Selamat membaca.
Hosh! Hosh! Hosh!
Krak!!
Suara langkah kaki menginjak dedauan terdengar sangat jelas. Dari atas, seseorang tengah berlari diantara gelapnya malam. Dengan gaun putih yang tampak kemerahan.
Di lihat lebih dekat lagi, gaun itu dipenuhi oleh darah. Wanita dengan surai hitam sebahu, terlihat sangat kelelahan.
Dalam pelariannya, sebuah ranting tiba-tiba saja menarik kakinya seakan hidup.
"Tidak!"
Ahhhhh
Tubuhnya tertarik kembali ke arah sebuah istana, dengan latar belakang petir dan awan hitam yang membuat bangunan itu tampak mengerikan.
***
"Liliana!"
Seseorang memanggil, membuat seorang gadis yang sedang melamun sembari menatap buram ke arah buku tebal yang pegangnya. Segera sadar. "Ya?"
Dia—Liliana, gadis berambut pendek sebahu. Dengan kecantikan yang sulit untuk di dapatkan, dan dengan mata tajam yang sulit untuk di taklukan. Punya saudara yang bernama Gianna.
"Gianna, kau bolos lagi?" Gianna yang bersuarai panjang, punya wajah seperti dewi dan ketulusan dimatanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum.
"Kau kan tidak pernah mau masuk sekolah! Bahkan teman-teman sekelasmu saja selalu bertanya padaku, dimana Liliana?" jelasnya. "Eza juga!" tambahnya.
Tetapi Liliana yang memiliki sifat lebih dingin, hanya bisa menatap Gianna singkat sebelum kembali membaca. Di kafe yang biasa ia datangi dengan seragam putih abu-abu.
Umur 17 tahun, kelas 11 SMA. Lahir dari keluarga yang cukup berpengaruh.
Gianna menghampiri, duduk di depan meja yang membatasi mereka. "Kau beemimpi buruk lagi Liliana?"
"Em!"
"Tapi kau berhasil kabur kan?"
Liliana menaruh bukunya di atas meja. Menatap Liliana yang tak pernah berhenti sayang padanya. Kemudian menjawab, "tertangkap."
Gianna tampak terkejut. "Artinya apa dong?"
"Tidak tahu."
Menghembuskan nafasnya kasar. Gianna memesan jus dengan mengangkat tangannya, tapi mata Gianna justru tertuju pada lebam yang ada di tangan saudaranya itu.
Kepala Liliana memiring—ada luka di sekitaran leher Gianna, lalu menjatuhkan sendok. Menatap kaki Gianna yang penuh luka lebam.
***
Siangnya, Gianna kembali untuk mengikuti kelas karena ketahuan ibu dan ayahnya—sedang Liliana ssama sekali tidak mendapatkan perhatian itu.
Mengambil tas. Liliana berjalan pulang, sampai matahari turun terlalu cepat.
"Maaf ada pesta, Anda harus berputar!"
Jalan di tutup. Tak membalas, Liliana mengambil jalan putar. Ke gang yang di penuhi oleh bar, dan cafe yang sebenarnya bukanlah Cafe. Tapi tempat perdangangan wanita, atau mereka yang ingin jual diri!
Tap!
Tap!
Tap!"Mengapa aku merasa, ada yang mengikutiku?" batin Liliana gusar. Berhenti, ia membalikan tubuhnya. Namun tak menemukan siapapun.
Bugh!
Saat berbalik Liliana menyambar seseorang. "Awww!" ringisnya. "Apa kau tidak punya mata?"
Ucapan Liliana berhenti, saat melihat pria aneh dengan pakaian kerajaan. Memangnya ada yang sedang Cosplay disini?
"Maafkan saya!"
Pria itu mengulurkan tangannya pada Liliana, tapi Lilinana dengan cepat menepisnya. Lalu bangkit sendiri. "Brengsek!" ucap Liliana kasar. Menatap pria itu dari atas sampai bawah.
Pria itu tak bergeming.
"Enyahlah!" sambung Liliana sebelum berjalan menjauh dari pria itu, akan tetapi kakinya tiba-tiba saja terasa pedih.
Luka? Bagaimana ia bisa terluka cukup parah, disaat ia hanya jatuh ringan saja?! "Aneh!" pikir Liliana.
Orange-orang yang lewat menatap pria itu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, lantas menatap kasihan ke arah Liliana.
Tiba-tiba saja….
"Apa yang kau lakukan?!"
"Membersihkan namaku!" ucap pria itu, tahu kalau semua orang merasa kalau ia sangat jahat pada wanita asing yang dianggap mereka sebagai pasangan.
Tak heran mereka berpikir demikian. Sebab pria itu menggunakan pakaian kerajaan dan Liliana menggunakan seragam SMA pada malam hari. Jadi terkesan, keduanya sedang bercosplay.
Dalam hati, pria itu berkata. "Akhirnya, aku menemukanmu. Ratuku!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadilah Milikku
Fantasy"Aku akan merelakan mu demi impiannya," batinku Tapi takdir adalah takdir bagaimana jadinya bila takdir itu di tentang keras?! langsung baca aja!!! ©2019