Selamat membaca.
Jika tidak di takdirkan untuk menjadi Liliana. Mungkin saat ini, ia sedang bahagia menikmati masa remajanya yang pasti penuh dengan warna.
Mengingat itu, hanya membuat Liliana tersenyum sinis. Keadaan sekarat—ingatan akan masa lalunya, juga harinya seakan lewat begitu saja. Terbayang-bayang seakan itu akan menjadi kenangan terakhir baginya.
"Maaf!" kata Liliana sebelum, ia benar-benar menutup matanya.
Pintu terbuka, menampakan seorang pria yang tak lain adalah Xavier sendiri—masuk, ia menatap tubuh tak berdaya Liliana. Sebelum mengendong Liliana ala bridal, mencium kening matenya itu dengan sayang.
"Ternyata benar-benar keras kepala ya." bisiknya pada Liliana yang bahkan tak bisa mendengarnya saat ini.
Seorang pria berkacamata muncul di belakang Xavier, Arkan. Tangan kanan Xavier, menundukkan kepalanya penuh hormat.
"Apakah semuanya sudah siap?"
"Ya. Tuanku!" jawabnya memberikan informasi pada Xavier dengan hormat. Tapi, matanya terus tertuju.
Siap. Apa yang mereka siapkan?
***
Di sebuah ruangan di tempat yang tersembunyi, dengan altar yang membentuk seperti tempat tidur yang menyala-nyala karena api.
Meski hanya berada pada satu titik, tapi api itu bahkan bisa membuat siapa saja yang mendekat merasa terbakar.
Beberapa orang berjubah hadir, mereka menatap Xavier dengan tatapan kasihan. Begitu juga saat menatap ke arah Liliana, orang yang harusnya menjadi ratu mereka tapi tolak habis-habisan.
"Bangkitkan dia sebagai bagian dari diriku"
"Xa-vi-er, apakah keputusanmu ini. Akan baik-baik saja?" tanya tetua-tetua dengan wajah cukup tampan. Mereka semua sudah berambut putih, tak menunjukan tanda-tanda penuaan.
Darah abadi lah penyebabnya.
"Harusnya kalian menentangnya menjadi seorang ratu, sebab hanyalah seorang manusia biasa. Akan tetapi, mengapa takdir membuat ia yang menentang?" tanya Xavier sembari menatap wajah Liliana yang bahkan tak terlihat indah lagi, dengan tatapan sendu. "Mengapa takdir, membuatmu menentang ku"
"Mungkin karena kami terlalu menyukai nya, itu sebabnya Liliana tak menerima kami!" Ia Menjeda menatap ke arah Xavier yang sudah memantapkan hatinya itu. "Saat ia berubah nanti, mungkin akan lebih sulit untuk menjelaskan status dan posisinya."
"Apa itu menjadi masalah?" tanya Xavier dingin.
Mereka menggeleng, sembari tertawa. " Tentu saja tidak. Justru, kami malah akan sangat senang untuk membantumu mendapatkan Ratumu!"
Mendengar itu membuat Xavier menjadi senang, tapi tak ia tunjukan rasa senangnya itu. Di hadapan mereka.
Tap!
Tap!
Tap!
Di baringkan lah Liliana pada Altar yang terbuat dari batu dan kayu itu perlahan, agar kepala Liliana tak rusak karena membentur sesuatu yang keras.
"Xavier!"
Mereka memberi kode untuk melaksanakan ritual perubahan mereka, yang di mengerti oleh Xavier.
Tiba-tiba, sebuah pisau muncul di tangan kanan Xavier. Kemudian….
SREKKK!
Ia mengores tangannya sendiri, membuat darah paling kuat di dunia immortal ini menyebar. Melayang-layang di udara, yang kemudian. Para tetua mulai mengajar kedua tangan mereka ke atas, menetralkan darah itu agar menyatu dengan jiwa yang telah mati. Menggunakan kekuatan mereka.
Sinar hitam keluar dari tangan mereka, darah Xavier mulai berubah menjadi roh.
Seharusnya, ini tak perlu di lakukan. Karena jika Liliana menerimanya dalam kondisi hidup. Maka Xavier hanya perlu mengigit leher Liliana dan bertukar darah. Tapi jiwa Liliana telah mati, dan ia menolak Xavier sebagai matenya. Maka ini harus di lakukan.
Tubuh Liliana mulai terangkat, melayang di udara.
Tetapi di saat itulah, Arkan menyipitkan matanya curiga.
Bersambung….
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadilah Milikku
Fantasy"Aku akan merelakan mu demi impiannya," batinku Tapi takdir adalah takdir bagaimana jadinya bila takdir itu di tentang keras?! langsung baca aja!!! ©2019