Herman mengerjapkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan penglihatannya. Dia di mana sekarang?
Ketika kepalanya menoleh ke samping, dia menemukan putrinya, Clarine, sedang tertidur di sana.
Herman menangis, terisak. Dia sudah ingat semuanya. Dia sangat menyesal karena telah berbuat seperti itu pada putrinya yang rapuh. Padahal Clarine tidak mempunyai salah apa-apa, jadi apa alasan dia membencinya?
Sepertinya dia sudah terpengaruh dengan istrinya yang seperti iblis itu. Namun, di mana Ilma sekarang?
"Ayah?" Clarine terbangun karena suara tangis Herman. Clarine mendekat, "yang sakit bagian mana, Yah, Ayah gapapa kan?"
Bukannya menjawab, Herman malah memeluk Clarine, membuat Clarine bingung. "Ayah kenapa?"
Di sela-sela isakannya, Herman berkata tulus. "Maafkan Ayah, nak."
Clarine terdiam sejenak lalu melepaskan pelukan Ayahnya. "Maksud Ayah?"
"Ayah sudah ingat semuanya. Ayah memang jahat, nggak pantas di sebut seorang Ayah, Ayah cuma bisa buat kamu menderita." tangisan Herman semakin menjadi.
Clarine melebarkan matanya. Jadi... ingatan Herman sudah pulih, sudah kembali. Air mata Clarine juga ikut menetes. "Ayah nggak usah minta maaf, aku udah maafin Ayah kok dari dulu karena aku sayang sama Ayah. Ayah jangan nangis lagi, ya?"
"Kamu segampang itu maafin Ayah?"
Clarine tersenyum tulus, "Seburuk apapun Ayah, Ayah tetap Ayah Clarine yang paling Clarine sayang."
"Ayah juga sayang kamu, nak." balas Herman tulus.
Akhirnya, do'a Clarine selama ini terkabul. Ayahnya kembali seperti sedia kala, sebelum bertemu dengan Ilma. Ayahnya yang baik hati, penyayang, perhatian kepadanya.
***
Beberapa menit lagi dia akan masuk ke dalam pesawat. Pesan yang ia kirimkan sudah terkirim dua menit yang lalu, namun sepertinya belum di baca. Mungkin si penerima sedang sibuk melakukan sesuatu.
Semoga saja gadis itu dapat mengerti akan situasi dan keadaannya. Atau paling tidak... bisa melupakan semua kejahatannya. Tapi ya mana mungkin. Dia kan sudah sejahat itu, tidak mudah untuk bisa melupakannya. Emang dikira ini sinetron apa, sang pemeran utama mempunyai sifat bak malaikat. Haha, tidak-tidak.
"Ayo sayang, Papa udah nungguin."
Bara mengangguk. "Iya, Ma."
Dan mulai sekarang, dia akan pergi dari sini. Melupakan semua tetesan darah yang telah ia taklukan, dan melupakan setiap luka yang ia dapatkan. Entah akan kembali atau tidak. Semoga gadis mungil itu tetap hidup semestinya. Juga si teman samsaknya itu bisa bebas mulai sekarang. Haha, licik juga memanfaatkan musuhnya.
Bara melangkah bersama Mamanya untuk masuk ke dalam pesawat. Tidak ada jejak. Hanya pesan penjelasan yang ia kirimkan kepada seorang gadis, itupun tanpa kata maaf.
***
"Erick, kamu beneran mau masuk ke universitas ini nak?"
"Iya bu, kenapa?"
"Bukannya mahal?"
"Nggak masalah bu, Erick akan kuliah sambil kerja kok. Tenang aja, Erick akan tetap bisa fokus belajar.
Mira tersenyum melihat semangat anaknya, "Ibu akan dukung apapun keputusan kamu. Besok Ibu akan cari kerja ya, Ibukan udah sembuh."
"Iya bu, pokoknya Ibu jangan terlalu capek ya."
"Pasti."
Mereka saling berpelukan. Erick meluruskan pandangannya, melihat El dari pintu rumah yang terbuka. Erick tersenyum kepadanya tanda terima kasih yang tulus, meski Erick sudah berkali-kali mengatakan langsung padanya.
El tersenyum kecil sambil mengangguk lalu melangkah meninggalkan pekarangan rumah Erick.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Danger ✓
FanficENDING✓ Bagaimana jika sesuatu atau seseorang yang berbahaya berada didekatmu? Ketakutan? Oh tidak!! Tidak bagi Clarine. Dia malah begitu menyukainya bahkan mencari-carinya. Keinginannya itu terwujud ketika bertemu dengan Elvano di toko buku. Elva...