Selamat membaca.
Nyatanya, Liliana menganggukan kepalanya sekali. Lalu kembali bangkit, mengikuti Anya yang menempel padanya dengan mengandeng tangan Liliana.
Gianna menganga, begitu juga yang lainnya. Pasalnya, ia tak pernah berani untuk melakukan hal itu pada Liliana. Tapi Anya, sangat berbeda.
***
Di kantin, The Villain. Terkejut saat melihat kehadiran Liliana. "Akhirnya kamu bangkit dari kuburan juga, setelah sekian lamanya."
Ejekan, yang hanya membuat Liliana memutar bola matanya. Tetapi siswa itu, malah memanggil kawan-kawannya yang lain. Duduk di tempat dimana Liliana dan Anya yang tampak tak nyaman duduk.
"Kita sama dong, kan satu anggota!"
"Aku tidak tertarik dengan kelompok sampah yang kalian buat!"
Ucapan itu membuat pemuda-pemuda, itu seakan ingin memaki pada Liliana. Tapi mereka, mencoba untuk bersabar.
Tiba-tiba, Liliana melihat ke arah rambut pendeknya. Sebelum menghembuskan nafasnya kasar. Dalam hati ia berkata, 'akan ku pajangkan'
Tak lama Liliana dan Grizella datang. "Liliana, mau ikut lomba sekolah!"
"Tidak tertarik!"
"Tapi ini wajib," kata Eza selaku perwakilan osis.
'Hah' Liliana menghembuskan nafasnya kasar, menatap Eza singkat. Sebelum meminta kertas yang berisikan lomba, dan Dion—Pemimpin The Villain, membantu Liliana untuk meraihnya.
Memberikannya pada Liliana. "Basket!" ujar Liliana.
DEG!
Semua tampak terkejut, dengan apa yang baru saja di katakan oleh Liliana. Pasalnya, di kelasnya. Hanya pria saja yang mengikuti basket dan yang lainnya pasti akan memilih paduan suara, puisi, atau pidato.
"Ka-kamu serius kan?" tanya Gianna ragu.
"Kenapa? Tidak boleh!"
"Tentu saja boleh, kalau kau mau mati di sruduk pemain pria!"
Dion tersenyum sinis, lalu mendekat pada Liliana. Berbisik, "sepertinya kita akan menjadi lawan. Bagaimana kalau kita taruhan saja!"
Liliana tersenyum sinis, Tapi Gianna tidak suka saat melihat tingkah cabul Dion—iya, dia tampan. Tapi dia juga di kenal buaya, yang suka masuk sana-sini di tubuh wanita sebagai ganti harta yang ia berikan.
"Jauh-jauh dari saudariku!"
Sayangnya, peringatan Gianna tak dihiraukan Dion. Sedang Liliana, membalas. "Seru juga."
"Liliana!"
"Tenang saja, aku akan menang."
***
Hari pertandingan pun tiba, The Villain terbentuk menjadi dua kelompok yang mendukung pemimpin mereka. Dan yang mendukung Liliana, mereka yang duduk di kelas masing-masing. Sampai membuat Eza yang mendengar mereka bersorai merasa tak nyaman.
Eza tak ikut basket, sebab ia adalah panitia lomba. Dan ia hanya berharap, "semoga Liliana menang!"
Sebab permintaan yang diminta Dion, sangat-sangat cemas—bagaimana tidak, Dion meminta Liliana menjadi pacarnya. Sedang mereka semua tahu. Kalau Dion punya pacar, maksudnya punya banyak pacar.
Gilanya. Liliana tahu, dan Liliana tidak keberatan menjadi yang berikutnya jika Dion menang—tetapi jika Dion kalah, pria itu harus membubarkan The Villain dan Dionpun setuju.
30 menit pertama….
Mereka sudah dibuat berkeringat dingin, sebab melihat poin kelas Dion lebih tinggi. Itu membuat Gianna cemas.
Tapi Liliana tidak demikian.
Peluit di tiup! "Pertandingan berakhir, DENGAN INI SAYA NYATAKAN KELAS 12 IPSLAH YANG MENANG!"
Semua bersorak!
Dion menang, dan Gianna hanya bisa terduduk lemas. Tapi Grizella terlihat senang, karena Dion lah yang menang—jujur saja, ia masih tidak terlalu suka dengan Liliana.
Di lapangan, Dion menghampiri Liliana yang kelelahan. Memeluk singkat Liliana, sembari mengecup puncak kepala Liliana singkat. Yang terima oleh Liliana.
Menatap Gianna, Liliana berucap dalam hatinya. 'Aku akan merelakannya, untuk kebagiaanmu!'
Apa yang sebenarnya, Liliana rencanakan?
TBC.
Maaf ya kalau seluruh kisahnya, di rombak:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadilah Milikku
Fantasy"Aku akan merelakan mu demi impiannya," batinku Tapi takdir adalah takdir bagaimana jadinya bila takdir itu di tentang keras?! langsung baca aja!!! ©2019