Bab 20

76 20 0
                                    


Selamat membaca.

Tatapan Liliana justru tertuju pada Gianna yang masih ketakutan saat melihat ke arahnya. "Menyebalkan!" kata Liliana, sebelum dengan cepat. Ia melesat ke arah Liliana, dengan kemampuan yang ia sembunyikan dari dulu.

Mencoba untuk melukai Liliana, dengan harapan kalau Brian akan semakin marah dan membunuhnya saat itu juga.

Tapi detik berikutnya. Xavier muncul di hadapan Liliana, menangkis pedang Liliana. Sebelum menarik Liliana ke dalam pelukannya.

"Tidak…"

Yang entah mengapa, membuat Liliana mengantuk.

Gelap pun menyapa!

Xavier mengendong Liliana, lalu menatap ke arah Brian singkat. Berkata, "aku akan membawanya ke kerajaanku. Sepertinya, Liliana harus belajar menerima dirinya!" ucap Xavier.

Sedang Brian, terlihat tak peduli dan hanya terus merangkul Gianna dengan posesif.

***

Beberapa jam kemudian. Istana Vierdan, Liliana tampak sudah sadar. Tapi anehnya, ia merasakan aura aneh di sekitarnya. "Sialan!" runtuknya.

Lalu mencoba untuk kabur kembali, tapi sebuah rantai menahan pergerakannya. "Dia merantaiku!" kesal Liliana, saat mendapati kakinya yang di rantai. Dan lukanya tak diobati, tapi Liliana sama sekali tak memperdulikan lukanya itu.

Sakit. Tapi Liliana lebih ingin pergi dari dunia ini.

Seseorang masuk, Liliana tampak tak menghiraukan. Dan tetap berusaha untuk membuka rantai yang mengikat kakinya dengan paksa. "Rantai itu…kau tak bisa membukanya, tanpa izinku!" katanya—siapa lagi, kalau bukan Xavier.

Tetapi Liliana sama sekali tak peduli.

Xavier hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar, membiarkan Liliana melakukan apapun yang ia inginkan. Bahkan beberapa Vampir yang terus-terusan mencium aroma darah Liliana menjadi sangat kasihan.

Sampai malam lain lagi tiba, semua makanan yang di kantai membusuk begitu saja. Liliana tak memakannya, lukanya bahkan infeksi!

Ia tak sanggup lagi, jadi ia hanya terdungkur di lantai dalam keadaan tubuh lemah tak ternutrisi.

Gekkk!

Pintu kembali teruka, yang menampakan Xavier dan sepiring makanan yang lagi-lagi ia letakan di dekat Liliana. Tanpa berkata apa-apa, Pria itu pergi begitu saja.

Menelan saliva. Liliana tiba-tiba saja menangis karena hidupnya menjadi bagaikan neraka—kenapa, harus jadi seperti ini?!

Beberapa jam kemudian, pintu kembali terbuka. Namun kali ini, wanita itu lagi.

Wanita itu menatap ke arah piring sup di depan Liliana yang telah dingin, tak di sentu. Sebelum melihat ke arah piring-piring lain yang membuat ruangan sangatlah berbau busuk, luka Liliana juga membuat tempat ini terasa seperti kamar penjara.

"Mengapa kau melukai dirimu sendiri?"

Tapi Liliana tak menjawab, dan hanya menatap kosong ke arah depan. Ia begitu lemah, meski hanya sekadar untuk mendonggak.

Hanya butuh sehari, dan hidupnya sudah hancur seperti ini.

"Liliana Lenaw, bangkitlah. Dan kalahkan pria itu, bukankah kau ingin membunuhnya?"

Liliana malah tersenyum sinis—bukan, bukan pria itu. Tapi dirinya sendiri, satu. Untuk kehidupan yang lain. Ya, hanya itu yang Liliana inginkan saat ini.

"Nona, saya mohon bangkitlah. Nona bisa mati!"

Memangnya Liliana akan peduli.

"Kau memohon untuk sampah, maka kau hanya akan mendapatkan penghinaan!" jawab seorang pria berkacamata. Pemandu sialan yang sedang menertawakan nasib Liliana saat ini.

Bahkan bekas luka setelah aksi kejar-kejaraan itu masih terlihat sangat jelas.

TBC.

Jadilah MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang