bab 28

47.2K 1.7K 223
                                    


" Papaaaa " suara nyaring itu terdengar di pagi hari yang menenangkan.

   Siapa lagi jika bukan Syera yang tengah berenang bersama Rafael, lelaki yang di panggilnya papa itu menepati janji untuk datang di pagi buta. Sejak pukul enam pagi tadi Syera memaksa Rafael untuk olahraga di dalam air, apa boleh buat ia juga tak ingin melihat bocah itu sedih karena tidak di turuti. Alhasil kini dirinya harus menggigil kedinginan gara-gara berenang di pagi buta.

" Pa aku pengen jalan-jalan seharian full bareng papa " pinta Syera

" Ya udah yuk, mending jalan-jalan keliling Jakarta daripada harus renang, papa Kedinginan nih gak betah " ajak Rafael

   Rafael yang kedinginan jalannya jadi lambat sedang Syera sudah berlari duluan. Anak itu sebenarnya kulitnya terbuat dari apa, kenapa bisa tidak merasa kedinginan pikir Rafael. Semalam ia sudah menceritakan pada kedua orang tuanya tentang Keira yang sudah di Indonesia bersama Syera. Jadi ia berencana untuk mempertemukan kedua orang tuanya dengan Keira dan cucu mereka.

" Kei, apa kamu mau kalo aku ajak kalian ketemu papa sama Mama ?" Pertanyaan Rafael membuat Keira mendongak sebelum meletakkan majalah yang tengah di bacanya

" Aku belum siap untuk ketemu mereka, aku merasa sangat buruk karena pergi gak pamit apalagi selama ini aku gak pernah kasih kabar dan sudah memisahkan mereka sama cucu mereka " tolak Keira

" Mereka gak apa-apa kok, tapi kalo kamu masih belum siap gak apa-apa tapi kalo aku bawa Syera gak boleh kan sekalian mau jalan-jalan "

" Boleh, tapi jangan sampai dia kecapekan ya, terus pulangnya jangan sore-sore. Mumpung aku mau pergi sama Karin dan Vika, jadi kalian bebas mau pergi berdua kemanapun " kata Keira

" Oke tenang aja "

   Rafael orang yang sangat bisa di percaya jadi Keira tidak akan merasa cemas jika putranya pergi bersama lelaki tampan itu. Apalagi mereka hanya akan pergi berkeliling dan menemui kakek nenek Syera. Lagipula hari ini ia akan mengantarkan Karin untuk membeli beberapa barang yang akan di butuhkan sebelum menikah, juga akan mengantarkan sahabatnya itu ke salon untuk mempercantik diri.

"Kenapa perasaanku nggak enak ya, apa akan ada yang terjadi pada ku?" gumam Keira sambil memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak kencang, dan perasaannya jadi tak enak.

Tak mau terlalu kepikiran dengan hal yang tidak akan terjadi, Keira memilih untuk langsung bersiap-siap untuk menemui k dua sahabatnya. Ia pergi dengan sopir, karena Tamarra mengatakan akan mengurus pekerjaannya yang di kirim oleh asistennya.

Wanita karir seperti Tamarra tidak akan pernah punya waktu untuk pergi bersantai seperti Keira.

"Waaah mama muda, mama muda. Uh mama Keira cantik banget." Vika bersenandung tidak jelas membuat Keira dan Karin tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan sahabat mereka yang semakin hari semakin tidak waras.

"Kita jadi pergi kan?" tanya Keira

"Jadi dong, kan kita mau perawatan cantik. Biar nanti wajahnya bersinar seperti rembulan." jawab Vika sambil berputar-putar cantik.

"Makin kesini makin nggak waras, alias gila." cibir Karin, lalu berjalan meninggalkan Vika begitu saja.

"Heh, kok Vika cantik di tinggal sih. Kalian jahat." Vika berlari mengejar kedua sahabatnya yang sudah mau masuk kedalam mobil Keira.

Ketika wanita itu berbincang dengan semangat dan menceritakan bagaimana kehidupan mereka. Sesekali mereka tertawa saat Vika bercerita bagaimana hidupnya yang di ganggu oleh Bima dulu. Dan sekarang ia hanya bisa menunggu lelaki itu mengajaknya menikah, seperti Kevin dan Karin.

pregnancy that brings suffering (Fizzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang