Selamat membaca.
Mampir di pinggir jalan, yang untungnya penuh dengan tempat duduk karena begitu ramai di disini—suara musik dan lampu disco menghiasi sekitaran jalanan.
"Terima kasih!" ucap Liliana pada pria yang begitu baik padanya. "Siapa nama" tanya Liliana langsung.
"Brian."
Jawaban singkat dengan tatapan aneh itu, membuat Liliana mengerutkan keningnya bingung. Sebab "aku, sepertinya pernah bertemu dengannya. Tapi dimana?" pikir Liliana membatin.
"Dan kamu?"
"Gianna!" balas Liliana tanpa ragu. Tidak tahu mengapa, tapi seperti bibirnya respon menjawab nama itu.
Pria itu tersenyum penuh arti. "Baik, Gianna. Maaf karena menabrakmu!"
"Apa kita pernah bertemu?" tanya Liliana penasaran. Sedang pria itu malah tersenyum, menatap Liliana dengan sendu. "Jawablah!"
"Tidak. Tetapi kita akan bertemu lagi! Selamat malam!"
Cup!
Ia malah mengecup dahi Liliana tanpa izin, sebelum pergi dari hadapan Liliana yang masih terpaku di tempatnya—dengan tangannya, Liliana memegang bekas kecupan pria itu. Sembari tersenyum sinis.
***
Esok harinya. Di sekolah Elit yang sekolahi Gianna dan tentu saja gadis absen yang tak pernah masuk. Tidak lain adalah Liliana yang kali ini tak juga hadir.
Di kantin.
PRANGGG!
"Ups, maaf. Tanganku licin!"
Grizella dan kawan-kawannya menertawai piring dan juga Gianna yang terkena tumpahan bakso.
Sekolah ini elit tapi etika sangatlah sulit, uang dan kekuasaan. Membuat bebrapa siswa membuat geng disekolah, dan yang paling terkenal adalah geng kakak kelas. Grizella. Anak pemilik sekolah ini.
Diikuti geng Gianna.
"Oh begitu cara mainnya?!" teman pria Liliana kesal, tapi saat pertengkaran akan pecah. Gianna justru melarang mereka untuk membalas kejahatan Grizella yang dianggapnya tak sengaja. "Mereka ngelunjak Gianna!"
"Udahlah. Aku baik-baik saja!"
Gianna selalu saja murah hati, dan itulah yang membuat beberapa murid dan kawan-kawannya sangat menyangi Gianna. Meski geng pembolos, perokok, dan pembuli tidak demikian—mereka menganggap Liliana terlalu lemah.
***
Di koridor, sebuah langkah kaki melangkah santai. Seorang wanita bermasker, dan lingis di tangannya tampak memasuki ruangan guru.
Tap!
Tap!
Tap!"Selamat siang!"
Ucapan itu membuat semua guru menatap ke arah pintu masuk, namun. Mereka tak mengenali gadis dengan seragam putih abu-abu mereka.
PRANGGG!
"Apa yang…"
BUKH!
PRANGGG!
Siswi itu tiba-tiba saja membabi buta. Ia menyerang apa yang dilihatnya. Kaca dan segala yang benda penting termasuk laptop.
"Pak-pak! Tolong pak!"
"Yah saya juga takut!"
Melihat darah jatuh dari tangan siswi itu, mereka semakin takut. Bahkan satpampun tak bisa berkutik di tempatnya.
"Tidak waras!"
Bell berbunyi.
Yang menandakan waktu istirahat, dan siswi tak dikenal itu. Segera mengakhiri aksinya, keluar dari tempat tersebut tanpa berkata apa-apa lagi.
Semua hanya diam, menelan saliva mereka kasar.
Tetapi di depan pintu. Siswi itu berujar, "sampaikan salamku pada Grizella!"
Semua guru saling tatap bingung.
***
Di jalan, Liliana mampir di sebuah klinik. Untuk mengobati lukanya. Tapi saat selesai, ia di marahi oleh pemilik Klinik yang memang mengenalnya.
"Tidak bisakah kau datang dengan baik-baik saja?"
"Apa gunanya klinik?" tanya balik Liliana.
Plak!
Malah dipukul oleh pemilik klinik itu, dokter muda nan cantik yang sangat menyangi Liliana karena pernah membantunya yang hampir di perkosa dulu—meski Liliana saat itu masih sangat muda, tapi tingkat bela diri dan kemampuannya tidak bisa dianggap main-main.
Sebagai gantinya. Dokter itu harus merahasiakan kemampuannya itu, tetapi seiring berjalannya waktu Liliana kembali bertemu. Dan akhirnya mereka berdua, menjadi dekat.
"Aku pergi dulu!" pamit Liliana.
Berpapasan dengan seorang pria, dengan setelan jas. Yang dikenalnya. 'Brian' tapi Liliana bahkan tak menatapnya, tak peduli. Seolah tak mengenalinya.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jadilah Milikku
Fantasy"Aku akan merelakan mu demi impiannya," batinku Tapi takdir adalah takdir bagaimana jadinya bila takdir itu di tentang keras?! langsung baca aja!!! ©2019