part 9

3K 264 7
                                    

Aira berlari secepat yang ia bisa mendengar ibunya di bawa kepengadilan.

"APA APAAN INI!!!" aira menatap nyalang semua orang di ruangan pengadilan.
Aira menatap ibunya yang duduk menangis.

"Elisa telah terbukti berbuat kejahatan dengan meracuni sang Ratu" jelas Robert
" OMONG KOSONG!!! Ibuku tak mungkin melakukan itu !!!"
Aira berteriak pada Aaron dengan nafas memburu.

ya disana ada Aaron yang hanya duduk dengan wajah yang datarnya.

"semua bukti telah di temukan di kamar Elisa"

Robert menunjukan sebuah botol kecil yang Aira tak tahu apa itu.

"botol ini berisi cairan racun yang sama seperti yang ada di gelas teh sang Ratu"
"Tidak!! Tidak mungkin!! Ini pasti jebakan" kekeh Aira.

Aira menatap ibunya yang hanya menangis.

"ibu!! Katakan sesuatu pada Raja bahwa kau tak melakukannya, KATAKAN!!!"
Elisa hanya menatap Aira sedih.

"Vonis telah di jatuhkan"
suara hakim membuat Aira menoleh
Aira mendekat ke arah Aaron.

"yang mulia"

Ini pertama kalinya Aira memanggil Aaron dengan sebutan itu ,suaranya bergetar.
"beri aku waktu" tatap Aira penuh permohonan.
"beri aku waktu untuk membuktikan bukan ibuku yang melakukannya , ia tak mungkin melakukannya yang mulia"
"aku ingin penyelidikan" lanjut Aira.

Aaron tak bergeming ,bahkan sama sekali tak menatap Aira.

"penyelidikan telah selesai dan Elisa sendiri telah mengaku"

Jelas sang hakim ,membuat Aira menoleh ke arah ibunya

Aira mendekati ibunya dengan langkah terseok , jatuh berlutut di bawah ibunya.

"ibu katakan ,katakan bahwa itu tidak benar , katakan bukan kau pelakunya!! KATAKAN!!!" Aira menangis tersedu di pangkuan ibunya.

Elisa hanya mengelus lembut rambut Aira , Elisa harap ini bukan terakhir kali ia membuai putrinya tapi apa daya, ini memang menjadi yang terakhir Elisa melakukannya.

"putriku , cahaya permata kami , kami selalu bangga memiliki putri cantik sepertimu" Aira makin terisak kuat mendengar kata kata Elisa ,
Elisa mengecup panjang kepala Aira

"kami selalu menyayangimu , jaga dirimu baik baik"

"Kenapa kau lakukan ini padaku bu, jangan tinggalkan aku" Aira terisak kuat.
"ada yang mengancamu?" Aira mendongak menatap ibunya.
"katakan padaku bu, katakan!"
Elisa hanya tersenyum tanpa berkata apapun.

"Elisa Stetwart akan di jatuhi hukuman mati dengan cara meminum racun !"

Seruan itu membuat Aira histeris ,ibunya di tarik paksa dari pelukannya lalu di seret menuju aula ,di sana sudah berkumpul para rakyat yang akan menyaksikan eksekusi hukuman mati ini.

Aira berusaha mengejar Elisa ke tengah lapangan tapi di tahan oleh para prajurit.

"AAaaaa IBUUU!!!! LEPASKAN AKU BRENGSEK!!"

Aira terus berontak , ibunya sudah berdiri di tengah lapangan memegang sebuah botol , botol racun.

"TIDAK!! Tidaaak ! Jangan meminumnyaa !!,tidaak lepaskan aku SIALAN!! "

Maki aira pada dua prajurit yang menahannya.

Di depan,
Elisa menatap Aira tersenyum , senyum terakhirnya ,lalu dengan cepat elisa menenggak racun itu.

" Aaaaaarrghh tidaaak ibuu!!! Aira berteriak histeris melihat ibunya telah luruh jatuh ke tanah , rontaan Aira makin menguat hingga berhasil lepas dari dua prajurit.

Aira berlari ke tengah lapang menggapai ibunya yang terbaring di tanah ,memeluknya erat.

"ibuu ibuu" isak Aira tegugu, Aira menggucang kuat tubuh Elisa tapi tak ada pergerakan.

Ibunya benar benar pergi.

Aira terus memeluk ibunya sambil terisak kuat.

Dadanya berdenyut sakit ,sakit ,sakit sekali ,nafasnya menyesak seolah pasokan udara ikut menghilang bersama ibunya.

"AAARGHH IBUU !! Buka matamu" suara Aira melirih , sia sia ibunya  tak bisa membuka matanya lagi .

"inilah hukuman bagi para penghianat , siapapun yang berani berkhianat pada kerajaan hukumannya adalah MATI!" 

Suara lantang Aaron menggema di telinga siapapun yang mendengarnya .

Begitu pula Aira ,Aira mendongak keatas pada jajaran bangku bangku mewah yang terisi oleh mereka yang seolah tengah menonton acara opera dengan santainya, di sana ada Winston ,Jasmine ,Aaron dan para petinggi kerajaan lainnya.

Aira menatap mereka dengan nyalang ,mata Aira dan Aaron bertemu namun secepat itu pula Aaron memutuskan tatapannya dan berbalik pergi .

Aira sudah tak mengenali Aaron lagi.

Pemakaman untuk Elisa telah selesai tidak ada penghormatan tidak ada yang bersedih selain dirinya , Aira menatap kosong gumpalan tanah bertabur bunga yang masih basah ,selesai sudah kini tinggal dirinya di dunia ini Aira tak punya siapapun lagi.

Sekali lagi Aira terisak pilu di hadapan makam kedua orang tuanya.

Kesedihan masih menggelayuti Aira hingga esok hari ,ia duduk diam di kamarnya tak tidur semalaman , Aira memikirkan apa yang telah terjadi Aira yakin ibunya tak mungkin meracuni Ratu tapi mengapa ibunya mengakuinya .

Di tengah lamunannya pintu kamar Aira tiba tiba terbuka
Seorang pelayan masuk tanpa mengetuk pintu seperti biasanya , pelayan itu berjalan cepat membuka lemari baju Aira dan mengambil semua bajunya dari lemari.

"hey apa yang kau lakukan !"

Aira menghentikan kegiatan pelayan itu , namun pelayan itu menyentak tangan Aira ,Aira terkejut atas perlakuan itu.

"kau sangat tidak sopan kau tau" kesal Aira.

Pelayan itu menatap Aira sinis setelah selesai memberesi pakaian Aira.

"untuk apa aku berlaku sopan padamu kini kau sama seperti kami ,PELAYAN"
ucap pelayan itu dengan sarkas.
"apa katamu ? Aku pelayan?" tanya Aira bingung.
"benar , jadi cepat kau bawa baju bajumu dan keluar dari kamar ini , kau akan mendapatkan kamarmu yang baru"
"hey!! Kenapa aku harus pindah dari kamarku ?"
"jangan banyak membantah ,kamar ini terlalu mewah untuk pelayan rendahan , lagi pula ini perintah Raja"
"perintah Raja ? Aira makin tidak mengerti.
"ini benar benar tak adil untukku"
pelayan itu terkekeh mendengar ucapan Aira.
"menurutmu apa yang adil untuk putri dari seorang penghianat "
Aira mendadak emosi mendengar ucapan pelayan itu.
"PLAK!! Jaga ucapanmu " Aira menggeram.
Pelayan itu memegang pipinya yang Aira tampar, menoleh dan menatap tajam pada Aira lalu menjambak rambut Aira keras hingga Aira terduduk di lantai,
"kau yang jaga sikapmu , di sini kau bukan siapa siapa lagi bukan nona yang harus kami layani jadi jangan bertingkah !!" lalu pelayan itu beranjak pergi, Aira meringis meratapi apa yang terjadi.

Hari itu Aira benar benar pindah ke kamar barunya kamar pelayan, luasnya bahkan tidak sampai sepertiga kamarnya yang dulu, sangat kecil hanya berisi satu ranjang ukuran satu orang nakas kecil dan lemari di pojok kamar letaknya di paling selatan istana.

"huuffftt"

menghela nafas
mau tak mau Aira harus menerima ini, protes terhadap Aaron pun tak akan mengubah apapun.

Hari sudah beranjak malam Aira harus segera berbenah, Aira mulai menata bajunya dalam lemari buku buku dan barang barang lainnya , barangnya cukup banyak sehingga membuat kamar kecil ini terasa penuh , tapi tak apa Aira akan mencoba menyamankan diri.

Beruntung bibi Eli kepala pelayan istana cukup baik untuk memberinya satu kamar lagi di sebelah kamarnya ,untuk apa kamar itu ? untuk menaruh barang barang peninggalan orangtuanya karena dengan teganya Aaron juga mengusir mereka dari kamar itu walau mereka telah tiada.

Aira harus bersabar dan kuat menjalani semua ini, masih banyak pertanyaan yang mengganjal di hatinya tapi Aira percaya seiring berjalannya waktu Aira akan tau apa yang terjadi sebenarnya terutama tentang ibunya.

Terlalu banyak fikiran akhirnya Aira jatuh terlelap.

~•~

Feelnya dapet gak sih😩?
Please comment dan
Tinggalkan jejak!!
Vote



Unmated Wolf ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang