Sesuatu yang ada dalam bingkisan itu menggiurkan. Martabak special dan beraneka biskuit rasa coklat. Bagaimana El tahu kalau Clarine menyukai semua makanan-makanan ini?
"El... " panggil Clarine lirih.
Elvano hanya meliriknya sekilas lalu melanjutkan acara game-onlinenya lagi. Clarine mendengus.
"Gue lapar, El!"
"Mati aja. "
Clarine melotot. "Niat nggak sih beliin gue makanan, kalau cuma mau dipajang mendingan buang aja sana! "
"Siapa bilang buat lo? "
Eh?
Nggak ada sih. Tapi kan...
"Nyebelin banget sih! "
Elvano tidak mengacuhkannya. Meski begitu, dia tersenyum tipis.
"El! "
Pasrah. Elvano meletakkan hapenya dan menghampiri ranjang Clarine.
"Sakit aja berisik!" cibir Elvano sambil mengambilkan secuil martabak. Clarine memakannya lahap. Wajar, sejak siang tadi dia belum makan.
"Gue kapan balik? "
"Baru dua jam disini, "
"Kapan? " desak Clarine.
"Besok. "
Clarine mengangguk dua kali. Makannya tetap lahap saat Elvano mengambilkan semua bingkisan dan meletakkannya dipangkuannya.
Elvano mengamati Clarine. Dia teringat. Saat Clarine menggoreskan tangannya di danau, mulai saat itulah Elvano tertarik padanya. Menurutnya, Clarine cewek yang unik dan menarik. Dia rapuh, namun tetap selalu terlihat biasa-biasa saja. Elvano ingin melindunginya sebisa mungkin. Tidak ada siapapun yang boleh menyakitinya kecuali dirinya sendiri.
Dia senang saat Clarine sakit. Clarine pun juga demikian. Rasa sakit itu... menyenangkan bagi orang-orang tertentu.
"Kalau udah tidur. Tapi jangan kebablasan."
"Mati gitu maksudnya?"
"You know."
"Lo aja sana! "
***
Pagi hari orang-orang disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Dunia sudah siap untuk bergelut. Siapa yang kuat, dialah yang menang.
"Mas, hari ini kamu pulang agak awal, ya. Aku mau mas nemenin aku arisan."
"Arisan? "
Ilma mengangguk. "Iya, arisan ibu-ibu kaya. Mereka juga mau ngajak suaminya."
Herman diam sejenak. "Nggak bisa, hari ini jadwal aku ngunjungin Clarine."
"Kok gitu sih, mas. Clarine kan udah besar, bisa ngurus dirinya sendiri. Ngapain coba dikunjungin segala? " Ilma tampak tak suka.
"Gimanapun dia anak kandung aku, Ilma."
"Terus, emang kenapa kalau anak kandung? Di dalam perutku ini juga anak kandung kamu, mas."
Ilma saat ini sedang hamil muda. Usia kandungannya baru menginjak dua bulan.
"Iya, aku tahu. ""Terserah mas aja, lah! " Ilma meninggalkan Herman sendirian di ruang tamu. Dia kesal dan tak suka saat Herman mempedulikan Clarine.
"Anak itu harus diberi pelajaran!" gumam Ilma.
***
Pukul sembilan pagi.
Clarine sudah tiba di rumahnya. Ahh, bermalam di rumah sakit sungguh buruk. Bau obat-obatan dan banyak nyamuk.
"Gue balik. "
"Eh, bantuin gue masuk dulu. "
"Ogah! "
"Kok gitu sih, El?! "
"Manja! "
"Coba baik sama gue sehari... aja. Bisa nggak, sih?! "
"Nggak! "
Elvano melangkah pergi beberapa langkah namun berbalik lagi. Kini dia berjalan masuk ke dalam rumah Clarine menggunakan kunci cadangan. Clarine memaki Elvano dalam hati.
"Kalau lo mau masuk ya bantuin gue sekalian anjir! " umpat Clarine sebal.
Dengan pelan-pelan, Clarine berjalan masuk ke rumahnya. Terlihat Elvano sedang melihat acara televisi dengan memakan sebuah apel merah. Dasar nggak tahu diri!
"Lo baru kapan sih kenal gue?!" bentak Clarine.
Clarine menidurkan dirinya di sofa dengan perlahan. Rasa nyeri di pinggangnya masih sedikit terasa.
"Bukan seberapa lama, namun seberapa pedulinya. " kata Elvano dengan watadosnya.
"Peduli matamu! " Clarine melototkan matanya.
Krekk
Clarine menoleh. Dia menatap Elvano bingung.
"Itu suara apaan? "
"Kayu diinjek. "
"Siapa yang nginjek? "
"Orang baik. "
"Baik?"
"Kan mau nyelakain lo. "
"Tapi gue belum sembuh, oy! "
Elvano menyiratkan agar Clarine diam. Dia mengecilkan volume tv dan bangkit dari duduknya. Elvano bersembunyi dibalik tembok sedangkan Clarine pura-pura tidur.
Saat seorang pria mendekati Clarine, Elvano dengan cepat menendangnya dari belakang. Pria itu jatuh tersungkur.
"Disuruh siapa lo? " tanya Elvano dingin. Tatapannya tajam. Siapapun pasti akan tahu siapa Elvano sebenarnya jika seperti ini.
Namun pria itu mencoba menyerang Elvano.
Bugh
Bugh
Pyarr
Pria itu menabrak lemari kaca. Tubuhnya banyak tertancap pecahan kaca, terutama tangannya. Clarine yang melihatnya ikut meringis.
"Siapa yang nyuruh lo? " suara Elvano terdengar berat dan menusuk. Dia menginjak perut pria itu sampai memuntahkan darah.
"Ja-jangan bunuh saya. Saya dis-suruh wanita bernama I-Ilma, uhukk... uhukk... "
Clarine melebarkan matanya. Wanita itu lagi ternyata...
"Dia tergores sedikit, maka gantinya organ tubuh lo! " Elvano menyeringai.
Clarine terdiam. Elvano benar-benar seorang psikopat.
"Udah El, nanti dia mati. " cicit Clarine.
"Gue biasa bunuh orang. Apalagi sampah kayak dia yang berani nyoba nyakitin lo. " desis Elvano.
"Clar-- APA-APAAN INI?!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Danger ✓
FanfictionENDING✓ Bagaimana jika sesuatu atau seseorang yang berbahaya berada didekatmu? Ketakutan? Oh tidak!! Tidak bagi Clarine. Dia malah begitu menyukainya bahkan mencari-carinya. Keinginannya itu terwujud ketika bertemu dengan Elvano di toko buku. Elva...