju tempat aira duduk, terlihat lengannya berbalut perban.

Apakah Aira kesakitan? Tanya batin Aaron tak suka.

Tiba di hadapan Aira , Aaron terdiam memandang dari dekat pujaan hatinya yang lama menghilang, tidak ada yang tahu sebesar apa rindu yang harus Aaron tanggung.

"Aira" lirih Aaron
Aira mendongak menatap tepat ke mata Aaron dengan berani ,namun sedetik kemudian Aira kembali menunduk dan mengernyit.

Aaron menyalah artikan itu bahwa Aira masih takut padanya, dan itu membuat penyesalan mencuat kembali ke permukaan.

Aira bangkit dari duduknya dan berniat pergi, namun sebelum itu Aaron sudah membawa Aira kedalam pelukan eratnya.

Pelukan yang seharusnya dari dulu Aaron berikan, dan Pelukan yang dari dulu Aira harapkan.

Tapi bahkan kini Aira tak merasakan apapun pada pelukan ini, tepatnya menyangkal apapun yang berhubungan dengan Aaron, Aira mengatakan dirinya sudah selesai bukan.

"lepaskan" lirih Aira, namun Aaron malah mempererat pelukannya
"lepaskan aku, menjijikan"
lirihan tajam kali ini membuat Aaron menegang dan perlahan melepaskan pelukannya, menatap aira tak percaya dengan apa yang matenya itu katakan.

"Jangan pernah menyentuhku lagi" desis tajam Aira, lalu pergi keluar ruangan meninggalkan Aaron yang masih terdiam.

Aaron bisa merasakan kebencian Aira yang begitu kuat di matanya, tapi Aaron tidak bisa menyerahkan?

Aaron keluar untuk mengejar Aira , namun langkahnya terhenti saat melihat Aira bersama seorang pria yang terus mengoceh menanyakan keadaan Airanya, membuat Aaron mengeratkan kepalan tangannya.

Akhirnya Aaron berlalu dari sana ia tidak ingin mengamuk dan membuat Aira makin marah padanya, Aaron meyakini bahwa mereka hanya berteman,

Kembali ke meja kerjanya, menerima berbagai laporan dari Robert, membuat waktu Aaron tersita begitu lama.

Unmated Wolf ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang