Enam tahun ditolak itu, sakit!
______________________Dini, Brylian, dan Nando berjalan menyusuri koridor setelah bel istirat berbunyi. Sesekali, Dini dan Nando bercanda riah, mengabaikan Brylian. Membuat beberapa bisikan siswi-siswi yang mereka lewati, berdecak kagum pada dua atlet mudah tersebut. Ada juga yang memuji kecantikan serta keberuntungan Dini yang dikelilingi oleh hampir semua atlet sepak bola di sekolah mereka.
"Dini!" Panggil Indah menghentikan candaan Dini dan Nando.
"Iya?" Kedua alis Dini terangkat.
"Tadi mama kasih uang biru dua lembar. Katanya satu buat lo. Gapapa, ya, buat gue aja?"
"Buat gue dua puluh. Mau gue pake buat kerja tugas kimia,"
"Keknya gak, deh, Din. Gue mau bayarin dua kakak beradik Baco makan." Celetuk Indah yang langsung meninggalkan Dini yang mencoba tersenyum. Sedang Nando dan Brylian hanya menjadi penonton.
"Gue gak dibayarin juga, Nda?" tanya Mardiyah yang membuntuti Indah dan dua kakak beradik Baco, Karmila dan Disan.
"Tadi lo gak ada.Jadi jatohnya ngomong gitu,"
"Artinya gue boleh ikut ngantin bareng lo bertiga dong?"
"Ikut aja. Gak usah bacot!" Tegas Indah. Ketiga sahabatnya itu hanya mengikuti jejak Indah.
"Din, senang amat lo sama Indah yang seenaknya ama elu?" tanya Nando.
"Kalau dia bukan adek gue, gak bakal gua semanis ini ama dia,"
"Ada yang jual kacang gak di sekolah ini?" tanya Brylian kala dirinya merasa diasingkan.
"Di kantin ada kacang dua kambing, mau?" tanya Nando yang langsung mendapati sikutan dari Brylian.
"Dasar seglek!" Umpat Brylian.
"Gue balik duluan, ya? Takut dikangenin ama anak-anak di kelas," Ijin Dini yang sudah melangkah jauh meninggalkan Nando dan Brylian yang sedang menyorakinya.
♣
"Haii, Guys! Rindu gak sama gua?" tanya Dini yang langsung disambut oleh Bagas dan Bagus. Dua kembar itu sudah berdiri saja di hadapan Dini.
"Kuenya mana, Din?" tanya Bagus manja.
"Bilang sayang dulu," goda Dini.
Buk!
Sebuah sepatu tepat mendarat di pundak Dini, ia meringis.
"Gua comot itu ginjal kalau ngomong gitu lagi, Din! Jijik tahu!" Dessy melipat kedua tangannya di atas dada, sedang Vyra dan Myra berlagak seakan hampir mengeluarkan seluruh isi perut mereka.
"Itu muka jangan sok imut, Din. Mirip Gumbal yang matanya dilempar pakai panci oleh Anais." Windi mencibir. Menyamakan Dini dengan tokoh dalam serial kartun kesayangannya, the amazing world of Gumball.
KAMU SEDANG MEMBACA
ES dan BATU (TELAH TERBIT)
FanfictionSelepas mencintai, kau harus siap tersakiti. Selepas merindui, kau harus siap kehilangan. Selalu hidup dalam angan itu sakit. Sakit sebelum disakiti. Cek! Cek! Cek! JANGAN PLAGIAT! HARGAI KARYA ORANG🙏. CINTAI KARYA SENDIRI😊 A cover by @iqblnr23