Sweet Danger eps 21

570 29 0
                                    

Clarine terbangun saat merasakan ada sesuatu di atas tubuhnya. Sebuah jaket berwarna merah. Dahi Clarine semakin mengerut saat menemukan sebuah bekal di sampingnya bertuliskan 'Jangan lupa sarapan. '

Clarine mengedarkan pandangannya. Yang datang baru beberapa orang. Di luar hujan, pantas saja. Pasti banyak orang yang akan telat masuk sekolah. Clarine melipat jaket itu rapi-rapi dan meletakkannya di laci. Lagi-lagi tangannya menemukan sesuatu yang lain.

"Ulah El, ya? " gumam Clarine.

Clarine menemukan amplop berwarna pink dengan inisial 'TD' . Dia memasukkan amplop itu ke dalam tas dan membuka kotak bekal itu. Sandwich.

Tersenyum lebar, Clarine segera memakannya sebelum ada orang lain yang merebutnya. Setelah makan, dia memutuskan untuk pergi ke kantin membeli susu hangat selagi jam KBM belum di mulai padahal sudah pukul 07:24. Mungkin jam pelajaran pertama akan kosong.

Di koridor, Clarine bertemu dengan Stevy yang jalannya masih sedikit terpincang. Meski begitu dia sekarang sudah memakai sepatu seperti sebelumnya.

"Apa lihat-lihat?! " tanya Stevy sinis.

Clarine hanya menggeleng. Stevy langsung bergegas pergi melewati Clarine. Stevy menubruk bahu Clarine sehingga Clarine sedikit terhuyung. Untung saja ada papan mading sebagai pegangan agar tidak jatuh.

Sudah sakit, masih aja belagu. Terkadang ingin juga rasanya Clarine meminta tolong El untuk menyiksanya agar dia bisa sedikit sadar diri. Menyebalkan!

Dengan langkah ringan, Clarine melanjutkan berjalan menuju kantin. Namun pada akhirnya dia tidak sampai ke sana melainkan di sini.

"Kamu mau ini, kan? " Bara menyodorkan susu hangat sesuai keinginannya.

"Nggak usah kak, ini aku mau ke kantin. "

"Kalau ke kantin kan harus sedikit basah, nanti kamu sakit. Ini ambil aja, udah sarapan kan? "

Clarine mengangguk dan menerima susu hangat itu. Namun Clarine heran, kenapa wajah Bara babak belur begini. Padahal Bara di kenal tidak pernah punya masalah dengan siapapun.

"Kakak habis berantem?"

Bara hanya tersenyum. "Ini cuma olahraga, kok. "

"Nggak, luka kakak agak parah, "

"Senang dikhawatirkan kamu, " Bara mencubit pelan hidung Clarine.

Mata mereka saling menatap beberapa saat. Clarine memutuskan kontak mata terlebih dahulu. Dia tidak terbiasa menatap mata orang lain, apalagi laki-laki.

"Kalau aku suka sama kamu, boleh nggak? "

"Hah? "

"Nggak, aku nggak hanya suka tapi lebih. Lebih dari itu." Bara tersenyum lalu mencium puncak kepala Clarine berulang kali. Clarine diam saja. Dia bingung ingin merespon bagaimana.

Untung saja di sekitar sini sepi. Jika tidak entah bagaimana tanggapan orang-orang sekitar. Lagipula jika Bara melakukan sesuatu, pasti dipikirkannya matang-matang dan memastikan kondisi sekitar, iya kan?

"Ya sudah, kamu kembali ke kelas gih, di sini dingin. "

"Iya kak, " Clarine berjalan meninggalkan Bara yang memasang senyum penuh makna.

Ahh, Clarine sangat mudah di pengaruhi.

***

Panas sekali.

Padahal tadi pagi hujan, dinginnya menusuk kulit tapi siangnya panas begini. Mana bus umum belum lewat-lewat lagi.

"Hai, lo Clarine kan? "

Clarine menoleh. Cewek berambut sebahu itu berbicara padanya, kan? Clarine mengangguk.

"Kenalin, gue Nandhita teman sekelasnya Bara, " dia mengulurkan tangan.

"Oh, iya kak. " Clarine membalas uluran tangan itu sambil tersenyum.

Nandhita membuka tasnya mengambil air minum lalu meminumnya. Setelah itu dia mengusap keringatnya menggunakan tisu.

"Panas banget ya? " Dia mengibas-ngibaskan tangannya. "Gue dengar-dengar katanya lo deket sama Bara, benar ya? "

Hah?

"Nggak kok kak, cuma biasa aja. "

Nandhita mengangguk seolah mengerti. "Tapi dia kayaknya suka sama lo. Gue teman fotografernya, dan di kameranya banyak foto candid lo. Lo nggak ngerasa gitu, ya? "

Sebenarnya sih merasa. Tapi kurang yakin aja. Masalah foto candid, kapan Bara mengambilnya. Perasaan setiap dia ketemu Bara, Bara tidak pernah membawa kameranya.

"Dia seperti kakak saya sendiri,"

Nandhita membulatkan mulutnya. Tak lama jemputannya datang dan meninggalkan Clarine sendiri. Sekarang Clarine merenung. Bara suka padanya? Masa? Jika begitu, kenapa para fansnya tidak ngamuk padanya, padahal jika dilihat-lihat sudah banyak yang tau?

Apa benar Bara menjadi tameng baginya?

"Pulang yuk? "

Clarine terlonjak. "Eh, kak Bara? "

Panjang umur nih orangnya. Bara tersenyum manis lalu menepuk pelan pundak Clarine.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau Ayah kamu masuk rumah sakit? Yuk aku antar sekalian jenguk, "

"Kakak tahu darimana? "

"Aku tahu semua tentang kamu. Ayo! "

Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan motor milik Bara.

***

Sweet Danger ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang