bab 25

53.2K 1.7K 169
                                    


Bagas menunggu Nathan, dokter mengatakan jika sahabatnya kelelahan dan kurang istirahat. Jadi Bagas meminta agar dokter memberikan obat tidur pada Nathan. Ia ingin Nathan istirahat untuk beberapa jam, biar nanti dirinya dan Kevin yang mencati keberadaan Keira dimana.

Sambil menunggu Nathan, Bagas m ngecek rekaman cctv yang sudah berhasil ia dapatkan dari beberapa tempat. Ia cukup pusing saat beberapa cctv di sekitar rumah rumah Keira tidak bisa di akses.

Ketika sedang sibuk melihat rekaman cctv di laptopnya, tiba-tiba ponsel Bagas berdering. Sebenarnya ia sedang malas di ganggu oleh siapa pun, namun di layar ponselnya tertera nama sang ibu. Mau tidak mau ia harus mengangkat panggilan itu.

"Halo, ma?"

"Pulang sekarang, ada yang mau mama bicarakan."

"Iya."

Hanya seperti itulah pembicaraan mereka, Bagas memang tidak dekat dengan ibu kandungnya. Ia lebih dekat dengan ibu tirinya yang selalu mengerti apa yang ia inginkan. Dengan malas, akhirnya Bagas memilih untuk pergi ke rumah ibu kandungnya terlebih dulu. Baru nanti akan melanjutkan melihat rekaman cctv. Sebelum pulang, ia mengirimkan pesan terlebih dulu pada Kevin agar datang ke rumah Nathan secepatnya.

"Kevin pasti asik pacaran sama sahabat Keira." gumamnya, saat pesan yang di kirim tak kunjung di baca oleh Kevin.

Akhir-akhir ini Bagas merasa begitu lelah dan penuh dengan kekhawatiran, semenjak kepergian Keira. Semuanya berubah, satu-persatu mulai tidak bisa merasa damai.

"Mungkin ini karma karena kami dulu sangat jahat pada Keira." gumamnya dengan nada sedih.

Suasana hati semua orang benar-benar tidak ada yang bagus. Bahkan Bagas yang biasanya tidak pernah kepikiran dengan masalah apapun, sekarang malah memikirkan segala sesuatu yang belum tentu akan terjadi.

Sesampainya di rumah ibu kandungnya, Bagas langsung masuk seperti biasanya. Ia sudah di tunggu oleh beberapa orang di ruang tamu, perasaannya semakin tidak enak saat melihat teman dari ibunya menatapnya dengan senang.

"Sini duduk." pinta Kunai, menepuk pelan sofa di sebelahnya.

Bagas hanya menurut, dia duduk dengan perasaan tidak tenang melihat semua orang. Terutama gadis muda yang harus menunduk dengan mata sembab. Ini benar-benar tidak ia mengerti, bamun ada kecemasan dalam hatinya.

"Mama kamu kamu menikah sama Elie." kata Kunai menepuk pundak putranya pelan.

"Menikah? Kenapa mendadak? Aku nggak bisa ma, dia bukan tipe ku. Aku juga masih mau menikmati masa muda." tolak Bagas langsung.

"Elie hamil-"

"Aku nggak pernah ketemu sama dia, jadi sangat mustahil jika aku menghamili dia." potong Bagas dengan wajah marah.

"Itu memang bukan anak kamu, Elie menjadi korban pemerkosaan. Jadi kamu harus membantu dia, agar selama masa kehamilan dia tidak merasa repot atau stress." jelas Kunai

"Mama gila ya?" tanya Bagas tak habis pikir. Selama ini ia sudah menuruti apa yang ibunya inginkan, tapi kenapa sekarang ia juga harus merusak masa depannya.

"Ini permintaan terakhir Mama, kamu harus lakukan." kata Kunai pelan.

"Aku nggak mau." tolak Bagas lalu pergi meninggalkan rumah ibunya dengan amarah.

Bagas pergi ke rumah ayahnya, ia benar-benar kecewa dengan permintaan sang ibu yang sangat egois. Selama bertahun-tahun ia di rawat oleh ibu tiri, ia tidak pernah merasa tertekan seperti ini. Sesampainya di rumah sang Ayah, Bagas langsung mencari ibu tirinya.

"Hei? Anak bunda kenapa nak?" tanya wanita paruh baya yang kini di peluknya dengan erat.

Bagas tak menjawab, dia hanya menangis mengeluarkan segala kesedihannya. Wanita yang selalu menjadi sandaran kini hanya menepuk pelan punggung putra tirinya. Ia tau pasti Bagas dari rumah ibu kandungnya, karena selama ini anaknya akan menangis setelah pulang dari rumah ibu kandungnya.

pregnancy that brings suffering (Fizzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang