Setelah beberapa saat hening terjadi lagi, Clarine membuka suara. "El, menurut lo kak Bara itu... gimana? "
Mata El bergerak, menatap raut wajah Clarine yang bingung.
"Kok dia itu aneh ya, kayak kita. " Clarine membasahi bibirnya yang kering.
Elvano tersenyum tipis, mengerti maksud Clarine. Hmm, akhirnya cewek gila ini mengerti juga siapa Bara.
Clarine berkedip lalu menatap Elvano dengan sorot horor. "Dia itu kayak lo, ya?!"
"I wanna kill you, Clar... " Elvano tersenyum manis.
***
Setelah dari rumah Clarine, Elvano berjalan menuju rumah seseorang yang lain. Seseorang yang selalu saja seenaknya mengganggu kesenangannya dalam bermain. Ingin sekali dia memutilasinya lalu memberikannya pada anjing dijalanan.
Dua puluh menit sudah dia berjalan. Untung saja jarak rumahnya tidak terlalu jauh. Menyebalkan sekali!
Brakk!
Elvano langsung menendang pintu rumah dengan keras. Sang pemilik rumah yang memang sudah memprediksi kehadirannya, menoleh, lalu tersenyum ramah.
"Selamat datang! " sambutnya.
El diam, langsung menarik kerah baju Bara dan menghempaskan tubuhnya ke tembok. Bara terkikik. Menurutnya El temperamennya buruk sekali.
"Pengacau! " ucap El tanpa ekspresi.
Bara bangkit, membenarkan tatanan bajunya sebentar dan menatap kembali El dengan senyuman ramahnya. "Bukankah bantuanku mengurangi kesibukanmu, kawan? "
"Fuck! "
Kebisingan mulai terdengar saat Bara menendang perut El. Kini keduanya saling berusaha membunuh satu sama lain.
Crassh
"Akh! " rintih El pelan. Bara menggunakan pisau, padahal dia bertarung dengan tangan kosong. Sialan, curang!
Bara mengamati pisaunya yang berwarna merah. Senyumannya terukir lebar mengamati darah yang menetes.
Brakk
Ahh, Bara lengah.
Pyarr
Elvano melemparkan barang apapun yang ada didekatnya. Bara melindungi kepalanya yang menjadi sasaran Elvano.
Bugh
Bara memuntahkan darah saat El menendang perutnya. Elvano cekikikan. Tak terima, Bara menendang balik El. Saat El tersungkur, Bara menusuk kakinya dengan pisau sehingga darah segar mengalir.
Pertarungan keduanya tidak akan berhenti sebelum...
"Tuan muda! "
***
Clarine berlari kecil menuju ruang UGD. Baru saja dia mendapatkan kabar bahwa Ayahnya kecelakaan darat saat perjalanan kembali ke rumah setelah melakukan proyek di luar negeri.
"Ayah! " teriak Clarine saat sudah berada di ruang UGD.
"Maaf nona, biarkan kami melakukan yang terbaik. Tolong tunggu di luar. " kata salah satu suster.
"Tapi saya anaknya sus--"
Belum selesai bicara, Clarine diseret keluar oleh petugas keamanan. Kini disinilah Clarine. Menunggu diluar dengan perasaan was-was. Air matanya terus menetes mengkhawatirkan sang Ayah.
Beberapa waktu berlalu, sang dokter keluar dari ruangan. Clarine langsung berdiri dan menanyakan keadaan Herman.
"Dok, gimana kondisi Ayah saya? "
"Dia akan koma selama beberapa hari. Sebaiknya do'akan saja dia agar cepat sadar dan pulih. Baik, saya permisi dulu. "
Clarine terdiam. Dia mengamati Herman yang tubuhnya dipenuhi banyak alat-alat medis. Pekerjaannya di dalam negeri pun berantakan. Clarine menghembuskan napasnya lalu duduk duduk dikursi tunggu depan ruangan.
"Apa Ayah mau dirawat sama aku? " gumam Clarine pelan.
Jika dalam keseharian saja Herman sangat benci melihatnya, apalagi jika mulai sekarang Clarine menyentuhnya. Akankah Herman lebih baik mati saja daripada dirawat olehnya?
Miris sekali.
"Dengan keluarga pasien? "
Clarine mendongak, menatap suster sejenak lalu mengangguk.
"Mari ikut saya ke ruang administrasi,"
Clarine berjalan malas. Dia pakai uang siapa untuk membayar perawatan Ayahnya nanti? Tempat menyimpan uangnya saja tidak tahu, apalagi sandi ATM. Haruskah dia datang ke rumah Ayahnya untuk mencari barang-barang berharga?
Ahh, mungkin iya. Lagipula Ilma sedang tidak ada dirumah. Hahaha!
***
"Aww... " rintih Bara.
Untung saja mereka berdua dapat dilerai. Jika tidak mungkin akan ada salah satu yang mati dengan kehilangan salah satu organ tubuhnya.
Dasar psikopat.
"Pertarungan yang seru. Bukankah begitu, El? " Bara menatap El dengan sorot guyon.
El mengalihkan pandangannya. Muak sekali. Seharusnya dia bisa membunuh Bara hari ini juga seperti yang direncanakannya. Tapi gara-gara pembantu sialan ini semuanya sia-sia. Akan El bunuh dia nanti sebelum membunuh Bara. Tunggu saja kehadiran El ditengah-tengah tidur nyenyaknya.
"Buang pikiranmu untuk membunuhnya, El. Kau harus berhadapan denganku dulu, " El berdecak. Insting Bara kuat juga, bisa menebak isi pikirannya dengan benar.
"Oiya, Clarine memang suka sakit, tapi kamu nggak berhak nyakitin dia. " Bara membenarkan posisi duduknya. "Dan di--"
"Bacot!" sela El muak.
Bara tertawa.
"Jalan lo salah. Ayahnya nggak berhak lo buat kaya gini. "
"Hm, saya tau. Tapi biarkan saja, Ayahnya kan malah bisa beristirahat sementara," Bara tersenyum kecil seolah bangga dengan apa yang diperbuatnya.
"Bitch! "
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Danger ✓
FanfictionENDING✓ Bagaimana jika sesuatu atau seseorang yang berbahaya berada didekatmu? Ketakutan? Oh tidak!! Tidak bagi Clarine. Dia malah begitu menyukainya bahkan mencari-carinya. Keinginannya itu terwujud ketika bertemu dengan Elvano di toko buku. Elva...