Selamat membaca.
Malam harinya, Liliana yang tak pulang ke rumah dan memilih untuk menyewa apartement di kota seberang untuk menghindari Gianna saudarinya—sekaligus membuat mereka tak bisa melacak Gianna yang mirip dengannya.
Ceklek!
Membuka pintu Apartement, Liliana menghembuskan nafasnya kasar. Berjalan ke arah kasur, merebahkan tubuhnya ke atas kasur tanpa melepas sepatunya. Liliana menatap ke arah langit-langit kamarnya, sebelum matanya tertuju pada sebuah Laptop yang ada di atas meja kerjanya.
Begitu-begitu, Liliana adalah seorang anggota dunia gelap dari seluruh negeri. Itu sebabnya, ia punya banyak senjata api ilegal.
Bangkit kembali. Liliana mulia mengetikan kata kunci Immortal dan juga Mate di pencarian. "Immortal sering muncul dalam cerita-cerita fiksi fantasi…astaga! Bukan ini yang ku cari!"
"Sebenarnya aku ini masih bermimpi atau tidak sih?!"
"Gianna!"
Buru-buru Liliana menutup ponselnya, lalu ia mematap ke arah sumber suara. Yang ternyata adalah Brian, akan tetapi Aura dan cara ia menatapku berubah lagi.
"A-ada apa kau kesini?"
Tapi mata pria itu, hanya tertuju pada gambar mahkluk immortal yang aslinya sangatlah mengerikan. Sebelum menatap ke arah Liliana yang mencoba menutupinya dengan tubuhnya—"kau, masih tidak percaya?"
"Hah?"
"Kalau begitu jangan percaya!"
Cup!
Tiba-tiba saja, Brian mengecup bibir Liliana. Membuat tubuh gadis itu sontak mundur, menyadar meja.
"Apa kau…."
Tapi Brian memaksa, meski tahu kalau Liliana akan sangat marah padanya. Begitu juga dengan rajanya.
Tak bernafas, dan terluka. Membuat Brian menghentikan ciuamannya sebab Liliana tak menikmatinya.
"Ka-kau sudah gila?!"
"Ini tak nyata, maka anggaplah demikian."
"Kau pikir aku bodoh?!"
Liliana menjauh dari Brian, ia mendorong pria itu. Sembari menghapus bekas ciuman yang di berikan Brian barusan. Bahkan meludah karena jijik! Lalu menatap Brian marah. "Apakah semua mahkluk immortal memiliki karakter busuk seperti kalian?!"
Pria itu hanya diam saja, matanya tertuju pada pergelangan tangan Liliana yang membiru. Tak bicara, pria itu tiba-tiba saja berjalan ke arah lemari. Menarik sebuah kotak obat disana.
"Obati lukamu!"
Alis Liliana berkerut, lantas ia berdecak kesal menatap sikap aneh Brian yang seperti memiliki dua kepribadian.
Deg! Liliana sadar akan sesuatu. "Nada bicaramu itu, memgingatkanku pada si brengsek dari duniamu…"
Prang!!!
Bebetapa kaca pecah, dan tatapan brian juga berubah menjadi semerah darah. Ia hanya terus menatap ke arah Liliana dengan tatapan tajam yang entah mengapa membuat Liliana sedikit terintimidasi.
"Kemarilah!"
Ragu. Liliana akhirnya memutuskan untuk mengalah, duduk di samping pria itu. Membiarkan ia mengobati lebam dan luka ringan di pergelangan tangannya. Dengan diam.
"Apakah sakit?"
Liliana hanya menatap Brian, tak berniat untuk menjawabnya. Sampai sebuah kalimat, membuat Liliana menoleh ke arah pria itu.
"Kau ingin membalas raja, maka buatlah ia kehilangan sesuatu yang berharga darinya!"
"Sesuatu yang berharga?"
"Ya."
"Aku tidak suka teka-teki." Tapi detik berikutnya, Liliana akhirnya mengerti maksud dari pria di depannya saat ini. Lalu tersenyum sinis padanya. "Kau pikir aku berharga? Ia bahkan tak menemuiku untuk setidaknya berkata maaf!"
"Akan ku katakan!" ucap Brian, bangkit dari sisi Liliana. "Berikutnya, raja yang akan menemanimu!" sambungnya dingin.
Itu membuat Liliana sedih dan kecewa. Lantas, ia menahan lengan baju Brian. "Jangan pergi."
Brian menatap ke arah Liliana singkat. Liliana, mendonggak. Menatap ke arah Brian singkat sebelum berkata. "Sebenarnya, aku lebih suka Brian…."
Cup!
Dia mengecup Liliana. Berkata, "kalau begitu rahasiakan lah."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadilah Milikku
Fantasy"Aku akan merelakan mu demi impiannya," batinku Tapi takdir adalah takdir bagaimana jadinya bila takdir itu di tentang keras?! langsung baca aja!!! ©2019