***"Ngga terasa ya, kita udah kelas tiga saja, serasa kemarin baru gue pindah kesini," ujar Tata duduk di bangkunya, memang benar mereka sekarang sudah kelas tiga dan lebih beruntung nya mereka berlima satu kalas lagi, kecuali Lexi dia terpisah sendiri.
"Kak? Kak Vio nya ada?" tanya adik kelas yang nggak diketahui namanya menghapiri mereka berempat.
Alana menoleh kebelakang, "Ck. Kebiasan nggak pernah ilang ya," ucap Alana melihat Viona tertidur di belakangnya menghadap kedinding.
Tata tersenyum lalu melirik adik kelas yang masih berdiri dihadapannya, "Ada apa ya dek? Bilang saja sama kita soal orangnya lagi tidur," ucap Tata melirik ke bangku di belakangnya.
Adik kelas tersebut tersenyum canggung, "Oh ya kak bilangin aja sama kak Vio nanti sesudah istirahat ke ruang kepala sekolah," ucapnya
"Ngapai ya, kalau boleh kakak tau?" tanya Glady penasaran, nggak mungkin kan dua hari baru sekolah Viona udah buat masalah.
"Kalau itu aku juga kurang tau kak, aku permisi dulu," ucapnya tersenyum lalu pergi.
"Untung sekarang free class," guman Tata melirik ke bangku belakang.
***
Alana berdecak sebal lantara Viona susah pakai bangat dibangunin. "Astaga kebo bangat ni anak," suatu ide terlintas diotak cantiknya Alana.
Alana mengode semua teman sekelasnya biar pada diam.
... 1 ...
... 2 ...
... 3 ...
"VIO LO DIPANGGIL PAK JUB KEDEPAN!!" teriak Alana persis didepan telinganya, sedangkan siempu langsung berdiri dengan mata setengah terpejam.
"Ada apa pak?" tanya Viona dengan minim kesadaran.
Semuanya menahan tawa melihat Viona yang kebingungan. "Pak Jub nya mana?" tanya Viona setalah kesadarannya hampir stabil dan melihat semua teman se kelasnya menahan tawa bahkan ada yang tertawa kecil.
"Bwhaha, anjir sakit perut gue!" ujar Alana yang sudah terbahak-bahak tertawa.
Viona menajamkan penglihatan ke seluruh isi kelas, dia melihat kursi guru kosong, lalu menatap Alana tajam yang masih tertawa sambil memegang perutnya.
"Lan!!" geram Viona melihat kelakuan sahabatnya yang begitu sanagt menyenangkan hatinya.
Viona bangkit dari duduknya lalu berdiri didepan Alana. "Lan ngga lucu ya!" cetus Viona lalu pergi begitu saja.
Mereka lagi-lagi menahan tawa melihat ekspresi Alana yang begitu takut. "Jangan-jangan marah lagi, aduh brabe deh urusan, tu gara-gara kalian semua!" pekik Alana menyalahkan teman sekelasnya, bukannya mereka marah tapi malah ketawa.
Tata dan Glady baru saja masuk kelas tercengang melihat semua tertawa sedangkan Alana sedang mengerutu nggak jelas sambil menghentak-hentakan kaki, lalu menerobos mereka berdua yang masih didepan pintu.
"Kenapa?" tanya Glady melihat mereka tambah tertawa setelah kepergian Alana.
Semua nya asik ketawa tampa mengindahkan pertanyaan Glady.
***
Viona menuju ke taman belakang menenangkan pikiran, dia masih kesal karena ulah Alana yang membuatnya super-super dongkol.
Tampa sengaja dia menyenggol adik kelas. "Huff. Untung nggak jatuh," guman Viona. Lalu ia menatap adik kelas yang ngga sengaja ia senggol.
"Maaf ya," ucap Viona memerhatian dia yang menunduk
Dia mendongkak melihat siapa yang nggak sengaja menyenggolnya. "Kak Vio. Kakak ngga jadi ke ruang kepala sekolah memang?" tanya nya langsung tampa basa-basi sedikit pun.
Kerutan di dahi Viona tampak, berarti dia tengah bingung. Lalu dia melihat nama tag yang tertempel di seragam sebelah kanan baju adik kelas tersebut.
Anisa?
Adik kelas yang diketahui bernama Anisa terasebut menghela napas. "Pasti teman-teman kakak lupa nyapaiannya kan? kakak disuruh ke ruang kepala sekolah sekarang."
Viona mengangguk lalu pergi begitu saja. "Apa ngga bosan ya temanan sama kak Viona, sikapnya aja begitu," guman Anisa melihat punggung Viona yang mulai menjauh.
Viona langsung pergi keruang kepala sekolah, sebenarnya sih ogah-ogahan tapi ya gimana lagi.
Tok! Tok! Tok!
Pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang pria baruh-baya tersenyum lalu menyuruhnya masuk.
"Maaf Viona saya menganggu waktu kamu, saya cuman mau memberi tahu kamu, kamu mendapatkan beasiswa di luar," ucap kepala sekolah the to poin.
"Beasiswa?"
Kepala sekolah pun mengangguk. "Sebenarnya kamu dan kakak kamu mendapat kan beasiswa untuk kuliah di luar negeri, tapi sayangnya Calvin menolak tawarannya, saya berharap kamu mau mengambilnya demi mengharumkan nama sekolah kita," ujar kepala sekolah serius.
"Kenapa saya?" tanya Viona yang masih belum mengerti.
"Karna kamu salah satu siswi yang berpresatasi," jawab kepala sekolah tersebut.
"Saya akan pikirkan, permisi."
***
Sekarang Viona sedang uring-uringan apa dia harus menerima atau tidak tawaran tersebut.
Viona menggeram kesal lantaran selama ini Calvin mengetahuinya kenapa dia tidak memberi tahu sedikit pun kepada dia.
Viona memilih pergi ke taman belakan, berharap disana dia bisa perpikir jernih.
Sepanjang jalan sapaan demi sapaan terus telontar baik dari teman seangkatan maupun adik kelas tapi semuanya dia hiraukan dan tetap melanjutkan perjalannya.
Setibanya di taman Viona mengederkan penglihatannya seseluruh bagian taman dan untungnya taman sedang sepi, memang taman belakang selalu sepi, karena siswa atau siswi jarang kesini soal pada takut katanya taman belakang angker, tapi tidak untuk Viona taman belakang tempat ternyaman karena tidak ada kebisingan dan menganggu dia.
Viona melangkah ke arah pohon yang begitu rindang, tapi dia melihat ada seseorang disana sedang bersandar membaca buku.
Ravin? batinnya. Viona kaget melihat siapa yang berada disana.
Orang tersebut menoleh kesamping merasa ada orang yang menuju kearahnya.
Alle, gumannya
Viona lantas berbalik meninggalkan tempat tersebut, tapi sebuah tanggan kekar menariknya hingga dia berada dipelukan dia.
Viona sontak terkejut dan berusaha pelepaskan pelukan, tapi naas pelukan tersebut makin erat.
"Maaf," ujar Ravin
Viona diam membiarkan Ravin memeluknya dan ada rasa hangat menjalar dihatinya.
Ravin melonggarkan pelukannya. "Maaf, jangan pernah nangis karena aku," ucapnya menghapus air mata Viona yang entah kapan mengalir dipipinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [COMPLETED]✔
Teen FictionREVISI!! AWAS MATA SAKIT TYPO BERTEBARAN≧ω≦ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!😅 BIASAKAN JADI PEMBACA YANG BIJAK:) Liku-liku kehidupan tidak membuat dia goyah untuk mendapatkan haknya yang selama ini tak pernah dia rasakan. Viona Alleadra Velencia...