bab 29

45K 1.7K 35
                                    

   Rafael dan Tamarra tengah asik bermain dengan Syera yang sejak tadi tidak mau diam. Anak itu tidak ada lelahnya jika sudah di ajak ke mal apalagi di tempat permainan pasti akan lupa segalanya. Seperti setelah jam lalu mereka berjanji akan pergi ke rumah Rafael untuk menemui kakek dan neneknya, tapi janji itu telah hilang di telan permainan. Karena sejak tadi bocah itu tak mau berhenti bermain dengan semua yang ada.

" Dia selalu seperti itu ?" tanya Rafael dengan menarik pelan napas panjang karena tingkah keponakannya melebihi tingkat kenormalan pada anak seusianya

" Ya, dia sangat hiperaktif dan ambisius jadi tidak akan pernah berhenti sampai apa yang di inginkan terpenuhi juga sebelum puas dia tidak akan pernah mau melakukan hal lain yang di inginkan orang " jelas Tamarra

" Sama persis dengan sama bapaknya, petakilan gak bisa diem suka buat orang jantungan " desis Rafael, mengingat kembali tingkah kakaknya saat bersama orang dekat. Diluar kakaknya memang terlihat kaku, dingin dan pendiam. Tapi jika bersama dengan keluarga atau sahabat-sahabatnya, Nathan akan berubah dari reog. Berlari kesana-kemari, berteriak seperti orang gila, intinya kakaknya yang di lihat orang-orang sangat berbeda dengan Nathan yang sudah di kenal dengan akrab.

" Boleh aku tau ayah kandung Syera ?" Tanya Tamarra penasaran.

" Tentu " jawab Rafael, mengeluarkan ponselnya dari saku kemudian membuka galery yang menampakkan foto kakaknya. Rafael tidak punya foto kakaknya yang sendirian, ia hanya memiliki satu foto berdua dengan sang kakak. Karena ia jarang sekali menyimpan foto-foto tidak penting di dalam ponselnya. Bahkan foto kedua orang tuanya saja Rafael tidak punya, hanya ada foto keluarga saat dirinya baru masuk universitas.

" Pantas saja Zamorra tak bisa melupakan suaminya, dia begitu tampan dan mempesona. Siapapun pasti akan langsung jatuh cinta " pikir Tamarra ketika melihat begitu tampannya Nathan di foto yang Rafael berikan.

" Udah sini, entar jatuh cinta lagi " Rafael langsung merebut ponselnya, tapi baru beberapa detik ia memberikan ponselnya lagi denga gambar yang berbeda. Tetap foto dia dan Nathan saat masih remaja dulu.

" Itu foto saat kami remaja, lihatlah aku nggak kalah keren dari dia kan " ujar Rafael percaya diri. Membuat Tamarra memicingkan mata.

" Tetap lebih tampan kakak mu " jawab Tamarra dengan datar.

   Jawaban gadis itu membuat Rafael mendelik tidak percaya karena Tamarra tetap mengatakan kakaknya yang lebih tampan. Padahal ia sudah memperlihatkan foto jadul mereka ketika SMA. Memang wajah kakaknya terlihat lebih baby face, tapi Rafael juga tak kalah tampan bukan.

" Oh iya, aku penasaran kenapa Syera sama kamu udah pinter bahasa Indonesia ?" Tanya Rafael membuat pembicaraan, karena sejak tadi mereka hanya diam menunggu syera yang asik bermain sendirian.

" Karena Syera sudah belajar bahasa Indonesia sejak usia tiga tahun, dan Zamorra sering berbicara bahasa Indonesia dengannya, sedangkan aku sebelum menemui Zamorra dan menjemputnya untuk pulang " jelasnya tanpa ada niatan untuk membuka pembicaraan lain. Akhirnya Rafael memilih diam, ia sebenarnya cowok cuek. Cuma karena sekarang bersama dengan saudara Keira saja, makanya ia jadi mau memulai pembicaraan.

" Papa Syera ngantuk " akhirnya suara bocah itu terdengar

   Wajahnya terlihat lesu dan lelah mungkin efek terlalu lama bermain. Membuat Rafael gemas apalagi rambutnya yang berantakan membuat bocah itu terlihat sangat menggemaskan. Akhirnya mereka bisa keluar dari mal setelah tiga jam lebih menunggu Syera bermain. Harusnya mereka sudah sampai di kediaman keluarga Weldon dua jam yang lalu, tapi mau bagaimana lagi jika Syera tidak mau alhasil mereka terlambat dua jam untuk datang.

   Dalam perjalanan menuju rumah orang tua Rafael, Syera tertidur di pangkuan Tamarra anak itu terlihat begitu pulas. Apalagi saat Tamarra mengelus puncak kepalanya dengan lembut.

pregnancy that brings suffering (Fizzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang