part 16

3.2K 276 2
                                    

"Yang mulia"

Panggil Robert pada Aaron.
"ya"

"saya sudah melakukan yang anda perintahkan yang mulia"
"bagus , dan santai saja padaku jika hanya ada kita"
Robert menghela nafas dan duduk di hadapan Aaron.

"apa yang kau pikirkan" tanya Robert
"bukan hal yang penting" jawab Aaron.
"bukan hal yang penting tapi sampai membuatmu melamun"
Aaron hanya tersenyum tipis.
"tentang Mate mu ?"
"Tak perlu membahas penghianat itu" sela Aaron
Robert menghela nafas panjang
"aku hanya tak ingin kau menyesal nanti sobat" Robert berucap seraya menepuk pundak Aaron lalu berjalan keluar.

Menyesal ,itu tidak akan terjadi malah ia akan merasa bersalah pada ayah dan ibunya jika bersama matenya itu , walau harum dari matenya selalu begitu memabukan ,harum bunga lotus yang lembut seolah membuainya , namun Aaron menahannya sekuat tenaga.

"berhenti menyiksa mate kita bodoh !" itu suara Jack wolf Aaron
"diam , kau tak tau apa yang ia perbuat pada orangtua kita" Aaron menggeram.
"tapi dia mate kita , dan kau malah bercumbu dengan wanita ular itu di hadapannya" ucap Jack tak percaya.
"pasti mate kita tersakiti" lanjut Jack
Aaron tersenyum.
"memang itu tujuannya ,membuatnya sakit"
"keterlaluan kau tau, kita bisa mati tanpanya" ucap jack lirih lalu menghilang.

Keterlaluan , tentu itu belum seberapa , dan Aira memang pantas mendapatkannya.

Aaron memandang keluar dari jendelanya mengedarkan pandangan ke penjuru istana ,tatapannya terhenti pada dua sosok yang tengah menyiram tanaman mereka tertawa bersama , tangan Aaron mengepal marah melihat Aira dan seorang pelayan pria tertawa bersama , tidak ,tentu Aaron marah bukan karena kebersamaan Aira dan pelayan itu tapi marah karena Aira masih bisa tertawa , ya pasti karena itu, harusnya Aira lebih menderita dari pada dirinya ya kan.

Aira dan Hendri tengah menyiram tanaman berdua ,tugas dari bibi Eli
"Hend ku rasa aku akan pergi dari sini suatu saat nanti" ucap Aira
Hendri terdiam mendengar penuturan Aira.
"kau tidak mengajakku ?"
Aira menoleh ,dan terkekeh.
"Sebenarnya aku juga tak tau akan kemana , yang penting pergi saja dulu , jadi mungkin aku tidak bisa menghidupimu nanti" goda Aira
"kalau begitu aku yang akan menghidupimu" ucap Hendri serius
Aira hanya terkekeh ,
"jangan banyak bertingkah , kau akan meninggalkanku saat bertemu matemu" goda Aira

Hendri hanya tersenyum.

Aira mengedarkan pandangan pada tanaman yang telah ia siram ,Aira tersenyum saat menyadari pekerjaannya selesai namun senyumnya lenyap ketika matanya bertemu dengan mata Aaron yang juga tengah menatapnya tajam , Aira menguatkan hati untuk jadi orang pertama yang mengalihkan pandangannya .

Kecewa , kekecewaan Aira pada Aaron sudah mencapai titik dimana Aira tak bisa memaafkan matenya itu.

"sudah selesai ,ayo kembali" ajak Hendri.
"ayo"

Aira dan Hendri berlalu dari taman itu ,tanpa tau seseorang menggeram marah.

*Berani sekali pelayan itu mengalihkan pandangannya lebih dahulu dari pada dirinya * batin Aaron
"apapun yang ada di pikiranmu jangan lakukan !" ancam Jack
Aaron hanya tersenyum miring.

Sore itu Aira akhirnya menyelesaikan semua pekerjaannya tubuhnya terasa remuk redam , Margaret kembali berulah dan memberinya pekerjaan miliknya, Aira tak bisa menolak karena malas berdebat dan akhirnya dia juga yang akan menerima hukuman jadi usahanya hanya sia sia .

Aira berjalan di lorong menuju kamarnya , Aira melihat beberapa pelayan sedang membakar sesuatu di halaman depan kamar para pelayan.

Aira mencoba tidak perduli namun tak sengaja matanya menatap benda yang cukup familiar untuknya , Aira mendekat ke perapian dengan tergesa , matanya nyalang menatap kobaran api.

"apa yang kalian bakar ?" tanya Aira , matanya masih menelisik apa yang ada di kobaran api itu,
Para pelayan itu hanya diam
"apa yang kalian bakaar!!!" kini Aira berteriak ,suaranya mulai bergetar.
"siapa yang melakukan ini, siapaa!!" Aira menatap para pelayan itu satu persatu ,namun mereka bungkam.

Aira secepat kilat berlari mengambil air lalu menyiramnya ke perapian , terus seperti itu ,tak ada yang membantunya ,langkah Aira bergetar di setiap larinya  , air matanya sudah mengalir deras tak terbendung lagi .

Namun sia sia saat api padam ,tak ada yang tersisa lagi semuanya hangus terbakar tak tersisa apapun ,barang peninggalan orang tuanya habis sudah , Aira terduduk mencoba mengais apapun kedalam abu mencoba mencari apa yang tersisa , panas tak lagi di rasa ,ketika di tangannya hanya ada abu , Aira mulai terisak berteriak bagai orang gila.
hanya barang barang itu yang Aira punya ,hanya dengan itu Aira bisa merasakan kehadiran orangtuanya tapi semuanya musnah ,siapa yang dengan tega melakukan ini padanya.

Beberapa pelayan masih berkerumun di sana .
"siapa yang melakukannya , siapa yang memerintah kalian!!"
"yang mulia raja yang memerintahkan kami" jawab Margaret dengan senyum miring , ia senang melihat Aira seperti ini.

Aira kemudian bangkit berjalan cepat ke ruangan Aaron

"Braak!! " Aaron dan Robert terkejut mendengar suara bantingan pintu itu
"lancang sekali kau!! Aaron berteriak pada Aira .
Mata Aira nyalang menatap Aaron di sana.
"Kau yang lancang !!,berani sekali kau memerintahkan mereka untuk membakar barang barang orangtuaku !"
"Ah barang barang tidak berguna itu" ucap Aaron santai .
Aira menggeram mendengar itu
"Brengsek apa maksudmu, itu adalah barang berharga untukku!" Aira berteriak marah pada Aaron
"barang itu hanya memenuhi istanaku , dan pelayan hanya boleh memiliki satu kamar , jadi aku menyingkirkannya , lagi pula tidak baik menyimpan barang barang peninggalan penghianat" ucap Aaron santai.

Tubuh Aira bergetar , dirinya sungguh ingin menhunuskan sebuah pedang pada si brengsek Aaron itu.

"kau benar benar tidak termaafkan lagi Aaron!!" teriak Aira menatap nyalang pada Aaron
Aaron tersenyum sinis
"kau pikir aku butuh maafmu"
Ucap Aaron angkuh.

Aira tak tahan lagi ,milik orangtuanya adalah hal terakhir yang Aira pertahankan , kini sudah tak ada lagi yang tersisa Aira benar benar tak memiliki apapun lagi kecuali dirinya .

Aira menarik pedang milik robert dengan cepat lalu mengacungkannya pada leher Aaron .

Jika kalian mengingat, Aira sangat mahir bermain pedang dan beladiri , selama ini dirinya menjadi lemah bukan tanpa alasan ,ia hanya menjaga janjinya pada seseorang , namun sekarang Aira tak bisa lagi bertahan .

Mata Aira memerah menatap tajam Aaron , matenya seseorang yang harusnya melindunginya tapi menjadi orang pertama yang selalu menyakitinya .

"aku bersumpah tak akan pernah memaafkanmu" ucap Aira
"AKU BERSUMPAH KAU AKAN BERSUJUD DI KAKIKU AARON!!"

Aira menekan ujung pedangnya pada leher Aaron , darah Aaron mulai mengalir membasahi kerah bajunya ,

Tubuh Aaron sedikirmt bergetar saat Aira mekontarkan kata katanya.
Aaron terdiam ,tak bisa bergerak perih di lehernya mulai terasa ,Aaron tidak siap dengan pergerakan Aira ,Aaron menyadari Aira masih hebat seperti dulu .

Tak lama Aira merasakan dingin menyentuh lehernya.
"turunkan senjatamu nona " ucap Robert seraya mengacungkan pedang pada aira.
Aira mendengus
"kau tau Robert, bahkan kini aku tak lagi takut mati" ucap Aira masih menatap tajam Aaron yang tak bergerak , lalu makin menekan dalam pedangnya pada leher Aaron darah makin deras mengalir ,
"nona !" ucap Robert panik.
"jika bukan karena janjiku ,aku akan memutuskan lehermu brengsek!" ujar aira membuang pedangnya ke lantai lalu keluar dari ruangan itu .

Robert menghampiri Aaron yang terduduk memegangi lehernya
"penjarakan dia" ucap Aaron
"apa!?"
"ku bilang penjarakan pelayan itu !" ucap Aaron menggeram
Robert menatap tidak percaya pada Aaron
"kau tau ,semua ini adalah kesalahanmu"
"turuti perintahku !" tegas Aaron menatap robert tajam.

Brengsek , umpat Aaron dalam hati

~•~

Tinggalkan jejak !!!
Vote

Unmated Wolf ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang