19. Luka Lalu Sembuh

102 10 0
                                    

"gue yang nyakitin lu, juga cuma gw yang bisa nyembuhin lo"
-alen purnama-

Senin, drasya masuk sekolah dengan hati yang tak gembira,wajah yang suram.

Alan yang melihat itu sepanjang hari tak tega, dia membenci dirinya sendiri sangat.

Drasya di sepanjang hari hanya diam lesu. Natalie bersama teman yang lain sudah mencoba menghibur nya, tak ada perubahan.

Begitu juga dengan alan dia frustasi. Dia telah melukai drasya itu sama saja dia melukai dirinya sendiri.
Alan bodoh!!

Sepulang sekolah alan ingin melampiaskan semua keluh kesahnya itu. Dengan cara yang salah. Tawuran.

Begitu kebiasaan buruknya! Jika ada masalah tawuran adalah pelariannya.

Alan di bonceng dengan alvin Diikuti teman yang lain.

Alvin itu sebenernya gak jahat ataupun membenci alan. Dia cuman nyari sensasi aja ama nyebelin.

Mereka sampai di lapangan bebas, Sepi dan hanya ada nyala api dari obor yang mereka dan lawan mereka bawa.

Dengan garang alan memulai tawuran tersebut dengan sebuah gear yang terdapat tiga buah sekaligus dalam seutas tali tambang . tapi satu hal yang harus di ingat senakal nakalnya alan, dia gak ngerokok dan gak pernah minum, entah, mungkin hati kecilnya masih sangat berpegang teguh ajaran ibunya. Juga dia sebagai ketua dari geng nya, prioritas mereka satu yaitu nyawa, setidaknya sejahat apapun mereka. Mereka tetap berpikir tidak mungkin seenaknya menghilangkan nyawa orang, Memikirkan tentang keluarga 'si korban' nanti nya.

Alan yang menerapkan itu, karena alan tau rasanya dan tak ingin orang lain meraskannya juga!

Tidak! ini bukan seperti alan yang drasya kenal. Ini bukan alan yang tertawa bersama drasya.

Ini hanya alan yang penuh dengan dendam kebencian dan juga kepedihan. Sekali lagi cerita hidupnya sangat sulit dimengerti. Cerita hidupnya telah membuat dia dipandang sebelah mata. Cerita hidupnya udah buat hidup nya berantakan.

Drasya dengan tatapan dingin, padahal khawatir, memperhatikan alan di tengah lapangan yang sedang tawuran dengan ganas.

Drasya tak ingin menghentikan alan kali ini. Dia tau dia harus kemana.

Satu setengah jam berlalu. Kini alan dan teman temannya balik ke tongkrongan. Kemana lagi jika bukan ke warung bu min.
Sudah kebiasaan mereka setelah habis 'bertempur' mereka akan nongkrong ke warung bu min.

Betapa terkejutnya alan ketika baru saja motor alvin yang dia tumpangi sampai di tujuan.

Drasya sudah menunggu kehadiran alan dari tadi. Yah setelah dia melihat alan tawuran di lapangan dia Langsung bergegas ke warung bu min.
Alan terlihat kusam dan penuh darah.
Tapi bukan darahnya, karena alan tak berdarah ataupun lecet sedikit pun.
"drasya" gumamnya. Hati nya pedih melihat mata drasya yang berkaca.

Drasya mendekat kearahnya. Dan
Satu tamparan melesat di pipi alan. Alan pasrah menerima itu, dia pantas menerima itu bahkan lebih.

"gue bego dra" ucap alan setelah mendapat tamparan dari drasya.

"gue yang bego! "
Alan tak berani menatap drasya. Dia terus menunduk
" gue bego karena masih peduli, masih sayang sama lo setelah semua ini!!, puas?!! "
Alan masih menunduk." tampar gue dra, gw pantas untuk itu! "

" memang, emang pantas " sahut drasya dengan geram. Dia pun sekali lagi menampar alan.
Alan menerimanya pasrah.

Teman teman alan hanya memperhatikan mereka.

Ada juga yang berbisik bertanya

" tuh cewek sapa? "
" calon nyonya kita"

Drasya tak kuasa, dengan tanpa perintah dari siapapun air matanya turun.
Alan mencoba menghapus air matanya. Namun drasya mengelakkan wajahnya tidak ingin disentuh oleh alan.

"dra lo gak ngerti kenapa gue ngelakuin ini semua" ucapan itu membuat drasya sangat geram.

"kasih tau gue, biar gue ngerti!! " bentak drasya.

" gue gak bisa" jawab alan lemas.
" al, gue percaya sama lo sampai kapan pun. Tapi apa yang bisa gue percaya kalo lo gak pernah cerita! "

" percaya pada kepercayaan gue yang gak ada ujungnya? " lanjut drasya.

Lalu pergi meninggalkan alan. Alan menahan tangan drasya. Drasya menghempaskan genggaman tangan alan dan pergi meninggalkan alan dengan kecewa.

" bos kejar! " suruh salah satu teman alan. Tapi alan tidak berkutik dan tidak bergerak sedikit pun.

Teman temannya menatap alan heran.

Semua penonton kecewa dan frustasi

Reno mendekati alan dan bertanya " kenapa gak lo kejar bro? "

"...."

"bukan gue yang bakal ngejar dia" batin alan.

Drasya jalan terguntai guntai, badannya tak seimbang.
Pelupuk matanya bengkak,
Tak kuat drasya pun terduduk di kasarnya aspal bertemu dengan lembutnya kulit drasya.

Lalu tiba tiba dari atas ada yang menudunginya dengan sebuah jaket dia atas kepalanya. Drasya menoleh siapa gerangan orang itu,
Ternyata adalah alen. Yang drasya ketahui adalah alan.

Drasya heran mengapa jaket alan menutupi kepalanya?

Tanpa disadari air hujan yang sudah pasti dari awan perlahan menunjukan dirinya, semakin lama semakin deras.

"masih mau duduk disini, hujan loh" ucap alen. Drasya tersadar dan bangkit dari duduknya, jaket alen masih sepenuhnya melindungi kepala drasya dari hujan, sekalipun jaket jeans nya tidak menyerap air.

Mereka berdua berteduh di halte dekat situ. Alen telah basah kuyup sedangkan drasya hanya basah sedikit terkena percikan.

"alan " lirih drasya.

" apa dra, maaf atas semua perlakuan gak adil gue ke lu"
Ucap alan-eh Maksudnya alen.

"udah yah jangan sedih mulu, jangan nangis lagi"
Drasya tak bisa lan. Sakit hati nya, dia sudah terlalu terluka.

Melihat drasya masih sedih, alen menarik tangannya menuju ke tengah hujan.

Kini mereka berdua bermain ditengah hujan.
Drasya terheran, mengapa alan membawanya ke tengah hujan.

"mau nangis kan? " ujar alen. Semakin membuat drasya tak mengerti.

" Menangis Dengan seirama turunnya hujan, supaya gw gak bisa ngeliat air mata lo. Supaya air mata lo menyatu dengan hujan " ucapan alen membuat mata drasya memproduksi lebih air mata.

Drasya memeluk alen setelah dia mengeluarkan air matanya dengan deras.

" hiks, jahat lo hiks" ucap drasya dari balik pelukannya. Drasya memukul punggung alen.

Mereka melepas pelukan mereka. Alen merenggangkan kedua tangannya. Malam ini dia ingin melupakan sejenak masalah nya begitu juga dengan drasya. Dia ikut seperti alen, merasakan tenang dan sejuknya hujan di malam itu.

"udah? Udah puas meluapkan segalanya? " ucap alen sambil terkekeh dan mengusap rambut drasya yang basah kuyup. Kini drasya sudah tersenyum kembali.

" gue yang nyakitin lu, juga cuma gw yang bisa nyembuhin lu" ucap alen.

Raut wajah drasya sudah tidak suram seperti sedia kala. Drasya kembali seperti semula. drasya nya alan yang periang, eh Maksudnya drasya nya alen.

Teman teman sekalian, sebenernya cara alan melampiaskannya itu salah. Ingat ya teman²
" bagaimana pun kisah hidup, masalah, ataupun beban. Itu tidak boleh menjadi dasar dari perilaku kita! "
Klo di cerita ini seperti itu kan supaya lebih dramatis saja. Jangan ditiru yahh

A/N

Gk pernah bosen ngingetin vote dan komennya

Makasih untuk yang udah mau mampir:)

Salam manis,

Chanza

Tentang Kita[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang