bab 6

51.7K 2.1K 73
                                    

Selamat membaca dan semoga nggak mengecewakan pembaca

" Cie, tuh kah pipinya Keira jadi bushing " Vika semakin menggoda Keira

" Udah-udah nggak usah godain kita, kasian tuh mukanya Keira udah kaya kepiting rebus, hahahaha "

Mereka bertiga akhirnya tertawa mendengar perkataan Rafael, membuat wajah Keira semakin memerah karena teman-temannya dan Rafael. Padahal hanya hal sederhana tapi mereka tampak sangat bahagia, bahkan ini pertama kalinya Keira tertawa lepas setelah menikah dengan Nathan. Dari kejauhan tampak seorang lelaki tengah mengawasi mereka semua dengan wajah datar.

" Ya udah gue pergi  dulu, bey " Rafael pun pergi meninggalkan mereka semua yang masih asik tertawa

Entah mengapa perasaan Keira jadi gelisah setelah tertawa lepas bersama dengan Rafael barusan. Dan dia merasa ada yang tengah mengawasinya sejak tadi, tapi siapa orang yang akan mengawasi wanita sederhana sepertinya. Yang ada cuma orang yang melihatnya tak suka karena ingin kembali mem-bully-nya seperti biasa.

" Keira tolong antar pizza ini ke meja nomer 05 ya " pinta kiki dengan menyodorkan dua porsi pizza

" Oke " jawab Keira dan langsung mengantarkan pizza itu ke meja yang di tunjuk Kiki

Sekarang ini Keira memang sudah berada di tempat kerjanya, setiap sepulang dari kuliah Keira pasti langsung pergi bekerja. Sebenarnya Keira dilarang untuk bekerja oleh dokter supaya tidak kelelahan, tapi dia menolak dengan alasan tidak ingin bermalas-malasan di rumah. Apalagi pekerjaannya hanya sebagai pelayan, jadi tidak akan membuatnya terlalu kelelahan. Lagipula jika dia tidak bekerja dia pasti tidak akan memiliki tabungan untuk biaya hidup bersama anaknya nanti, setelah berpisah dengan Nathan pasti dia baru membeli rumah dan memenuhi semua kebutuhan hidupnya sendiri. Jika mengandalkan uang yang pasti akan di berikan Nathan untuk anaknya nanti Keira tidak mungkin mampu membeli rumah. Jadi dia harus mulai menabung dari sekarang agar hidup anaknya nanti bisa terjamin.

   Hari ini Keira merasa sangat bersyukur karena tadi Rafael memberinya makanan dan sekarang pergi ke tempat kerja bersama dengan Karin, karena gadis itu akan membeli pizza untuk sepupunya. Jadi uang yang di gunakan untuk ongkos bisa ia tabung seperti biasanya jika tidak ada kebutuhan mendesak.

" Keira ?" Tanya seorang lelaki setengah Keira menaruh pesanan pizza

" Lo Keira kan ?" tanya lelaki itu lagi dengan wajah tak percaya

" Iya aku Keira, kau siapa kenapa kamu tau namaku ?" Keira balik bertanya dengan wajah bingung

" Gue Reno, em kita dulu ketemu di olimpiade matematika lo inget dan beberapa bulan lalu kita juga pernah ketemu di taman, tapi lo langsung pergi ?"

" Oh iya, kamu cowok rese yang selalu banyak nanya itu kan " tanya Keira dengan menyebut hal menjengkelkan yang Pernah di lakukan lelaki itu

" Akhirnya inget juga, eh Lo gimana kabarnya ?" tanya Reno basa-basi

" Baik, eh aku mau balik kerja dulu ya, gak enak kalo kelamaan ngobrol " pamit Keira

" Eh minta nomer dong " pinta Reno dan mengejar Keira

" Nomer apa sepatu ?" Keira bertanya dengan jahil

" Ellah ya nomer wa lah, ya kali gue minta nomer sepatu " jawab Reno memutar bola matanya

" Ya, mungkin aja kamu mau kasih aku salam pertemuan kembali dengan beliin aku sepatu " gurau Keira yang di sambut tawa Reno

" Boleh, tapi Lo harus kasih gue nomer wa lo dulu "

Karena tidak mau lama-lama Keira langsung meraih ponsel Reno dan menuliskan nomor wa nya. Setelah itu keira langsung kembali bekerja dan meninggalkan Reno, yang memilih kembali bergabung dengan teman-temannya. Sebenarnya Keira tidak suka memberikan nomor teleponnya pada sembarang orang, tapi karena Reno orangnya asik Keira jadi ingin berteman lebih dekat dan lebih lama dengan lelaki itu. Apalagi Reno sangat ramah dan mudah mencairkan suasana, sepertinya.

pregnancy that brings suffering (Fizzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang