Jika cintaku adalah diam, maka kamu adalah diamku.
🍁🍁🍁Semua kembali melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang memasukan barang ke dalam mobil, ada yang mengepak buku ke dalam kardus, dan ada yang hanya duduk dan bercanda. Tya dan Disan contohnya.
"Boleh gabung?" tanya seorang pria seumuran pada mereka. Ia dan gadis di sampinya membawa beberapa goodie bag.
Tanya tersebut mengalihkan beberapa pandangan dan aktivitas. Beberapa mengiyakan dan beberapa hanya tersenyum. Windi menarik napasnya dalam. Terasa sesak! Meski pun ia boleh berkoar bahwa ia telah lupa, pada kenyataannya adalah tidak sepenuhnya. Bagaimana pun, dulu, di hati kecilnya, ada rasa yang begitu besar. Meski pun waktu telah berlalu, tetap saja rasa itu masih ada. Kendati hanya setitik debu.
"Kok bengong?" tanya Nando mengentikan aksi bengong Windi.
Windi tersenyum kecut. Matanya pun mendukung dengan embunnya. Nando menarik gadisnya itu ke pelukannya.
"Ikhlaskan. Dengan begitu, ini tidak akan sakit lagi."
Dalam peluknya, Windi mengangguk.
"Hai, Win!" Sapa pria tersebut pada Windi. Namun enggan berlalu dari pelukan Nando, Windi tak menjawabnya. Sebenarnya, ia bahkan masih sesak menatap atau berbincang dengannya. Rendy Juliansyah. Ya, mantan kekasih Windi.
"Eh, Ren!? Gosah ganggu orang mesraan. Dulu aja lu ninggalin tanpa pamit. Sekarang, orang udah bahagia, lu datang nyapa lagi. Jangan ganggu momen bahagia Windi ama Nando!" Teriak Tya dari arah mobil.
Tak menghiraukan Tya, Rendy tetap mencoba berbicara dengan Windi.
"Maafin gua, ya, Win. Dulu itu-- "
"Gak usah minta maaf, Ren. Gua udah maafin kok," pangkas Windi seraya melepaskan pelukan Nando.
"Gua hanya mau jelasin. Kal-- "
"Jika seseorang keluar dari rumah tanpa pamit, maka sebaiknya kembali pun jangan memberi salam. Sebab akan dipertanyakan. Dan gua, gua bukan orang yang senang bertanya. Jangan jelasin apa pun lagi. Gua udah bahagia sekarang. Dengan lu ninggalin gua waktu itu, gua akhirnya sadar. Kalau lu bukan yang terbaik. "
Rendy menarik napas dalam. Ia memaksakan senyumannya.
"Woii! Ren!?" Tawa Windi meledak dan memukul pelan lengan Rendy. "Serius amat nanggepinnya? Gua beneran maafin lu kok. Gua tadi cuma becanda. Tapi gua rasa, itu pantas buat buaya kek lu," Windi memamerkan gigi putihnya.
Windi menatap Mila, gadis yang dulunya pernah sangat ia benci. Bukan benci karena telah merebut Rendy darinya. Tetapi benci karena Mila lebih baik darinya. Dan ia sadar, memang Mila lebih baik darinya.
"Hai, Mil. Apa kabar?" sapa Windi seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Mila menyambutnya dengan hangat.
"Aku baik. Kamu?"
"Seperti yang kamu lihat." Windi memamerkan gigi-giginya.
"Yang terlihat belum tentu yang sebenarnya. Kadang, yang terlihat hanyalah covernya saja. Belum tentu isinya sebagus covernya, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ES dan BATU (TELAH TERBIT)
FanfictionSelepas mencintai, kau harus siap tersakiti. Selepas merindui, kau harus siap kehilangan. Selalu hidup dalam angan itu sakit. Sakit sebelum disakiti. Cek! Cek! Cek! JANGAN PLAGIAT! HARGAI KARYA ORANG🙏. CINTAI KARYA SENDIRI😊 A cover by @iqblnr23