29.

158 15 0
                                    

                                ***

Pagi nya Viona hendak pergi ke Bandung pergi ke kediaman omanya mumpung sekarang hari minggu.
Tapi semuanya batal karena ulah Alana dan Tata.

"Lo nggak boleh pergi hari ini kemana pun dan harus ikut sama kita!" paksa Alana membuat Viona dongkol lantaran nggak boleh pergi tapi ikut sama mereka, itu apa kalau nggak pergi namanya.

Tata cuman menjadi pengamat hingga sampai di dalam mobil, dia terkekeh kecil melihat kelakuan sahabatnya yang kelewatan absruk.

"Kalian mau bawa gue kemana sih, gue mau ke Bandung," ujar Viona keceplosan hingga mengundang tanya dari kedua sahabatnya.

"Ke Bandung?"

"Ngapai?"

Tanya mereka bersamaan menatap Viona secara intensis.

"Eh. Lo salah dengar kali, ke gedung ya ke gedung," jawab Viona keglagapan.

"Lo ngga usah bohong deh Vi, telinga gue masih berfungsi normal loh," sidik Tata menatap Viona curiga.

Viona memutar bola matanya malas, kalau seperti ini ya gimana lagi udah keceplosan dan di tatap intensih, risih tauk.

Alana yang berada di  balik kemudi terkekeh kecil melihat Viona yang mulai tersudut, pastinya dia juga akan ngaku juga.

"Iya, gue mau ke Bandung, ketemu nenek!" jawab Viona ketus, mengundang tawa kecil dari dua orang yang berada didepannya.

"Ngapa ...."

"Ngga usah nanya!" Lagi-lagi Viona menjawab ketus ucapan Tata.

***

Setibanya di pakiran bendara mereka tidak ada yang membuka suara,

"Eh Vi lo nggak nanya ngapai kita disini?" tanya Tata berada disamping Viona.

Viona mengedikan bahu, kenapa ya Tata jadi secerewet Alana, ketularan nih anak sakit nya Alana ya.

"Eh, itu mereka untung kita tidak telat," ujar Alan yang sadari tadi diam, dia berjalan menuju Candra yang berada di dekat loby.

Tata dan Viona cuman mengikuti dari belakang, Viona mendongkak melihat siapa saja ternya sudah ada Crystan,  Calvin, Detra, Candra dan Virgo.

Viona menatap seseorang yang sadari tadi menatapnya terlihat senyum mengembang dibibir orang tersebut.

"Jangan bilang kak Sam sekarang pergi?" tanya Viona menetap mereka semua tajam.

"Ya iyah lah, untung kami jemput lo tadi," celetuk Alana yang berada di samping Candra, eh bukannya dia tadi berada di sebelah kanannya ya.

Candra menjidak kening Alana membuat siempunya meringis kesakitan "Kalau ngompng difilter dulu, jangan asal ceplas-ceplos aja," ujar Candar melirik Viona dengan wajah merah padam.

Sedangkan Yang lain terkekeh melihat kelakuan dua sejoli yang selalu membuat suasana jadi rame.

Samuel melihat Viona menahan kesal, menariknya menjauh dari mereka.

"Kamu tambah cantik loh, wajah merah seperti tadi," goda Sam, membuat Viona bertambah kesal.

Viona memalingkan wajahnya kesamping, dia masih kesal karena tidak ada yang memberi tahunya sedikit pun.

"Pergi-pergi saja ngga usah pamit dan ngga usah pulang sekalian!" ujar Viona tampa melihat orang yang ada dihadapnya.

Samuel menggulung senyumnya, kelihatan lucu gadisnya ketika ngambek, eh ralat adik maksudnya.

"Aku udah beritahu kamu kemarin, coba cek aja handphone nya," ujar Samuel

Viona mengambil handphone didalam tas selempangnya, dan benar udah puluhan telfon dan chat masuk.

"Maaf, Gue ngga buka handphone dari kemarin malam," ucap Viona meringis tak enak.

Samuel terkekeh kecil mengacak-acak rambut Viona, "Aku pamit ya, jaga diri kamu baik-baik, jangan kabur-kaburan lagi," kekeh Samuel mengingat kelakuan Viona kabur dari rumah sakit.

Viona memalingkan wajahnya kesamping, "Ngga janji, tapi tergantung situasi sih," ucap Viona seraya menatap Samuel lekat.

"Kamu ini."

"kak jaga diri kakak disana, cepat pulang, jangan lupain Vio, dan jangan berubah lagi," ujar Viona

"Pasti," diangguki Samuel tampa babi bu Samuel langsung memeluk Viona erat.

"Hmm."

"Yaudah kita ketempat yang lain dulu, kasian lama nungguinnya," ujar Viona tak enak karena ditatap banyak orang.

***

Sepulang dari bendara tadi mereka semua mampir dulu ke sebuah cafe.
Semua menikmati makan mereka dalam keadaan diam.

"Oh, kalian mau ambil dimana?" Sebuah pertanyaan meluncur dari bibir Detra yang sudah menghabiskan makanannya dahulu.

"Gue disini aja, kan masih banyak universitas bagus, kenapa jauh-jauh," ucap Candra diangguki oleh para pria dan senyum mengembah dari Alana.

"Kalian?" tanya Detra kepada ciwi-ciwi yang asik dengan makanannya.

Tata mendongkak menatap Detra, "Boro-boro milih universitas, sekolah aja belum tamat," ujar Tata melanjutkan makannya.

Sedangkan Detra tersenyum canggung, lantaran pertanyaan yang nggak faedah darinya.

***

Dengan keadaan kacau Lexi membanting barang yang berada di kamarnya, dia mara, kecewa, mungkin benci sekalian kepada mamanya

Flasback on

Pulang sekolah Lexi tidak langsung pulang kerumah, melainkan mampir ke butik mamanya

"Mbak, mama ada?" tanyanya kesalah satu pegawai butik tersebut.

"Ada, mbak Sarah ada di ruang kerjanya."

Lexi langsung menuju ruang kerja mamanya yang berada di lantai dua,

"Bagaiman kamu udah mengurus semuanya kan?" tanya Sarah kepada seseorang diserbang sana melalui telfon.

"....."

"Saya pengen kamu bikin Dea kecelakaan atau mati sekaligus."

"....."

"Saya tidak pengen tau, secepatnya!"

"....."

Lexi masih mendengarkan percakapan mamanya dengan orang lain yang tidak dia ketahui.

Kak Dea, bukannya mama kandung kak Vio, batin Lexi, seraya masuk ke ruangan mamanya.

"Lexi," ucap Sarah terkejut melihat putrinya berada disini atau jangan-jangan dia mendengarkan semuanya.

Melihat Sarah begitu terkejut membuat Lexi tersenyum kecut, berarti selama ini mamanya telah berbohong, dia mengetahui tapi tida mengatakan keberadaan tante Dea.

"Mama bisa jelasin kan?!" ujar Lexi seraya berjalan ke arah jendela

"Ma...mama tau keberadaan kak Dea karena Papa kamu Adiknya, dan kecelakan tersebut karena ulah mama, hingga kak Dea koma sampai beberapa tahun, mereka mengetahui dia sudah meninggal karena mama sudah menghasud Dokter rumah sakit, mama nggak mau melepas kan Bagas karena kesalahan mama sendiri, karena kamu ada diluar nikah" jelas Sarah mengingat kelakuan bejatnya dimasa lalu.

"Terus mama udah puas menghancurkan mereka, memisahkan mereka dari ibu kandung mereka sendiri, dan menjadi seorang pelacur!" Lexi terkekeh, dia masih belum percaya menerima kenyataan bahwa mama yang selama dia banggakan menjadi seorang penghancur rumah tangga orang.

Hati Sarah rasa terhantam puluhan jarum dia tidak menyangka putrinya mengatakan sekian rupa.

"Lexi benar-benar kecewa sama mama!" ucapnya meninggalkan tempat tersebut.

Flasback off

***

Hope [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang