38. End

464 14 0
                                    

***

Kebahagian terbesar seorang anak adalah selalu bisa bersama kedua orang tuanya. Sekarang itu lah yang sedang dirasakan Viona berkumpul dengan kedua orang tuanya ditambah lagi bersama sahabat-sahabanya yang selama ini selalu ada untuknya.

Senyum Viona tak pernah luntur dari bibir tipis nya itu melihat mereka yang saling ketawa melemper lelucon.

"Alle lo mau berdiri disitu sampai besok!!" teriak Glady yang sudah terbiasa memanggil Viona dengan panggilan Alle.

Viona berjalan ke arah mereka lalu duduk disebelah Calvin yang tengah asik dengan makanannya. "Bang, Ravin mana?" tanya Viona karena tidak melihat batang idung tu anak.

Calvin tersenyum mengembang dengan saus disekitar bibirnya. "Lagi nemuin calmer katanya," jawab Calvin.

Viona menatap Calvin ngeri. "Bang pelan-pelan makannya," ujar Viona kepada Calvin yang makan sangat lahapnya. Udah berapa lama nggak makan sih, pikir Viona.

Calvin cuman nyengir nggak jelas. "Kamu maw...u," ucapnya dengan mulut penuh.

"Telan dulu bang," ujar Viona menyerahkan satu gelas air kepada Calvin.

"Makasi."

Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Alana yang tengah asik pacaran dengan Candra. Sania ntah ngomongin apa dengan Virgo. Detra yang tengah menyuapi Lexi kentang goreng, memang Lexi sudah kembali ke rumah itu karena paksaan Viona. Tata tengah adu mulut sama Andra. Calvin tengah mengganggu Glady yang makan. Crystan memainkan handphone nya efek jomlo memeng gitu. Dan terakhir Samuel tengah berbicara sendiri dengan kucing kesayangan Viona, nggak ada kerjaan emang.

"Andra balikin handphone gue!!" pekik Tata mengejar Andra kedalam rumah.

Mereka semua mulai masuk kedalam rumah hingga hanya tersisa mereka bertiga. Dia, Samuel dan Lexi.

Viona menatap mereka bingung. "Kalian nggak ikut juga?" tanya nya kepada mereka berdua.

Lexi cengengesan lalu bangkit dari duduknya. "Ini mau ke dalam, jangan berduan nanti takut ada yang ketiga. Setan," ujar Lexi lari masuk ke dalam rumah.

Viona menatap Samuel yang tengah asik dengan kucing dipangkuannya. "Oh ya gue pinjam kucing lo ya," ujar nya lalu membawa kucing itu masuk ke dalam rumah tampa melirik Viona.

Memang kucing barang emang, pikir Viona. Lalu beranjak dari tempat duduknya. Baru beberapa langkah tiba-tiba semua lampu di rumah ini padam termaksud lampu taman belakang.

Viona yang tengah sendirian tidak tau harus ngapain. Kenapa harus mati lampu coba dan handphone nya juga ketinggalan didalam, runtuknya.

"Abang jemput Alle. Alle takut," teriak Viona moga ada yang dengar.

"Papa! Abang! Ravin! Semuanya!" teriak Viona mencoba memanggil semua.

"Jemput Alle disini gelab, kalian tega apa!" teriaknya lagi.

Viona menjadi keringat dingin takut akan kegelapan dan ditampah lagi ada suara grusak-grusak dibalik bunga yang ada di belakangnya.

"Alle takut," lirihnya takut akan apa yang akan terjadi sebab dia hanya sendirian disini.

Tiba-tiba ada seseorang yang menutup mata dan memegang tangan Viona. Sepontan Viona berteriak karena kaget sekaligus takut.

"Hua Mama Alle belum pengen mati," teriaknya berusaha melepaskan tangan dari matanya.

"Jangan bunuh gue, gue belum pengen mati," ucap Viona nggak karuan karena takut.

Sedangkan pelaku yang menyekap Viona terkekeh geli, siapa coba yang mau membunuhnya kan sayang.

"Jangan bunuh gue, gue juga pengen punya anak dulu," ucap Viona parau.

"Gue juga pengen punyak anak tapi dari lo," kekehnya dengan suara berat.

Viona seketika menedang kaki orang itu dari tadi cobak dan seketika semua lampu kembali menyala.

Viona terkejut milihat isi taman yang dipenuhi balon-balon bentuk hati. Dia langsung berbalik melihat siapa pelaku ini semua.

"Ravin!" ucap Viona melihat Ravin yang tengan meringis menahan sakit karena tendangannya.

Seketika Ravin berdiri lalu berjongkok dihadapan Viona. "Lo...lo mau ngapain?" tanya Viona menatap Ravin bingung.

Ravin meraih tangan Viona dan menegangnya erat. "Gue bukan pria romantis seperti pria yang lo baca di kebanyakan novel dan gue bukan pria yang suka gombalin lo seperti Dilan gombalin Milea," ucapnya

"Lu ngomong apaan dah. Ngaco."

"Tapi gue pria yang apa adanya dengan tingkah receh dan menyebalkan yang buat lo selalu kesal." lalu tiba-tib Ravin mengeluarkan kotak mereh yang berisi cicin. Viona menatap Ravin bingung.

"Lo maukan jadi mama dari anak-anak gue," ujar Ravin menatap Viona lekat.

"Ma...maksunya?"

"Gue ngelamar lo jadi mama dari anak-anak gue! Lo mau kan?" tanya Ravin memegang tangan Viona yang mulai keringat dingin.

Viona diam menatap Ravin lalu mengangguk kecil. Ravin tersenyum senang akhirnya dia akan bersama Viona selamanya.

"Benaran?"

"Iya gue mau," jawab Viona dengan senyum tulus.

Ravin langsung memasangkan cinci tersebut kejari manis Viona.
"Cantik. Makasi," ujarnya langsung memeluk Viona.

"Cieee," sorak mereka bersama akhirnya rencana mereka berhasil.

Viona menatap sekeliling ternyata semuanya ada disini termaksud kedua orang tuanya.

Bagas tersenyum kearah Viona lalu mendekat. "Papa ijinin kamu bersama Ravin, tapi kalian nggak boleh nikah dulu, ingat masih sekolah," ujar Bagas mencium puncak kepala Viona.

"Yah pa, masak nggak boleh," ujar Ravin menatap calon papa mertuanya.

"Masih sekolah ogeb, tunangan dulu," ujar Calvin memukul pundak Ravin.

"Lo nggak konsisten bang," ucapnya memgang bahu yang dipukul Calvin.

"Ato gue nggak restui lo jadi adik ipar gue," tawar Calvin dengan senyum yang mengejek.

"Yah jangan dong," ucap Ravin memanyunkan bibirnya.

Sedangkan yang lain terkekeh karena melihat tingkah Ravin. "Makasi pa ma," ujar Viona langsung memeluk kedua orang tuanya.

"Ravin boleh ikut nggak?" tanya nya dengan tampang polos sedangkan Calvin yang berada di sebelahnya langsung menariknya dan apa yang terjadi mereka berpelukan.

Eits bukan Ravin dengan Calvin ya tapi mereka semua berpeluakan layaknya telatubis.

Karena kebahagian mudah dicari tapi kebersamaan tidak lah mudah didapatkan. Hidup didunia ini bagaikan tipu muslihat. Memandang segala hal dari terkecil hingga terbesar.

Karena mereka aku dapat merasakan kan keduanya kebagian dan kebersamaan secara bersamaan.

Terimakasih semua..
Terimakasih karena kebahagian..
Terikasih karena kebersamaan..
Terimakasih...

~THE END~

***













Hope [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang