Selamat membaca.
"Liliana!" pria Vampir yang merupakan pedagang itu menyentuh pelan bahu Liliana. "Kami tahu apa yang kamu rasakan, tapi percayalah. Kalau kamu akan baik-baik saja. Meski dunia ini mengerikan tapi tak akan ada yang menyakitimu!"
Liliana menghela nafasnya kasar, lantas menahan tetesan darah yang keluar semakin deras—sebenarnya, Liliana melukai dirinya sendiri. Agar para Vampir bisa kehilangan kendali dan membunuhnya saat itu juga, "tapi mengapa kalian tidak bersikap seperti seorang Vampir?"
Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja di katakan oleh Liliana. Sampai….mereka akhirnya sadar akan sesuatu.
"Kau benar-benar kejam. Tetapi bukan kepada kami, tapi kepada dirimu sendiri. Kau hebat, tapi tidak untuk dirimu sendiri. Kau berani berbuat kejam, tapi tidak pada orang lain."
"Jangan sok tahu."
"Liliana!" Lilit dan Zera tiba-tiba saja memeluk Liliana dengan sangat eratnya. Sementara yang lainnya menyiapkan obat untuk meredakan pendarahan di mata Liliana."syukurlah kau baik-baik saja."
"Aku tidak baik-baik saja!" ungkapnya. Sejujur-jujurnya, Liliana tak pernah baik-baik saja saat menginjakkan kakinya di dunia ini. "Aku suka kalian."
"Iya. Kami tahu, tapi sembuhkan lah lukamu itu."
Aneh. Padahal, Liliana sudah bersikap sangat dingin dan ketus seakan mereka hanyalah orang-orang yang akan ia manfaatkan. Tapi mengapa? Lagi-lagi berbuat kesalahan ya.
***
Malamnya mereka semua berkumpul di pasar tanpa pulang.
"Kami sudah putuskan, kalau kamu harus bebas. Kami akan membantumu, dan mungkin ini akan menjadi bantuan yang terakhir!" kata pria muda, Partner Liliana beberapa saat yang lalu.
CK! Berdecak, Liliana yang balut perban malah tersenyum meremehkan. "Kalian bisa mati, seluruh clan Vampir akan mati. Jika kalian berani membantuku lebih dari ini!"
Mereka malah tersenyum. "Kami tahu alasan mengapa kamu meminta tinggal, kau hanya kesulitan dengan rencanamu. kau hanya sedang berpikir!"
Liliana memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tak mengiyakan, tetapi ia juga tak mengelak—karena mereka, Liliana sampai harus berurusan dengan kematiannya lagi. Hanya karena beberapa mangga, hanya karena ia mendapatkan sedikit perhatian.
'karena sama seperti Gianna yang percaya dan tetap berada di sisiku, demikian juga mereka' pikir Liliana, ia mulia frustasi dengan semua kepercayaan yang ia dapatkan.
"Bolehkah aku egois?" pikir Liliana, menatap ke arah mereka dengan tatapan penuh rasa bersalah.
Mereka membalas sembari tersenyum. "jangan remehkan kami, pergilah dan jalani hidup yang kau sukai sebagai seorang manusia. Tapi hiduplah, sebagai kisah paling indah dalam pikiran kami!" ujar mereka yang bahkan rela berkorban lagi untuk dirinya.
Liliana tersenyum memalingkan wajahnya, sebelum ia kembali menatap ke arah mereka. "Ya, aku akan hidup. Aku akan pergi, tetapi saat kehancuran bangsa Vampir. Berharap lah agar aku tidak kembali, supaya aku tidak menghilang dari dunia ini."
"Apa maksudmu Liliana?"
"Aku tidak di takdirkan untuk hidup di dunia ini, itu membunuhku!"
Deg! Jawaban yang di katakan oleh Liliana, sontak saja membuat mereka semua terkejut bukan main. Tak ingin percaya, tapi ini adalah Liliana.
"Ja-jadi, dengan tinggal disini. Kau akan menghilang dengan sendirinya?"
"Tidak? Tapi mendapatkan hukuman atas penentangan ku pada takdir!"
Mereka tiba-tiba merasa senang. "Jadi kau ingin tinggal, kau tidak ingin lari, kau hanya tersesat!"
"Ya. Pada pilihan." Liliana tersenyum membalas mereka. "Coba deh kalian pikir, dunia ini tidak memiliki aturan yang pasti dan aku menyukainya. Aku punya kuasa, aku akan abadi. Itu keren, ini seperti mimpi. Tapi…itu hanya akan menjadi mimpi!"
"Kami akan melindungi mu, Xavier juga bukan mahkluk yang tidak bisa melakukan apapun Liliana…."
"Tapi ini tentang takdir."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadilah Milikku
Fantasy"Aku akan merelakan mu demi impiannya," batinku Tapi takdir adalah takdir bagaimana jadinya bila takdir itu di tentang keras?! langsung baca aja!!! ©2019