***Sejak kejadian di rooftop Viona selalu bersama Samuel di sekolah, dia tidak mau mengecewakan Samuel dan memanfaatkan waktu satu minggu ini melupakan bebannya walau sesaat.
"Kak. Bang Calvin bagaimana?" tanya Viona sebab Calvin belum pulang dan kembali sekolah.
"Dia baik-baik saja, nanti dia datang," ujar Samuel mengacak-acak rambut Viona, sekarag mereka sedang berada dipakiran sekolah menunggu Crystan dan Tata.
"Gerah ya," celetuk Alana berdiri disebalah Candra.
Candra tersenyum jail. "Padahal nggak panas kan yang," timpal Candra memaikan kunci motornya.
"Yang, yang pala lo!
Apaan dah minggir sana," usir Alana kepada Candra. Candra cemberut kesal lantaran gagal menggoda Alana.Semua menahan tawa karna sikap dua sejoli tersebut, Viona tersenyum kecil begitu juga dengan Samuel, membuat yang lain tersenyum bahagia melihat Viona dan Samuel yang jarang tersenyum dihadapan mereka, tapi tidak dengan Lexi ia mengeram kesal melihat semua dan memilih meninggalkan mereka.
"Lah-lah kenapa tu anak," ucap Detra yang memerhatikan tingkahLexi dari awal mereka sampai dan pergi begitu saja.
Viona cuman memerhatikan Lexi yang sudah menjauh. "Biarin aja, gue enek lihat nya," timpal Glady yang sadari tadi diam.
"Pada ngomongin apa sih, kok pada ngawur, biarin aja dia pergi, nah tuh kak Crystan udah datang," ucap Alana mengalihkan ucapan mereka tentang Lexi, karena raut wajah Viona yang tiba-tiba masam.
Sejujurkan Alana juga kurang menyukai Lexi, ntah karena apa.
"Udah pada lama?" tanya Crystan menghampiri mereka diikuti Tata dan Calvin.
"Udah," jawab mereka barengan.
Viona menatap Calvin, dia ingin memeluk pria yang ada di hadapannya, Samuel yang tau arti tatapan tersebut memegang tangan Viona menyalurkan ketenangan, supaya gadis itu tidak lepas kendali.
Calvin yang merasa ada yang menatapnya melirik Viona dan ternyata memang dia, dia tersenyum melihat keadaan Viona yang baik-baik saja apalagi tautan tangan mereka, senyum Calvin tambah mengebang dia tidak akan khawatir jika dia tidak bersama Viona.
"Gue mau minjam Viona bentar," ujar Calvin menarik tangan Viona tampa persetujuaannya.
***
Calvin menarik Viona ke rooftop, apa Calvin marah samanya, tapi masa bodoh yang penting sekarang dia sudah bertemu dengan Calvin.
"Maafin abang, kabur dari semua masalah ini." menatap Viona dan langsung memeluk tubuh mungil adiknya.
Viona menggeleng. "Ngga abang nggak salah hiks, yang salah disini hiks Vio, karena Vio hisk mama pergi hiks," tangis Viona pecah seketika.
Seketika Calvin memeluk Viona erat, dia tahu apa yang diraskannya tidak lah mudah apalgi langsung menerima kenyataan tersebut.
"Al dengari abang, ini bukan salah kamu, ini udah takdir iklasin mama ya dek," ucap Calvin menenangkan Viona supaya dia mengerti apa yang terjadi.
Viona menatap Calvin lekat, "Abang ngga lakuin aneh-aneh kan?" tanya Viona menatap manik mata Calvin. Selama Calvin pergi Viona selalu dihantui rasa khawatir terhadap apa pun yang terjadi dengan abangnya.
Calvin tersenyum tipis, menggeleng kecil sebagai jawabannya, "Seharus nya abang yang nanya ke kamu," ujar Calvin mengacak rambut Viona.
"Abang ih," Ucapanya cemberut. Kesal lantaran rambutnya jadi berantakan.
***
Viona sekarang berada di apertemen Calvin, mereka sama-sama bolos dengan niat ingin menghabiskan waktu berduaan saja tampa diganggu.
"Bang, udah lama beli nih apertemen? tanya Viona seraya beranjak kedapur mengambil minuman.
"Ini hadiah kakek dan nenek waktu abang ulang tahun ke-17," jawab Calvin mengambil minuman yang dibawakan Viona tadi.
Mereka diam cukup lama, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Bang, aku boleh nanya soal mama," ujar Viona menatap Calvin.
Calvin mengela nafas dia nggak tau harus menjawab apa, dia tidak mengingat semua kenangan bersama mamanya.
Calvin mengeleng kecil lalu menatap Viona "Abang ngga ingat sama sekali, tapi abang pernah dengar dulu keluarga kita sempat ada yang kecelakaan," ujar Calvin
"Kecelakaan?"
"Abang juga ngga tau pasti, tapi nenek nyeritain semua setelah bangun dari koma, tapi nenek ngga pernah cerita soal mama," ucap Calvin menerawang mengingat kejadian tersebut, dia sempat berusahan mengingat semuanya tapi hanya sebuah kepingan kaset rusak yang ia dapat.
"Hanya papa dan nenek yang tau semuanya," ucap Calvin tersenyum tipis mengingat kejadia minggu lalu.
Ntah apa yang sedang dipikirkan Viona hingga seulas lengkungan ke atas terbit di bibirnya.
Calvin tersenyum kecil mengingat kejadian pagi tadi disekolah, "Oh ya, hubungan kamu sama Sam gimana? Nyelingkuhin Ravin ceritanya?" tanya Calvin dengan senyum jailnya.
Viona mengerucutkan bibirnya beberapa senti, kenapa harus bahas itu pada saat yang tidak tepat, "Biasa-biasa saja, Vio udah anggap kak El itu seperti abang Vio sendiri and Alle nggak ada tuh hubungan sama Ravin," ujar Viona memakan cemilan yang ada dihadapannya.
"Berarti kamu selama ini menduain abang dong," ucap Calvin nggak terima orang lain menggeres posisinya.
"Salah situ jarang kasih perhatian, kan pindah kelain hati," ujar Viona sengaja mengledek Calvin.
"Oke fine. Jangan pernah minta tolong lagi ke abang lagi," ancam Calvin mengrebut cemilan yang ada dipangkuan Viona.
"Ih abang kan itu punya aku," rebut Viona berusahan mengambil cemilannya lagi dipangkuan Calvin.
"Nggak ini punya abang, suruh beliin noh sama si Sam," ujar Calvin asik memakan cemilan .
"Ih abang ngga asik," Viona melempar bantal kearah Calvin dan hal asih Cemilan tersebut tumpah semuanya.
"Kan jadi tumpah semuanya," pekik Calvin membalas melempar bantal kearah Viona.
Dan hal hasil terjadilah perang bantal antara kakak-beradik, mereka tertawa lepas seakan beban yang selama ini terangkat sudah.
***
Happy Reading♡
See you:"
Wp:@rizkaafrianita
Ig;@rizkaafrianita13
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope [COMPLETED]✔
Teen FictionREVISI!! AWAS MATA SAKIT TYPO BERTEBARAN≧ω≦ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!😅 BIASAKAN JADI PEMBACA YANG BIJAK:) Liku-liku kehidupan tidak membuat dia goyah untuk mendapatkan haknya yang selama ini tak pernah dia rasakan. Viona Alleadra Velencia...