Selamat membaca.
Matahari menyapa Liliana yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya. Ia sadar. "Sial!" Liliana segera bangkit,"akhh!" Ia meringis kesakitan, melihat ke arah perutnya yang perban kini mulai mulai berdarah.
"Tenanglah, kami tak akan menyakitimu!"
Seseorang tampak mendekat pada Liliana, wanita cantik itu membawa beberapa tabib—dapat di lihat dari pakaian dan aroma herbal yang terlintas pada indera penciuman Liliana.
Tapi saat mereka mendekat, Liliana justru menjauh dan membuat darah pada perutnya kembali menetes. Lukanya terbuka lagi, dan tak ada satupun dari mereka yang bisa menyenbuhkan Liliana karena tubuh Liliana, di kelilingi oleh sesuatu yang melindunginya dari kekuataan asing yang mencoba untuk masuk.
"Harusnya aku sudah mati!"
"Nona," mereka terlihat menatap Liliana senduh, tapi Liliana sama sekali tak peduli.
Pranggg!
Kaca di belakang Liliana, tiba-tiba saja pecah. Yang membuat mereka kaget, tapi detik berikutnya. Liliana melompat bebas dari ketinggian yang mungkin akan merenggut nyawanya saat ini juga.
Sampai matanya bertemu dengan Gianna, yang terlihat dari jendela besar yang Liliana lewati.
"Akhhh!"
Liliana berpegangan pada pohon, tapi ia jatuh juga. Tapi itu tak sampai membunuhnya, lalu tatapannya tertuju pada Gianna yang terlihat cemas padanya.
Brian datang, ia menggulurkan tangannya pada Liliana—tapi Liliana terlalu pintar, untuk tidak mengetahui kalau yang di depannya ini benar-benar Brian.
"Aku menipu dan aku tipu!" batin Liliana sedikit tak terima dengan apa yang baru saja terjadi pada hidupnya saat ini. Bangkit sendiri, sebelum berjalan ke arah Gianna yang tampaknya begitu cemas.
Mereka berdua akhirnya berpelukan, tapi mata Brian hanya tertuju pada luka Liliana. Yang sama sekali tak di pedulikan oleh Liliana—ia memujinya, tapi Liliana tak sesuai dengan kriterianya.
"Bagaimana bisa kalian memiliki sifat yang berbeda!"
Liliana seakan menikam pria itu, karena terus mengingat kebodohannya selama berbulan-bulan.
Mata Liliana berubah menajam, tiba-tiba Liliana mengeluarkan belatinya. Ia hendak menusuk Gianna, namun semua itu digagalkan oleh Xavier.
"Apa yang lakukan, kau mau membunuh Mateku?!" marah Brian.
Melepas cekalan tangannya dari Xavier, Liliana tersenyum sinis. Lalu berkata, "kau tahu. Untuk membuat orang itu tak berdaya, kita harus mengambil apa yang menurut orang itu berharga!"
DEG! Xavier terkejut, tapi itu hanya sebentar.
Sementara Gianna, ia terlihat begitu terkejut dengan apa yang baru saja Liliana ucapkan barusan—ia jadi merasa takut, dan melihat Gianna memeluk Brian. Membuat Liliana semakin kesal, bukan cemburu. Tapi tak rela jika pada akhirnya, ia hanya akan berakhir di negeri ini.
Dan tak boleh terjadi! Sebab—hanya boleh ada satu dewi kedamaian di dunia Immortal dan bukannya dua. Jika ia hidup maka Gianna akan mati!
"Kau, aku akan membunuhmu. Jika kau mencoba untuk membunuh Gianna!" ucam Brian—kali ini, Xavier lah yang menatap pria itu dengan tatapan tajamnya penuh peringataan.
"Jika kau menginginkan kehancuran negerimu!" kata Xavier sinis.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadilah Milikku
Fantasy"Aku akan merelakan mu demi impiannya," batinku Tapi takdir adalah takdir bagaimana jadinya bila takdir itu di tentang keras?! langsung baca aja!!! ©2019