DINI

5.7K 185 48
                                    

Berharap nyatain perasaan duluan? Tunggu sampai batu berubah jadi es.

^  ^
{=••=}
v
_

_________

"Waktu habis! Kumpulkan tugas kalian. Dini, bawa ke ruangan bapak," ucap pak Herdy, guru matematika yang super disiplin.

"Baik, Pak."

Dini bergegas mengumpulkan semua tugas yang teman-temannya kerjakan.

"Din, gua terakhir, ya. Masih dua nomor yang belum," Elsa memasang wajah memelas, berharap sahabatnya itu mau mengindahkan permintaannya.

"Gak ada. Sini!" Dini menarik buku dari tangan Elsa. Merampas tepatnya.

"Jadi teman gitu amat, Din?!" Elsa memanyunkan bibirnya, sedang Dini tak mempedulikannya. Ia melanjutkan aksinya.

"Gua... "

"Belum selesai?" tanya Dini pada Myra. Myra mengangguk.

"Berapa nomor?"

Myra mengangkat tiga jarinya. Tanpa basa basi lagi, Dini langsung merampas buku milik Myra.

"Makanya, kalau disuruh belajar, ya, belajar. Jangan makan mulu." Cetus Dini dan berlalu.

Dini May, gadis tujuh belas tahun yang super cuek. Cantik? Semua makhluk yang bernama "perempuan" itu, sudah pasti cantik. Dini sangat berbeda dengan gadis pada umumnya. Bila gadis pada umumnya cenderung mengidolakan sesuatu sampai "fanatik", tidak dengan Dini. Ia lebih suka diam dan tidak menceritakan kesukaannya.

"Di mana Dini?" tanya pak Herdy kembali ke kelas XII ipa 2.

"Sudah nganterin tugas yang tadi, Pak," jawab Elsa.

"Sudah lima belas menit dan dia belum sampai. Di mana dia?" tanya Myra. Elsa mengangkat bahunya.

"Perpus kali, Pak," Windi angkat bicara.

"Namanya juga kutu buku." imbuhnya lagi.

"Mending. Daripada elu, bisanya cuma nyinyir unfaedah," Myra menimpuk Windi dengan buku.

"Apa salah dan dosaku? Aku mengatakan yang sebenar-benar dan sejujur-jujurnya," ucap Windi memanyunkan bibirnya. Yuyun, teman sebangkunya mencubit lengannya.

"Apaan, sih, Win? Jijik gue liat tingkah lo kek gitu."

"Sudah, sudah. Jadi, tidak ada ya-"

"Tuh, dia datang, Pak," ucap Vyra, teman sebangku Dini, menunjuk ke depan pintu. Dini yang baru saja datang, terlihat bingung dengan semua mata yang memandanginya.

"Ada apa?" Dini menaikan kedua alisnya.

"Tugas yang bapak suruh bawa ke ruangan bapak, mana?"

"Sudah saya bawa, Pak. Saya simpan di meja Bapak. Memangnya ada apa, ya,Pak?"

"Kenapa lama sekali? Bapak sudah suruh kamu dari lima belas menit, sekarang sudah dua puluh lima menit yang lalu, kenapa baru kamu bawa ke ruangan bapak?"

ES dan BATU  (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang