part 30

3.7K 308 4
                                    

Aira berjalan cepat meninggalkan danau dan kembali ke kamarnya, kamar yang dulu, benar Aaron menyiapkan kamar yang dahulu Aira tempati.

Jantung Aira masih berdegub kencang.

"bodoh" maki Aira pada diri sendiri.
"ku rasa Aaron menyesal" ucap Eve wolfnya.
"kau bisa memaafkannya perlahan" lanjutnya
Aira mendengus tak percaya dengan apa yang Eve katakan.
"kau memihaknya sekarang" desis Aira
"tidak , tapi aku merasakan ketulusannya"

Aira terdiam, hatinya berdenyut sakit namun ia tau itu bukan miliknya, apa milik Aaron? Karena mereka masih terikat sehingga Aira bisa merasakan kesakitan Aaron.

Lagi pula Aira tak berniat kembali pada Aaron, setelah semua ini selesai, ia akan kembali ke pondoknya dan hidup tenang.

Ya tak perlu berpikir apapun, ketulusan Aaron adalah hal yang sangat meragukan di banding apapun, Aira tak ingin percaya lagi dengan hal yang tak pasti, kepastian tak terlihat pada Aaron karena yang paling mengejutkan bagi Aira adalah dirinya tak bisa membaca Aaron. Tak melihat masa depan atau masa lalu Aira tak membaca apapun, dan itu membuatnya frustrasi dan ketakutan.

Tapi sekali lagi Aira akan memantapkan hati bahwa ia tak akan kembali pada Aaron.

Mata Aira mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.

"kau sudah bangun"

Aira terkesiap melihat Aaron sudah duduk di sofa kamar dan menatapnya.
Aira terdiam mencoba tak perduli
"turunlah untuk sarapan" ucap Aaron lagi.
Aira tak menjawab namun kakinya melangkah ke kamar mandi.
"Aira" panggil Aaron
Aira berhenti namun tak berbalik
"beri aku kesempatan" ucap Aaron
"kesempatan untuk memperbaiki semuanya" lanjut Aaron
Aira kembali melanjutkan langkahnya tanpa menjawab apapun.

Aaron terdiam melihat Aira berlalu begitu saja tanpa menjawab atau melihatnya.

"kita harus melakukannya dari awal" ucap Jack wolf nya
"benar" setuju Aaron

Aaron menghela nafas panjang dan keluar dari kamar Aira, banyak pekerjaan yang menunggunya.

Memasuki ruang kerjanya ternyata ayahnya Philip sudah berada di sana.
"bagaimana kabarmu anaku"
Aaron menghela nafas
"buruk"
Philip tersenyum menatap putranya
"kau harus berusaha lebih keras putraku, Aira memang terlihat keras saat ini, namun siapa yang tahu hati bisa berubah"
Aaron mengangguk
"benar aku harus berusaha lebih keras" Aaron tersenyum pada ayahnya.

Kerajaan mulai stabil kembali, perekonomian perlahan mulai membaik, duka masih menyelimuti beberapa keluarga yang kehilangan anak anak nya karena penculikan.

Aaron sudah mengerahkan banyak prajurit untuk menggeledah kediaman Winston namun nihil, tidak ada sandera atau tawanan di sana, anak anak itu menghilang tanpa jejak .

Winston sudah runtuh hingga ke
Akarnya, para sekutu yang membela Winston di penjarakan karena penghianatan.

Lalu keadaan makin membaik karena hubungan Chayton dengan pack pack lain berjalan baik, mungkin ketenangan di Chayton akan kembali seperti dulu lagi .

Ketenangan, namun yang Aira rasakan adalah ini semua seperti ketenangan sebelum badai.

Semoga firasatnya salah tentang badai yang akan menyapu Chayton sekali lagi, Aira berharap itu tak terjadi.

"haiii"

Aira terkejut menatap Zayn kesal.
Zayn hanya terkekeh melihat ekspresi Aira
"bagaimana sekarang kau tetap disini?" tanya Zayn
"jika kondisinya membaik aku akan kembali ke pondoku" ucap Aira
"untuk apa ? Kau tau kan tidak seharusnya kita berada di sana mereka manusia"
"aku tau dan aku tidak akan ceroboh menyakiti mereka" kesal Aira
"bagaimana kau ikut denganku" ajak Zayn.
Aira mengernyitkan dahi seperti berkata 'yang benar saja'
"aku akan kembali beberapa hari lagi ke pack ku" ucap Zayn sedih
"jika kau mau kau bisa ikut denganku ke Redmoon pack"
Aira terkesiap
"bukankah Redmoon pack sudah tidak ada"
Zayn tersenyum
"ya sudah tidak ada , setelah peperangan dahulu kami menyembunyikan diri kami dari Winston, masih banyak yang tersisa dari warga Redmoon pack dan mereka menyebar berbaur dengan pack lain atas perintah ku, namun karena sekarang Winston sudah tiada kami bisa kembali ke rumah kami"
"jadi kau Alpha Redmoon pack"
tebak Aira
Dan Zayn hanya tersenyum
"apa kau mengenal Hendri ?" tanya Aira
"tentu saja" ucap Zayn semangat
"aku tahu ia menjadi pelayan di istana ini, itu salah satu penyamarannya, dan aku merasa bersalah atas apa yang menimpa dirinya"
"itu semua salahku" ucap Aira sedih.

Zayn menoleh tak mengerti dengan ucapan Aira
"dahulu aku anak beta kerajaan ini namun karena sesuatu , banyak hal yang tidak menyenangkan terjadi padaku dan Hendri adalah temanku satu satunya, dan ia tiada karena melindungiku " ucap Aira dengan mata berkaca kaca.
"maaf kan aku"
ucap lirih Aira pada Zayn
Zayn tersenyum dan menghapus air mata Aira
"aku memang tak tahu bagaimana cerita sesungguhnya namun jika itu adalah Hendri aku tau ia telah memilih keputusan yang benar ,ia menyelamatkan orang yang benar, Hendri pasti bangga dengan pilihannya"
Aira terdiam mendengarkan.

"jadi jika kau tidak ingin disini , kau bisa ikut denganku"

"tidak ada yang akan ikut siapapun atau pergi kemanapun !!"

Suara geraman itu mengejutkan Aira dan Zayn, mereka berdua bangkit dan berbalik menatap Aaron.

Aaron saat ini tengah marah, bagaimana bisa lelaki asing ini mengajak Aira pergi dari istananya, Aira tak akan pergi kemanapun dengan siapapun selain dirinya.

"ah yang mulia Aaron" salam Zayn
"kau harus memikirkannya manis" ucap Zayn pada Aira lalu pergi dari sana tanpa rasa takut akan kemarahan sang Raja.

Kini tinggal mereka berdua Aaron dan Aira di taman itu, Aaron masih menatap Aira dengan tajam dan Aira yang mencoba tidak perduli.

Aaron mencoba menekan kemarahannya karena yang di hadapannya kini hanya Aira, kemarahan akan menghancurkan segalanya.

"Aira" panggil Aaron
Aira mendongak menatap Aaron lalu beralih menatap apa yang tengan Aaron bawa dalam keranjang.

Gula gula, makanan kesukaan mereka waktu kecil ,apa yang sedang coba Aaron lakukan sekarang bernostalgia dengannya.

"jangan mencoba untuk mengaturku" ucap aira dengan datar
"kau tidak bisa pergi begitu saja,rumahmu disini" lirih Aaron
Aira ingin tertawa saat Aaron menyebut disinilah rumahnya .
"aku tidak punya rumah disini ,rumah siapa yang kau maksud ?" pertanyaan Aira lagi lagi membuat Aaron tertohok.

"aku tidak punya rumah disini, aku tidak punya apapun disini!! Kauuu!! Mengambilnya dariku, semua yang aku miliki kau merenggutnya, kau pikir apa yang tersisa untukku haaah!!!" Aira meledak tak tahan lagi dengan semua beban yang di tanggungnya.

Aaron merasakan sakitnya, pilu menyerang hatinya, itu milik Aira Aaron tahu, Aaron mencoba menggapai Aira, namun Aira berjalan mundur.

"Aira ... Ku mohon jangan tinggalkan aku" lirih Aaron kemarahan Aira bagai belati yang menyayat tubuhnya perlahan.

"melihat mu adalah hal yang menyakitkan untukku"
setelah mengatakan itu Aira berlari pergi menjauh dari Aaron .

Aaron jatuh berlutut di rumput yang masih terasa basah, ia meremas rambutnya frustrasi, ia tau akan seperti ini akhirnya,namun Aaron tak pernah mengira kesakitannya akan separah ini.

Apa yang harus Aaron lakukan sekarang ?

~•~

Tinggalkan jejak!!

Vote

Unmated Wolf ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang