Agatha | 06

3.7K 113 4
                                        

Sudah waktunya untuk pulang ke rumah. Bel pun sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Namun Agatha masih berada di gerbang sekolah, menunggu sang supir mamanya untuk menjemput.

"Lama banget sih." kesal Agatha sambil menginjak-injakan kakinya.

"Udah lama gue nunggu, gak dateng-dateng." kesal Agatha.

Disebrang sana terlihat Abraham yang memperlihatkan tingkah laku Agatha. Abraham terdenyum tipis, sangat tipis, bahkan mungkin orang lain tidak mengethaui jika Abraham tersenyum.

Firasat yang tepat, ia sengaja menunggu agar gadis itu pulang terlebih dahulu, tapi sekarang gadis itu belum di jemput juga. 

Akhirnya Abraham menyalakan motornya dan mulai mendekati Agatha.

"Minggir napa, Ngalangin gue aja lo."

Bukannya bergeser ke samping, Abraham malah makin mendekati tubuh Agatha.

"L-lo mau ngapain?"

Semakin dekat, semakin dekat, sangat dekat. Jarak mereka hanya satu inci, mereka sama-sama bisa merasakan nafas mereka sendiri. Tatapan Abraham kali ini tidak tajam melainkan lembut, tapi tidak meluluhkan hati seorang Agatha. 

Tangan Abraham menggapai ke belakang kepala Agatha. Ternyata hanya ada daun kering yang menempel disana.

"Ada daun."

"Thanks."

Nampak takjub melihat senyuman Abraham yang tidak pernah di tunjukkan kepada orang lain.

"Kenapa liatin gue gitu? Gue tau gue itu ganteng." ucap Abraham sambil merapikan kerah bajunya.

"Pd gile lo."

"udah sana minggir, lo ngalangin aja deh"ucap Agatha.

Agatha menengok ke arah kanan dan kiri melihat apakah ada supir Ratna tapi ternyata tidak ada.

"Lo mau nuggu sampe kapan?" tanya Abraham. 

"Suka-suka gue lah mau nuggu sampe kapan. Gue ini bukan lo." ucap Agatha.

"Hm."

Hening, sangat hening, bahkan Abraham dan Agatha seperti tidak ingin memulai percakapan. 

Tingg

Dengan cepat agatha Membuka handphone nya.

Mang ujang
Maaf ya neng, mang ujang teh ga bisa jemput, mobilnya teh lagi di bengkel

Iya gapapa mang

Setelah mematikan handphone nya mimik wajah Agatha menjadi lesu, Abaraham yang melihat itu hanya bisa menahan tawanya.

"Kenapa lo?"

"Gak."

"Mau ketawain gue, iya?" ucap Agatha sambil menyilangkan kedua tanganya di dada.

Abraham menyalakan motornya dan mulai bersiap untuk berkendara. "Naik." ucap Abraham.

"Siapa lo? Nyuruh-nyuruh gue, sok kenal banget."

"Naik."

"Gak!"

"Terserah, tapi kalo ada preman atau om-om yang bakal nyulik lo, gue ga mau tolongin lo ya." ucap Abraham menakut-nakuti Agatha.

Setelah Agatha berfikir, lebih baik ia pulang saja bersama Abraham.

"Ehhh tunggu." teriak Agatha saat motor Abraham sudah berjalan.

"Tadi katany–"

"Oke, gue mau naik, lo anterin gue pulang dengan selamat sentausa adil dan makmur, ehh napa jadi ke UUD" ucap Agatha.

"Pokoknya buruan deh."

Kini Abraham dan Agatha sudah membelah Kota Jakarta yang sudah sore, angin sepoi-sepoi membuat mereka nyaman, serta jalanan yang tidak terlalu padat.

"Belok kanan, pager item" instruksi Agatha yang tidak di jawab oleh Abraham.

Sudah sampailah Agatha di rumah, lalu ia turun dan mengulurkan tangannya.

"Nama lo siapa?"

"Jadi lo gatau nama gue?"tanya Abraham heran.

"Engga tau." cuek Agatha.

"Kenalin gue Abraham Alexi Pratama."

"Gue ga minta nama lengkap lo."datar Agatha.

"Ya biarin."ucap Abraham dengan gugupnya.

"Oke Abraham, makasih banget ya, terntaya lo baik ya, walaupun rese."

"Dasar aneh." gumam Abraham yang didengar oleh Agatha.

"Dasar rese." teriak Agatha saat sudah berada di dalam pagar rumahnya. 

Tanpa sepatah kata Abraham meninggalkan Agatha di depan gerbang rumah nya.

TBC.

[SUDAH DIREVISI]

Agatha [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang