"Oiya, Ayah gimana? "
Mereka berdua-- ralat, bertiga kini sedang di rawat di rumahnya El dengan dokter pribadinya El. Kondisi mereka kini sudah lebih baik--setidaknya sudah mirip seperti manusia daripada zombie seperti tadi.
Clarine serasa pernah melihat dokter pribadi El ini, tapi... dimana? Clarine tidak ingat.
"Udah gue urusin, tenang aja. "
"Emang kamu ngomong apaan ke Ayah? "
"Kita kecelakaan, "
Oh, pintar. Memang mirip sih kondisi seperti ini dengan yang namanya kecelakaan.
Mereka bertiga diinfus, karena kehilangan banyak darah dan cairan. Erick tertidur pulas di kamar tamu sejak dirinya selesai di obati.
"Ayah lo pulang dibantu sama orang suruhan gue dengan alasan kita ada tugas sekolah sebentar, dan dua menit yang lalu Ayah lo nerima kabar kalau kita kecelakaan. " Jelas El.
"Oke sip. "
Di tengah-tengah perbincangan mereka, sang dokter masuk ke ruangan ini lalu berkata, "El, saya pulang dulu ya. Besok pagi saya ke sini lagi buat mengecek kondisi kalian. Oiya, obatnya udah saya serahin ke bibi. Selamat petang! "
El hanya berdehem menanggapinya. Setelah sang dokter keluar, El berdiri, ikut keluar. "Ke mana, El? "
"Tidur, ngantuk." jawabnya tanpa mengalihkan pandangan. Clarine mengangguk meski responnya tidak dilihat oleh El.
Clarine melihat luka-luka disekujur tubuhnya. Warnanya kemerah-merahan, seperti daging sapi yang dipanggang lalu dibuat steak. Sudah diberi lemon juga, kan? Ahh benar-benar mirip. Untung Clarine sudah kenyang memakan nasi dan sayuran berwarna-warni tadi. Jika tidak pasti imajinasi Clarine liar, membayangkan memakan dagingnya sendiri, hahaha. Ehh, tapi enak nggak ya?
Nggak tau.
Ngomong-ngomong, Clarine sebenarnya kepo dengan kondisi Bara saat ini. Dia belum sempat bertanya kepada El, apa saja yang dilakukan El kepada Bara waktu proses penyelamatannya. Tapi...
Sudahlah lupakan, membuat lukanya rasanya semakin nyeri saja. Lebih baik Clarine juga segera tidur untuk memulihkan tenaganya dan juga mempercepat proses penyembuhannya.
***
Herman mencoba menelepon orang yang memberitahunya bahwa putrinya, Clarine kecelakaan. Tapi anehnya nomor telepon tersebut sudah tidak aktif. Dia takut berita kecelakaan Clarine tersebut adalah semacam penipuan, namun lebih takutnya lagi hal itu benar karena Clarine memang tidak pulang sampai sekarang. Dia benar-benar takut. Dia tidak mau kehilangan anaknya setelah istrinya, lebih-lebih sekarang dia sedang tidak mengingat apapun jadi dia bingung ingin minta tolong kepada siapa.
Ting tong
Dengan segera Herman membukakan pintu. Namun senyum harapannya luntur saat yang datang bukanlah Clarine melainkan layanan antar pesan makanan.
"Saya tidak memesan apapun, mungkin anda salah alamat. " ujar Herman.
"Tapi benar, ini alamat anda atas nama Bapak Herman."
Dahi Herman mengerut, bingung sendiri. Perasaan dia tidak memesan apapun. Namun daripada berbelit-belit, Herman menerima barang itu dan membawanya masuk ke dalam rumah. Di atas meja dapur, Herman membukanya. Isinya nasi dan beberapa lauk tradisional, Herman menyukai itu. Siapapun pengirimnya, pasti dia dekat dengannya karena tahu apa makanan favoritnya. Herman yakin itu Clarine, anaknya yang kini entah di mana. Dia harap Clarine saat ini dalam kondisi baik-baik saja.
Karena lapar, Herman mengambil piring serta gelas berisi air putih dan melahap makanan itu. Positif thinking bahwa tidak ada racun di dalam makanan itu. Dan sepertinya memang makanan itu aman karena Herman masih baik-baik saja setelah memakannya. Dua jam setelahnya, Herman memutuskan untuk tidur. Clarine pasti sedang bersama pacarnya, El--pikirnya.
***
Di lain sisi, seorang pria terbaring di atas tempat tidur dengan mata tertutup. Alat-alat kesehatan banyak menempel pada tubuhnya, namun tak membuatnya menjadi kritis. Mungkin karena daya tahan tubuhnya kuat.
"Tuan akan segera sadar seperti biasanya, " kata salah seorang pegawai di rumah ini kepada pegawai yang lainnya. Pegawai lainnya mengangguk membenarkan ucapannya.
Setelah memastikan kondisi Tuannya hingga benar-benar terawat dan aman, para pegawai itu melangkah pergi meninggalkan ruangan ini dengan langkah pelan, takut jika sewaktu-waktu Tuannya mendadak bangun maka Tuannya akan merasa terganggu dengan suara langkah mereka yang menurut Tuan mereka berisik.
***
I'm sorry, cuma 617 kata. Pendek, ya?
Terserah guelah :v
Sabar nunggu update ya, real life gue lagi ribet ini :"
Jangan lupa buat kasih vote ⭐untuk hadiah ketikannya. Gratis kok, masa gamau pelit amat. Kuburannya sempit mau wkwk
Salam,
Rae❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Danger ✓
FanfictionENDING✓ Bagaimana jika sesuatu atau seseorang yang berbahaya berada didekatmu? Ketakutan? Oh tidak!! Tidak bagi Clarine. Dia malah begitu menyukainya bahkan mencari-carinya. Keinginannya itu terwujud ketika bertemu dengan Elvano di toko buku. Elva...