HAPPY READING♡
[REVISI]
"Nenek," teriak Alana seketika masuk ke dalam rumah neneknya.
Sonya--nenek mereka menyambut kedua cucunya dengan senyun hangat. "Nek," salin Viona, kemudian diikuti Alana dengan cengiran.
"Cucu nenek udah pada besar ya, abang kamu nggak ikut?" tanya Sonya-- nenek kepada Viona. Viona menggeleng kecil lalu duduk di dekat Sonya.
Alana cuman menyimak kemudian menatap Sonya. "Nek, om Vino mana?" tanya Alana memastikan omnya itu ada dirumah.
"Ada di atas. Kenapa kamu kangen sama om kamu itu?" canda Sonya membuat Alana tersenyum kikuk.
"Ya kali Alana kangen sama om Vino. Dingin nek," cicit Alana membuat mereka terkekeh.
"Alle diam-diam aja, kenapa?" tanya Sonya kepada Viona.
Viona menggeleng kecil. "Nggak kok nek," jawab Viona tersenyum.
Sonya menganggu kecil, kemudian ia mengajak kedua cucunya untuk makan siang bersama. Walau pun Sonya udah berusia berkepala lima, tapi dia tetap segar seperti perempuan yang berusia tiga puluhan.
"Kakek mana nek?" tanya Viona kepada Sonya. Sonya tersenyum lalu menatap Viona sebentar. "Kalian tau sendiri bukan, kalau kakek nggak mau dikatain tua, masih ngotot kerja padahal udah ada om kalian yang gantiin," jawab Senyo. Viona dan Alana mengangguk mengerti kemudia mereka makan dalam diam.
Setelah makan Alana ijin pergi ke taman belakang, pengen beri makan ikan katanya.
Sekarang hanya tinggal Sonya dan Viona di ruang keluarga. Sonya tersenyum tipis melihat Viona yang tengah asik menonton kartun tom and jerry.
"Gimana sekolahnya?" tanya Sonya,
membuat Viona mengalihkan padangannya dari tekevisi kearah Sonya."Baik kok nek," jawab Viona.
"Kamu masih belum berubah, coba terbuka sedikit aja, nggak mau seperti Alana?" tanya Sonya sekaligus candaan agar suasana nggak canggung.
Viona tersenyum tipis. "Alle nggak mau kayak Alana. Nenek nggak tau aja seperti apa dia di sekolah. Bar-bar," jelas Viona kemudian meraih toples kacang yang ada di hadapannya.
Sonya terkekeh melihat sikap Viona. Nggak jauh beda dari Dea anak pertamanya. Kamu apa kabar De, bantin Sonya menatap wajah Viona yang mirip banget sama ibunya itu.
"Nenek nggak apa-apa?" tanya Viona menatap Sonya yang tiba-tiba diam.
"Nenek nggak apa-apa, tapi takut ikan di belakang mati semua," ujar Sonya terkekeh, mengingat salah satu cucunya itu suka sama hewan, tapi tidak bisa menjaga.
Viona cuman mengaguk kecil, kemudian menikmati tontanannya kembali.
Sonya melihat Alana yang tengah asik merendan kakinya di kolam ikan sampil memberi makan ikan-ikan tersebut.
Sonya langsung menghampiri Alana dan duduk disamping cucunya itu. "Eh ada nenek," ujar Alana tersenyum.
"Asik banget sama ikannya," ujar Sonya mengelus surai cokelat Alana. Alana cuman terkekeh kemudian menedang-nendang kecil air dalam kolam ikan tersebut.
"Nek," panggil Alana. Sontak Sonya tersenyum kearah Alana, soal kalau Alana datang ke rumahnya pasti ada tujuannya, nggak mungkin asal nyosor aja kesini.
"Iya, katakan aja ... udah kebiasaan kamu, kalau ada perlu datang kesini," ujar Sonya terkekeh.
"Nenek tau aja," ujar Alana membuat Sonya tersenyum.
"Nek. Apa nenek tau keberadaan tante Dea?" tanya Alana, sontak membuat Sonya terkejut, dari mana dia mengetahui tentang Dea, putri sulungnya.
"Alana udah tau semuanya nek, soal tante Dea dan mak lampir itu," ujar Alana terkekeh karena sebutan untuk wanita ular tersebut.
Sonya tersenyum. "Bagus kalau kamu mengetaghui semuanya, tapi nenek nggak bisa kasih tau dimana keberadaan tante kamu itu," ujar Sonya membuat Alana merenggut kesal.
"Kenapa?"
"Tanya om Bagas kamu itu," kekeh Sonya mengingat sikap menantunya itu yang keras kepala.
Alana mengaguk kecil. "Alle sama Calvin belum tau kan?" tanya Sonya.
Alana menggeling kecil. "Mereka belum tau, bisa perang ketiga bang Calvin sama mak lampir jadinya, kalau sampai tau," jawab Alana.
Sonya tersenyum kecut. Mengingat apa yang telah dilakukan Sarah terhadap putri sulungnya.
"Oh ya...nenek dengar-dengar kamu dekat sama seseorang ya?" tanya Sonya, sontak Alana malu-malu kucing. Pasti ada yang memberi tahu neneknya nih.
Alana cuman tersenyum malu. "Hehe...nanek tau dari mana?" tanya Alana.
"Om Vino," jawab Sonya, sontak membuat Alana terkejut. Berarti selama ini dia diawasi om nya gitu.
Sonya terkekeh meliat ekspresi Alana yang terkejut. Memang Vino selalu memantau ponakan-ponakannya dari jauh, takutnya nanti mereka dicelakai oleh Sarah. Senasib seperti yang dialami oleh kakak sulungnya itu.
Sedangkan Viona yang berada di ruang keluarga terkejut tiba-tiba Vino duduk di sebelahnya.
"Om Vino," ujar Viona, sedangkan Vino menaik turunkan alisnya menatap Viona.
"Kenapa?" tanya Viona menatap Vino heran.
"Kamu udah besar aja ya," ujar Vino mengelus surai cokelatnya Viona.
Viona tersenyum tipis. "Om udah tua aja ya. Kapan nikah?" ledek Viona, mengulang perkataan Vino.
Sontak Vino berdecak kesal. "Kamu ini." Viona cuman terkekeh kecil melihat ekspresi Omnya itu kesal.
"Om," panggil Viona membuat Vino menoleh ke arah Viona.
"Iya, kenapa?"
"Alle boleh nanya sesuatu?" Kening Vino berkerut, bingung dengan sikap Viona. Biasanya kalau ada sesuatu atau mau di tanyakan Viona langsung the to point, nggak biasanya dia kali ini.
"Apa? Nggak biasanya kamu ini," ujar Vino bingung.
Viona cuman tersenyum tipis. "Vero mana?" tanya Viona sengaja mengalihkan pembicaraan. Dia merasa belum waktunya harus menanyakan tentang itu.
"Ck. Om kira mau nanya apa," ujar Vino menyentil kening Viona.
"Vero ada di atas. Mau main sama dia," tawar Vino membuat Viona menagguk cepat. Oh ya hampir lupa vero itu kucing kesayangan Vino, jadi intinya keluarga itu sama-sama pencinta hewan. Hehe
Setibanya Viona di kamar Vino, dia langsung mengambil kucing itu yang tengah tertidur di kandangnya itu.
"Om mau ambil minum dulu, kamu mau," ujar Vino. Viona menggeleng kecil, kalau sudah bertemu dengan sejenis kucing Viona pasti akan lupa akan semuanya.
Sudah cukup lama Viona bermain dengan si Vero, hingga Vero kembali tidur di gendongannya. Viona kembali meletakan Vero ke kandangnya. Dan duduk di tepi ranjang Vino sambil menunggu omnya itu, yang katanya mau ambil minum tapi ngambilnya seabat, sampai sekarang juga belun datang.
Hingga satu objek yang membuat Viona penasaran. Dia mendekat dan mengambil sebuah bingkai foto yang terletak diatas nakas itu.
Terlihat tiga remaja, dua perempuan dan satu laki-laki yang berada ditengah merangkul kedua perempuan yang ada disampinya. Viona tersenyum kecut melihat foto itu, ia kembali teringat pada masa lalu, dimana mereka selalu bersama-sama dengan saudaranya.
Ceklek...
"Kamu ngapain?"
Jeng..jeng..jeng .
Maaf baru bisa up sekarang ya..soal lagi sibuk..wajar orang sibuk mah bebes..hehehe:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [COMPLETED]✔
Teen FictionREVISI!! AWAS MATA SAKIT TYPO BERTEBARAN≧ω≦ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!😅 BIASAKAN JADI PEMBACA YANG BIJAK:) Liku-liku kehidupan tidak membuat dia goyah untuk mendapatkan haknya yang selama ini tak pernah dia rasakan. Viona Alleadra Velencia...