17.

205 18 2
                                    

Happy Reading♡

Biasakan jadi pembaca yang bijak:')

Keadaan yang rame ditambah lagi brisik tidak membuat Viona terusik sama sekali. "Vi lo yakin nggak mau pulang?" tanya Glady yang mulai merasa risih.

Glady menatap Viona binggung, entah kenapa dia bisa sampe di tempat terkutuk ini. Dia tidak habis pikir dengan pikiran Viona hingga sampai-sampai sekarang mereka berada di club malam.

"Vi pulang yok, lo dah mabok," ajak Glady menarik tangan Viona.

Viona menatap Glady tajam. Dengan cengkraman kuat Viona memegang lengan Glady hingga kukunya menancap di kulit mulusnya.

"Vi," ringis Glady berusaha melepaskan cengkraman Viona di lengannya.

Viona tersenyum sinis lalu meminum minumannya kemabali. "Lo tau nggak sekarang bisa saja botol ini melayang ke kepala lo," ujar Viona memainkan botol kosong di hadapannya.

"Vi."

"Diam!!"

"Gue dibenci berarti gue boleh juga dong membenci?" sinis Viona.

"Vi sadar, please kita pulang ya," bujuk Glady berusaha membawa Viona agar pulang dari tempat terkutuk itu.

Glady menatap Viona cuman diam dengan pandangan kosong. "Lo nggak sendirian masih ada kita."

Viona melirik Glady lalu mengambil beling kaca yang ada di sampingnya. "Dy." tunjuk Viona mengarahkan beling itu kehadapan Glady.

"Lo tau nggak beling kaca ini bisa aja membunuh, mau nadi lo atau leher aja biar seru."

"Lo jangan ngaco deh, kita pulang saja!!" tekan Glady menatap sembilah kaca yang dipegang Viona.

Dengan perlahan Viona melangkah mendekati Glady yng masih menatapnya. "Takut ya?" sinis Viona menatap Glady yang masih diam sambil memerhatikan sembelih kaca yang di pegangnya.

"Sadar Vi!!"

Viona tidak menghirukan ucapan Glady dia malah semakin mendekat dengan sembelih kaca yang dia pegang mengarah ke hadapan Glady.

Viona menatap Glady dan dengan cepat dia menyayat nadinya sendiri. "Gue capek," ujar Viona menatap Glady lalu terjatuh dengan darah yanga mulai mengalir dari pergelangan tangannya.

"VIONA!!"

***

Semuanya nampak diam sambil menatap pintu yang masih tertutup rapat di hadapan mereka. Harap cemas menghantui mereka, marah, sedih, gelisah bercampur aduk menjadi satu.

Calvin masih belum percaya kabar yang baru saja dia dengar, tapi semuanya memang benar melihat adiknya yang tak sadaran diri ditambah lagi luka sayatan dipergelangan tanggannya membuat dunia Calvin seakan berhenti.

"Alle," guman Calvin lirih dan memilih memisahkan dirinya dari teman-temannya.

Calvin memilih ke taman rumah sakit untuk menenangkan suasana hatinya. Cuaca yang gerimis tidak membuat dirinya beranjak dari bangku taman tersebut sambil memandang kolam kecil yang ada di tengah-tengah taman tersebut.

Kejadian beberapa hari lalu kembali di ingatannya, dimana keadaan Viona yang begitu kacau setelah dia berbicara dengan Sarah. Calvin tidak tau apa yang mereka bicarakan tapi saat Viona keluar dari ruang kerja Sarah dia begitu marah dan sedih.

Calvin menoleh kesamping melihat sesorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

Wanita itu tersenyum kearah Calvin. "Kenapa nggak gabung sama yang lain. Di sini grimis loh?" tanya nya membuat Calvin menatapnya lekat.

"Dokter juga ngapain disini?" tanya Calvin balik, dia menatap wajah wanita paruh baya tapi masih nampak sangat muda di depanya. Calvin merasa wajah dan suara itu sangat fameliar baginya. Tapi ...

"Kamu boleh menceritakan apa yang menjanggal di perasaan kamu saat ini," ujar nya menatap kolam kecil yang ada ditengah taman tersebut. Sontak Calvin menatap orang yang ada di sampingnya itu.

"Saya seorang Dokter, dari tatapan mata kamu saya bisa menebak apa yang saat ini yang kamu alami."

Calvin cuman diam sambil menatap kolam renang yang ada ditengah taman tersebut.

Huaaa akhirnya bisa selesai juga part 17 maap ya lama update nya soal kemarin lagi sakit jadinya nggk nulis dulu....

Selamat membaca aku usahain up 2 kali dalam seminggu gantung mood aku juga sih:v

Bay"

See you next time👋


































Hope [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang