bab 43

25.7K 1K 33
                                    

   Sekarang ini Abraham tengah menemani Keira untuk periksa kandungan, biasanya dokter yang datang ke rumah mereka, tapi kali ini Keira ingin pergi ke rumah sakit. Sejak tadi Abraham hanya diam saja, sejak semalam pulang dari membeli nasi goreng yang Keira minta. Entah mengapa Keira merasa bersalah dengan sikap Abraham yang seperti ini.

" Apa dia marah karena semalam aku terus memintanya keluar rumah untuk membeli makanan ?" Keira membatin dan berusaha menetralkan pikirannya agar tidak terlihat jika ia merasa bersalah

" Baiklah, tuan dan nyonya calon anak kalian baik-baik saja mereka tumbuh dengan sangat baik. Tapi usahakan agar sang ibu juga tidak boleh terlalu banyak pikiran, karena bisa berpengaruh pada sang anak " jelas si Dokter

" Baik dok, kalau begitu kami permisi dulu " pamit Keira

   Keduanya pun keluar dari ruangan dokter, dengan pikiran yang masih sangat mengganggu Keira terus saja berjalan dengan pandangan kosong. Ingin bicara pada Abraham tapi tidak tau harus di mulai dari mana. Ia bingung harus berkata apa karena Abraham tidak pernah marah selama dua tahun hidup bersama sebagai suami istri.

" Setelah ini aku harus segera pergi, ada beberapa pekerjaan yang harus ku urus di perusahaan " kata Abraham biasa saja

" Pergilah, aku akan pulang sendiri " ujar Keira berusaha setenang mungkin

" Akan ku antar kau pulang dulu "

" Aku akan minta jemput sopir, kau pergilah lagipula aku akan pergi ke supermarket " setelah mengatakan itu Keira segera berjalan cepat dengan berbicara pada orang di sebrang telpon miliknya

   Melihat Keira seperti itu membuat Abraham merasa bersalah, hatinya tak rela melihat Keira tersakiti tapi dia juga tidak mau membuat Malaika semakin menderita karena kebenaran yang ada saat ini. Seiring kepergian Keira, Abraham mengingat apa yang di ceritakan oleh Malaika semalam. Ia dan Malaika belum bercerai tapi ia juga sudah memiliki istri yang telah membangun hidupnya seperti dulu lagi. Hati dan pikirannya sangat tidak rela melepaskan keduanya, jika saja Keira tidak hamil ia bisa memberi pengertian pada wanita itu, tapi kondisinya berbeda Keira tengah hamil.

" Maafkan aku Zamorra, aku tak ingin menyakiti kalian berdua. Tapi aku juga tidak bisa jujur padamu jika ternyata Malaika masih hidup, entah apa yang terjadi nanti jika kau tau istri pertama ku ternyata masih hidup sedangkan Malaika juga belum tau aku sudah menikah lagi. Anak-anakku juga sudah bahagia bersama Zamorra, dan bagaimana dengan Syera nanti jika aku dan ibunya tidak baik-baik saja " gumam Abraham

   Kini Abraham sudah dalam perjalanan menuju ke sebuah rumah yang begitu sederhana, perjalanannya hanya sebentar karena melakukan mobilnya dengan sangat cepat. Langkah kakinya memasuki rumah itu terlihat tidak sabaran. Ketika sampai di depan ruang tengah matanya menatap wanita yang tengah menonton televisi, matanya memanas melihat wanita yang dulu di cintainya begitu cantik kini seperti orang yang tidak waras karena keluarganya sendiri. Jika saja waktu bisa di putar Abraham ingin menolak perjodohannya dengan Keira agar tidak mencintai wanita yang kini sudah hamil itu. Dan lagi dia sudah berjanji akan selalu memberikan segala kebahagiaan pada Keira selama menjadi istrinya.

" Suamiku kau sudah datang ?" Tanya wanita itu dengan mata berbinar, tapi tingkahnya seperti anak kecil

" Iya Malaika aku sudah kembali, kau sedang apa ?" Tanya Abraham lembut

" Aku menonton kartun itu, lucu sekali " ujarnya dengan menunjuk ke arah televisi

" Apa kau sudah makan ?"

" Aku tidak mau makan sendiri mau di suapi, hehe "

" Baiklah ayo "

   Dengan telaten dan penuh kasih Abraham mulai menyuapi Malaika yang seperti anak-anak. Wanita yang dulu selalu memanjakannya kini berubah drastis menjadi wanita yang sangat kekanakan.

   Cinta pertama memang sulit untuk di lupakan dan pasti akan selalu berada di dalam hati, apapun yang terjadi. Sama lah nya dengan Abraham yang menemukan kembali cinta pertamanya dengan Malaika, meskipun perempuan itu sudah tak seperti dulu dan mengalami gangguan jiwa, tapi hatinya tak bisa melupakan wanita yang masih berstatus sebagai istrinya.

***

   Entah kenapa sejak meninggalkan Abraham di rumah sakit satu bulan yang lalu Keira merasa suaminya semakin berubah. Bahkan jarang pulang tepat waktu juga sering tidak pulang dengan alasan ada begitu pekerjaan dan harus pergi keluar kota. Sebenarnya ia tak mau menaruh kecurigaan terhadap suaminya sendiri, tapi hati dan pikirannya selalu mengatakan hal yang sama. Agar ia mencaritahu semua yang di lakukan Abraham setiap harinya, mungkin ini salah karena tidak mempercayai lelaki yang selama ini memberinya kebahagiaan. Tapi demi menjawab kegelisahan dan pikiran buruknya untuk Abraham Keira harus melakukan itu.

" Zamorra kau dimana aku ingin menceritakan sesuatu padamu " teriak seseorang dari sebrang telpon

" Tamarra, kau kembali ke Pakistan ? Kapan ?" Seru Keira

" Ya aku di Pakistan aku dan Rafael " jawab sang kembaran

" Oh, sekarang pake bahasa Indonesianya udah fasih ternyata. Nanti kita ketemu aku lagi sibuk dah " dengan segera Keira menutup panggilan telponnya

   Kakaknya sudah kembali dari Indonesia, itu berarti Keira bisa meminta bantuan dari Tamarra yang memiliki banyak kenalan detektif hebat. Seharusnya ia tak perlu meminta bantuan Tamarra tapi mau bagaimana lagi keadaannya tengah hamil, jadi tidak mungkin melakukan itu sendiri. Lagipula tidak akan ada apapun yang akan membuatnya kecewa, yang di lakukan hanya untuk menjawab kegelisahannya saja tidak lebih.

   Hari sudah mulai sore Keira dan anak-anaknya pergi ke rumah milik Tamarra dengan semangat. Tadinya Abraham akan ikut tapi mendadak ada panggilan telpon masuk, dan harus segera pergi ke kantor.

" Aunty " panggil Syera dengan lantang

" Hei boy, aunty sangat kangen kamu tau " ucap Tamarra

" Wah aunty udah bisa bahasa Indonesia ?" Tanya Syera dengan berbinar

" Iya dong kan dari dulu aunty bisa, tapi kita fasih aja " jawab Tamarra lembut

" Ehem Syera lupa sama papa ya " suara seorang lelaki dewasa yang begitu familiar membuat Syera melepaskan pelukannya bersama Tamarra

   Dengan segera Syera melompat ke gendongan Rafael yang sudah di anggap sebagai papa nya sendiri. Begitu juga Rafael yang menganggap Syera sebagai anaknya sendiri sejak awal pertemuan mereka. Melihat kedekatan antara paman dan keponakan itu membuat Keira tersenyum bahagia. Pasalnya Rafael yang selalu baik sejak dulu pada dirinya, lelaki yang selalu membantunya dalam bentuk apapun.

"Hei, tadi kamu ngomong mau minta bantuan ?" Tamarra membuat Keira segera kembali dari dunia hayalannya

" Kita bicara di ruang pribadi mu saja " pinta Keira

   Keduanya punya berjalan menuju ruang pribadi milik Tamarra, dan meninggalkan Rafael bersama tiga anak-anak Keira. Saat pintu sudah tertutup rapat barulah Keira mulai menceritakan bagaimana hidupnya dan Abraham saat ini. Dan menceritakan betapa berubahnya lelaki itu belakangan ini, awalnya Tamarra tidak terlalu merespon karena dia pikir mungkin Abraham hanya sibuk dengan pekerjaan. Tapi tadi Tamarra sempat pergi bersama Rafael dan ia melihat Abraham baru keluar dari minimarket dengan beberapa belanjaan. Tapi apa mungkin jika Abraham akan berselingkuh dari adiknya, itu tidak mungkin karena selama ini Abraham adalah orang yang sangat baik.

" Ya, aku akan bantu tenang saja. Sudah ayo keluar aku tidak mau putra mu yang hiperaktif itu merepotkan Rafael " ajak Tamarra

" Ih, kamu ini. Lagipula Rafael sudah menganggap Syera seperti putranya sendiri " kesal Keira

   Keduanya pun keluar dari ruang pribadi milik Tamarra dan mendapati anak-anak Keira yang tengah asik bermain dengan Rafael.


pregnancy that brings suffering (Fizzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang