HILANG

768 69 6
                                    

Kita saling menyakiti tanpa menyentuh!

💔

Sebulan telah berlalu. Setelah pernyataan cinta di kelasnya waktu itu, selepas istirahat, Dini selalu menyempatkan diri mengunjungi belakang perpustakaan. Tanaman yang segar dengan rerumputan liar yang juga terlihat segar, mampu membuat matanya lebih segar ketimbang menyaksikan adegan Indah-Brylian. Bahkan tak jarang pula, ia berpapasan dengan David di sana. Mengobrol sesuatu.

Dini termenung selepas melayani beberapa pembeli di tokonya. Ia menangkupkan kedua tangan di wajahnya.

"Dek? Kalau sakit istirahat saja." ujar seorang pekerja yang kemarin direkrut oleh Erlangga.

"Dini gakpapa kok, Mbak." seraya tersenyum, Dini bangkit dari duduknya dan kembali membuat beberapa adonan.

Arini, pekerja baru di toko Dini tersebut menatap lekat wajah lesuh milik Dini. Gadis berusia dua puluh satu tahun tersebut perlahan mendekati Dini.

"Ada masalah?" tanyanya hati-hati.

"Gak ada kok, Mba," sambil terus memasukan adonan yang sudah jadi ke loyan.

"Kalau ada masalah, jangan sungkan buat cerita ke mbak." ucap Arini tersenyum tulus.

Tak ada jawaban dari Dini. Ia lebih memilih pura-pura tak mendengarkan perkataan Arini.

"Mbak, ada pelanggan." ucap Dini mengalihkan tatapan Arini darinya.

"Jangan keseringan menutup diri, Dek. Kamu bisa cerita apa pun ke mbak kalau kamu mau."

"Pelanggannya jangan dianggurin, Mbak. Nanti mubajir," ucap Dini melebarkan senyumannya.

Selepas Arini meninggalkannya di dapur toko, Dini menghela pelan.

"Gua yang terlalu bodoh nyembunyiin masalah, atau mbak Arini-nya yang terlalu pandai mengerti keadaan. Kadar peka di atas rata-rata. Ckckc!" seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

🍁🍁🍁

"Siapa, Mbak?" Tanya Dini pada Arini saat selesai dengan pekerjaannnya di dapur.

Arini mengarahkan telunjuknya pada seorang pria yang Tengah duduk di pojok. Pandangannya mengedar ke arah taman.

"Dia Siapa, Mbak?" Tanya Dini lagi setengah berbisik.

Pria tersebut menggunakan topi Dan duduk membelakangi Dini dan Arini.

"Mbak gak kenal," ucap Arini mengangkat bahunya.

"Dia mesen apa?"

"Capucino ama pancake,"

Dini ber-oh ria.

"Mbak ke dalam dulu, ya? Dipanggil sama bapak barusan."

Dini mengangguk seraya membiarkan Arini berlalu Dari hadapannya.

🍁🍁🍁

Ting!

Dini meraih ponsel yang terletak di atas nakas meja kasir. Saat ini ia sedang duduk di sana.

ES dan BATU  (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang