ES dan BATU

730 73 14
                                    

Jika es bisa meleleh karena panas, maka batu bisa berlubang jika terus ditetesi air.

🍁🍁🍁

Dengan langkah malas, Dini menuruni anak tangga menuju parkiran. Sesekali ia membalas senyuman kala disapa oleh teman-temannya.

"Dini!"

"Ya Allah, Tyaaaaa!" Dini menekuk wajahnya. "Eeehh, seneng amat bikin jantung gua maraton."

"Ya, abis... Lu bengong bae."

"Ishh." Cibir Dini.

"Gua duluan, ya? Bye... " Tya melenggang pergi meninggalkan Dini.

"Pergi aja sono! Sekalian gak usah balik!" Kesal Dini.

Ia kembali melangkahkan kakinya menuju parkiran. Lalu pulang dengan keadaan hati yang lelah.

"Sekarang akan terasa canggung," gumamnya membaringkan diri di kasur. Dipandangnya sebuah pigura berisikan dua gadis cantik dengan senyum yang menawan.

"Baek-baek lu sekolah di sana. Awas kalau macem-macem." Ancamnya pada sosok Indah dalam pigura tersebut.

Hari-harinya terasa berbeda ketika di rumah. Tak ada sosok Indah yang selalu mengusili atau sekedar membuat moodnya berantakan. Tak ada lagi sosok Indah yang mampu membuat keadaan hatinya terpaksa  ia bekukan.

Bahkan, hal berbeda pun sama saat ia di sekolah. Lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk belajar. Sebab, ujian nasional telah di depan mata. Bukan hanya itu saja, ia juga tidak saling menyapa dan juga saling mengabaikan dengan Brylian. Brylian menjadi lebih dingin seperti 'ES' dan Dini masih sama seperti dulu 'BATU'. Keduanya bahkan memaksakan diri melupakan rasa yang pernah ada.

Jika mencintai harus diam, maka terungkap harus siap memendam canggung.

🍁🍁🍁

Waktu berlalu dengan begitu cepat. Siang dan malam terus berganti dengan saling memburu. Tak menghiraukan ocehan dan teriakan beberapa orang untuk menyuruhnya berhenti. Guliran takdir setiap orang pun sedang berlangsung. Tunggu saja giliranmu atau dia hari ini.

Terlihat di taman sekolah, sekelompok muda-mudi tengah mengumpulkan beberapa seragam serta perlengkapan sekolah untuk disumbangkan. Bahkan, sesekali mereka bercanda ria. Taman dengan rumput hijau menjadi pilihan yang tepat untuk duduk di sana. Disaat muda-mudi yang lain mencoret-coret seragam mereka untuk kesenangan, lain hal dengan gerombolan Dini dkk. Ya, merekalah muda-mudi yang akan menyumbangkan seragam sekolah layak pakai pada mereka yang membutuhkan.

"Din? Lu habis ini mau kuliah di mana?" tanya Windi seraya merapikan isi kardus di hadapannya.

"Untuk saat ini, gua lagi ikut beasiswa masuk UI ama UGM. Kalau gak masuk, gua mau kuliah di Surabaya. Masuk jurusan kimia."

"Pasti masuklah, Din. Orang lu pintar gini. Iya gak Guys?" Windi beralih tanya pada Elsa, Disan, Mardiyah, Tya,  dan Vyra.

Yang ditanya pun hanya mengangguk mengiyakan.

"

Tapi 'nih, Din. Di Jakarta 'kan banyak universitas bagus. Kenapa kuliahnya harus di Surabaya?" Kini, Elsa menyuarakan tanyanya.

ES dan BATU  (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang