Akhirnya Clarine bisa pulang ke rumahnya setelah beberapa hari ini tersiksa di rumah sakit.
Drrt drrt
Clarine merogoh sakunya dan mendapati panggilan dari ayahnya. Senyuman Clarine luntur seketika berubah menjadi raut datar.
"Ya, Ayah... " sapa Clarine sambil memutar kedua bola matanya tanda tak suka.
"Kamu nggak masuk sekolah beberapa hari ini. Ke mana aja, kamu?!" bentaknya dari seberang telepon.
Clarine menghembuskan napasnya.
"Istri baru Ayah pintar, tahu segalanya. Coba deh tanya sama dia selama ini Clarine ke mana, "
"Banyak alasan! "
"Yah, Cla--"
"Kalau besok kamu nggak masuk sekolah, jangan harap Ayah mau membiayai hidup kamu lagi! "
Tuut tuut
Sambungan terputus. Clarine menurunkan handphonenya dari samping telinga dan meletakkannya di atas sofa.
Tak mau semakin pusing, Clarine membaringkan tubuhnya di atas kasur dan lama-kelamaan terlelap tidur.
***
Lebih baik mendengarkan lagu lewat earphone saat ini daripada mendengarkan kata-kata yang menurut Elvano menjijikkan keluar dari mulut para siswi yang kecentilan.
"Kakak... "
Seorang siswi berambut sepinggang dan berponi datang menghampirinya dengan sebuah bekal.
"Uhm, ini buat kakak. Aku buat sendiri, maaf kalau kakak nggak suka. " katanya lalu menggigit bibir bawahnya sendiri.
Elvano diam belum bereaksi sedikitpun. Dua detik kemudian dia melepas salah satu earphonenya.
"Makasih, " kata Elvano sambil mengambil bekal yang memang diberikan untuknya. Tak lupa senyum kecil ia berikan.
Selepas itu Elvano kembali berjalan. Dapat ia dengar suara teriakan heboh dari arah belakangnya.
Elvano tersenyum kecil kembali. Mereka... merasa senang dengan kejadian sekecil ini. Sungguh miris.
Mungkinkah miris seperti dirinya?
Entahlah...
Elvano kembali memasang earphonenya. Hmm, musik dan melodi yang sungguh indah hasil tadi malam. Erangan kesakitan itu...
Sangat mengagumkan.
Puas.
Yang menyakiti harus balik disakiti. Hidup harus adil.
Dan dia menegakkan keadilan itu.
***
Meski masih ada sedikit luka yang belum kering, Clarine tetap memutuskan untuk masuk sekolah hari ini juga. Dengan jalan sedikit terpincang, dia melangkah menuju halte bus dekat rumahnya.
"Jam tujuh kurang nih, aduh... " gumam Clarine resah. Bus jam segini biasanya sudah sulit didapatkan.
Brumm
Sebuah motor dengan pengemudinya berhenti di depan Clarine dan menghampirinya.
"Mau sekolah? " tanyanya saat sudah sampai di hadapan Clarine. Matanya menelusuri Clarine dari atas sampai bawah.
"I--iya. Kok kamu ada di sini? " tanya Clarine gugup. Orang ini sangat menakutkan. Siapa namanya? Elvano bukan?
"Bolos aja. Kondisi kamu belum stabil sepenuhnya, "
Clarine menggeleng kuat. Tidak mungkin dia membolos kali ini. Ancaman Ayahnya benar-benar serius.
"Masalah hidup? Biar jadi urusan aku. "
"Masalah hidup apaan sih, sok tau kamu ahh. Aku cuma nggak mau bolos, gitu aja, " Clarine beralasan. Tidak mungkin dia bercerita jujur dengan orang asing.
"Nurut atau nyawa Ayah kamu? " kata Elvano dengan nada lebih dingin. Nadanya seolah tak terbantahkan.
"Maksud kamu apaan sih, gimana caranya kamu tahu masalah hidup aku? " Clarine sangat penasaran.
Bukannya menjawab, Elvano malah mengambil handphonenya dan terlihat sedang menelepon seseorang. Dia agak sedikit menjauh dari Clarine sampai sambungannya terputus.
"Ayo! "
"Nggak bisa, aku nggak mau. " Clarine masih menolak.
Elvano berdecak malas. "Dibanding Ayahmu, perkataanku jauh lebih serius." katanya lalu melangkah menaiki motornya lagi.
Clarine terdiam sejenak sebelum akhirnya menurut juga. Dia juga sedikit penasaran dengan pria ini. Tetapi sebelum itu, Clarine berkata. "Aku nggak mau putus hubungan sama Ayah aku."
Elvano terdiam menatap Clarine yang berkaca-kaca dengan sorot datarnya.
***
"Kamu diizinkan pulang lebih awal hari ini, hati-hati di jalan, ya, " kata guru BK.
Clarine cengoh. Siapa yang mengizinkannya kepada sang guru BK berkacamata ini?
"Iya bu, makasih. "
Dengan terpincang Clarine melangkah untuk pulang. Menoleh ke samping gerbang, Clarine menghembuskan napasnya. Pantas saja.
"Kamu bolos? "
"Udah pulang." jawabnya singkat sambil membantu Clarine masuk ke dalam taksi.
Setelah itu, dia membuntuti taksi yang dinaiki Clarine dengan motornya. Clarine pun tak tahu ke manakah arah tujuan taksi ini berjalan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Danger ✓
أدب الهواةENDING✓ Bagaimana jika sesuatu atau seseorang yang berbahaya berada didekatmu? Ketakutan? Oh tidak!! Tidak bagi Clarine. Dia malah begitu menyukainya bahkan mencari-carinya. Keinginannya itu terwujud ketika bertemu dengan Elvano di toko buku. Elva...