Bentuk kecintaanku terhadapmu, ialah hanya kamu setelah ibuku.
😊😊😊
"
Ada apa ini ramai-ramai? Dini? Indah?"
Brylian melepaskan genggaman tangannya. Dini menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Bahkan bicaranya begitu gugup.
"Pa.. apa.. pa---"
"Ada acara apa di sini?" tanya seseorang tersebut.
"An.. an.. anuh.. itu---"
"Itu apa? Kok jawabnya gugup gitu, Kak?"
"Eh.. Ada om Erlangga sama tante Riani. Kapan datangnya?" tanya Tya yang baru saja dari toilet. Yang bertanya ialah Erlangga, ayah dari Dini.
Semua teman-temannya tercengang.
"Kok lu pada liatin gua serem amat?" tanyanya lagi memandangi satu-persatu teman-temannya.
"Bisa diam gak?" bisik Windi menginjak kaki Tya.
"Sakit monyet!" gerutunya.
"Tya?" panggil Erlangga.
"Iya Om."
"Ada apa kalian di sini?"
"Emang Om gak tahu?" Tya berjalan mendekati Erlangga. "Hari ini Brylian mau nembak Dini."
Jeng! Jeng! Jeng!
Erlangga memandangi Dini tajam, lalu berali pada Brylian. Perlahan, ia mendekati brylian.
"Pah? Dini gak pacaran kok. Beneran! Tadi Bry---" Dini berusaha menjelaskan. Namun belum usai, Erlangga sudah mengangkat telunjuknya. Menandakan agar Dini diam.
"Kamu suka sama Dini?" tanya Erlangga kemudian pada Brylian.
"Bukan suka, Om. Tapi cinta," ucap Brylian memperjelas.
"Emang kamu tahu, cinta itu apa?"
"Definisi cinta menurut setiap orang itu berbeda-beda, Om."
"Baiklah. Kalau begitu jelaskan definisi cinta menurut kamu."
"Bagaimana menurut Om sendiri?"
"Mari! Duduk dulu." Suruh Erlangga pada Brylian. "Kalian juga duduk. Kita dengarkan bersama,"
Semua orang yang berada di sana menurut dan ikut duduk mendengarkan dua orang tersebut mendefinisikan arti cinta.
"Cinta menurut om sendiri, ialah seperti mutiara di dasar laut. Seseorang harus berusaha untuk menggapainya. Padahal kalian tahu 'kan? Mutiara itu kecil. Tetapi, kenapa banyak orang rela menyelam ke dasar laut untuk menggapai mutiara kecil itu? Kenapa?" Erlangga memandangi satu-persatu yang berada dalam ruang keluarga tersebut.
"Karena mutiara itu berharga," jawab Dini.
"Tepat sekali. Mutiara itu berharga. Sama halnya dengan cinta. Jadi pada intinya, cinta ialah rasa yang begitu berharga."
"Kalau definisi cinta menurut Brylian sendiri?" tanya Riani.
"Cinta itu seperti payung. Ia dapat melindungi saat hujan, mau pun melindungi di bawah terik mentari. Cinta ialah susah dan senang."
"Lalu bagaimana jika, orang yang kamu cintai pergi bersama orang lain?" tanya Erlangga.
"Cinta ialah susah dan senang. Yang artinya, sakit menyaksikan orang yang kita cintai bersama orang lain. Namun kita juga harus bisa ikhlas dan bahagia, bila orang lain tersebut adalah bahagianya."
"Dan apa definisi Dini menurut kamu?" tanya Erlangga membuat Dini membulatkan matanya.
Yang lain masih mendengarkan. Menunggu jawaban dari Brylian.
"Dini adalah bentuk kecintaan saya. Yang hanya dia setelah ibu saya."
Dini menundukan kepalanya. Ingin sekali ia jingkrak-jingkrak di atas sofa jika saja hanya dia yang di sana.
"Jangan terburu senyum, Kak!" Tegas Erlangga lantang pada Dini.
Dini menetralkan mimik wajahnya. Kini ia menangis.
"Papa gak akan setuju." Batinnya.
"Kamu serius cinta sama Dini?" tanya Erlangga pada Brylian. Kali ini, mimik wajahnya tak bersahabat.
"Kalau saya tidak cinta, saya tidak akan menunggu selama tujuh tahun Om,"
"Bukannya kamu pernah menjalin hubungan dengan Indah?"
Indah membulatkan matanya sempurna.
"Bukankah kalian pernah pacaran selama kurang lebih dua bulan?"
"Hanya gimik kok, Pah. Biar kakak cemburu." Jelas Indah.
"Apa yang akan kamu lakukan jika ada yang menyakiti Dini?"
"Saya bisa menyakiti dan tersakiti jika ada yang berani menyakiti Dini!"
"Bagaimana jika ada yang berhasil membuatnya menangis?"
"Maka saya akan menciumnya agar dia tidak menangis!"
Dini meneguk salivanya.
"Kalau begitu, keluar sekarang." Suruh Erlangga.
Semua mata tertuju pada Erlangga. Dini meneteskan air matanya.
"Saya bilang keluar sekarang!" Teriak Erlangga.
Brylian menghela napasnya gusar.
"Baik, Om." jawab Brylian. "Assalamu'alaikum." Imbuhnya.
Tanpa memandang Dini sedikit pun, Brylian berlalu dan keluar.
"Pah? Haruskah dengan berteriak seperti ini?" tanya Dini dengan mata yang sudah menurunkan hujannya.
"Papa seharusnya bicara dengan lebih baik lagi. Gak harus begini!"
"Kalau Papa gak setuju, Papa tinggal ngomong baik-baik. Gak harus mempermalukan Brylian seperti tadi."
"Dini kecewa sama Papa!" Teriak Dini memasuki kamarnya.
Semua orang terdiam. Bahkan teman-temannya tak ada yang bergeming. Hanya Erlangga yang berjalan menuju halaman depan. Masih terlihat Brylian yang sedang menunggu taksi di dekat gerbang.
"Tunggu dulu!"
🔜BERSAMBUNG🔙
Akankah Erlangga menyetujui hubungan Dini dan Brylian? Akankah hubungan mereka berjalan sesuai harapan? Nantikan kelanjutannya :)
JANGAN LUPA VOTTE🤭 SEKALIAN SHARE, YA🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
ES dan BATU (TELAH TERBIT)
FanfictionSelepas mencintai, kau harus siap tersakiti. Selepas merindui, kau harus siap kehilangan. Selalu hidup dalam angan itu sakit. Sakit sebelum disakiti. Cek! Cek! Cek! JANGAN PLAGIAT! HARGAI KARYA ORANG🙏. CINTAI KARYA SENDIRI😊 A cover by @iqblnr23