Selesai mengurusi masalah makanan yang masih banyak, Clarine memutuskan untuk bermain laptop. Nonton film. Sembari menunggu temannya Bara yang katanya akan ke sini menghabiskan semua makanan yang tersisa.
Krakk
Sudah permen keenam. Salahkan rasanya yang enak dan manisnya yang tidak membuat jenuh untuk mengecapnya. Sekilas, Clarine melirik Bara yang sedang memainkan stik play station-nya. Pandangannya fokus terhadap game yang dimainkannya. Clarine berkedip, lalu menatap film yang ditontonnya lagi.
"Ba... Bara? "
Terdengar ada suara orang lain, Clarine mengangkat wajahnya dan memandang pemilik suara. Oh, temannya Bara waktu itu. Orang yang memberinya titipan kado dari Bara.
"Kak Erick, ya? " Clarine mengingat-ingat.
"Iya, " Erick tersenyum simpul. Matanya menatap was-was ke arah Bara.
Masih fokus, Bara tak mengalihkan pandangannya sedikitpun. Namun menyadari suasana hening, ia memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya.
"Eh, kamu udah datang, Rick! " sambut Bara ramah.
"Iya, hehe... " Erick tertawa kaku dengan posisi masih berdiri. Padahal kata Bara, Erick adalah teman terdekatnya. Biasanya kan teman kalau datang langsung duduk tanpa dipersilakan dan memakan apapun yang ada di atas meja seperti rumah sendiri. Tapi kali ini... oh, mungkin Erick memang pribadi yang sopan.
"Makanan ada di meja makan, kak. Masakan aku semua sih, mau aku ambilin atau ambil sendiri? " Tawar Clarine. Tak lupa film yang ditontonnya ia pause terlebih dahulu.
"Aku am--"
"Bentar, aku ambilin aja deh! " seru Clarine semangat.
"Clar... " panggil Bara serak.
Clarine menoleh, melihat Bara tersenyum ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lengkungan dibibir Bara semakin melebar diiringi dengan kekehan kecil. Namun bukannya membuat suasana menghangat tapi malah membuat Clarine merinding.
"Dia... " Bara melihat ke arah Erick yang diam, "masih punya kaki buat jalan. "
Erick dan Clarine menelan saliva secara bersamaan.
"Ehh iya kak, lupa hehe... " jawab Clarine seadanya. Konyol memang. Tapi jika tidak begitu, bisa-bisa kaki Erick dimutilasi nanti.
Pada akhirnya, Erick bergegas menuju meja makan dan memakan makanan yang ada di situ. Tak lupa, ia membungkus beberapa makanan untuk Ibunya yang ada di rumah.
***
Masih sama. Herman masih seperti mayat yang dipasangi selang-selang kesehatan. Untung sudah dapat kamar perawatan jadi Clarine bisa duduk dengan nyaman di atas sofa yang disediakan. Mulutnya sibuk mengunyah keripik singkong yang dibelikan Bara tadi di kantin rumah sakit.
Ceklek
Ckk, menyebalkan. Bisa tidak sih, sehari aja dia bisa bebas dari orang-orang tak waras ini. Tadi Bara, sekarang El. Muak sekali. Tanpa sepatah katapun, El langsung menidurkan dirinya dengan paha Clarine sebagai bantalnya. Wajah El nampak lelah dengan kantung mata yang hitam. Tangan kirinya menjatuhkan kantong plastik berisi cemilan ringan. Nafasnya tak beraturan, tampak terengah-engah.
"Lo sakit, El? " tanya Clarine dengan intonasi rendah.
"Ilma itu... nyusahin! " gumam El di sela-sela tarikan nafasnya yang tampak mulai stabil.
"Ilma? " beo Clarine. Memangnya apa yang dilakukan si jalang itu hingga El seperti ini.
"Dia tadi pengen bunuh diri, " Ohh, bagus kalau begitu. "tapi malah janinnya yang keguguran duluan. ""Terus? " Clarine tampak penasaran.
"Gue panggil dokter pribadi gue, udah diurusin, udah kelar. Jadi... mulai sekarang gue bebas nyiksa dia hahaha... " El tertawa puas.
Clarine memanyunkan bibirnya. Dia kira berita bagus. Kasihan calon adiknya, harusnya kan Ilma yang mati. Dasar jalang bodoh!
"Kalau dia gue mutilasi, lo mau bagian tubuhnya yang mana, gue masakin. "
What??
"Ogah! Gue bukan kanibal kali! " seru Clarine. Perutnya jadi mual sekarang. Malas sekali makan dagingnya, daging orang jalang, bisa ketularan dosanya nanti. Hiiiii, menjijikkan.
El tertawa lagi. Kali ini lebih keras karena dia bangun dari rebahannya. Clarine tak meresponnya, sibuk mengambil cemilan yang dibawa El yang jatuh di lantai tadi. Lumayan, buat mengganjal perut sore nanti.
"Eh, itu cemilan palsu. Isinya dagingnya Ilma semua, hloo! "
"El! "
Sialan! El malah semakin terpingkal-pingkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Danger ✓
FanfictionENDING✓ Bagaimana jika sesuatu atau seseorang yang berbahaya berada didekatmu? Ketakutan? Oh tidak!! Tidak bagi Clarine. Dia malah begitu menyukainya bahkan mencari-carinya. Keinginannya itu terwujud ketika bertemu dengan Elvano di toko buku. Elva...