TAK TERDUGA

646 57 6
                                    

I love you from the beginning until later!

____________

Dini melangkahkan kakinya keluar dari taksi setelah membayar.

Udah jam sebelas rupanya. Gumamnya melirik jam di pergelangan tangannya.

"Kok gerbangnya ditutup?" tanyanya pada diri sendiri kala melihat gerbang rumahnya ditutup.

"Dek..? Mbak Rini? Mang Redi?" Panggilnya.

"Dek..? Mbak Arini? Mang Redi?" Ulangnya.

"Halo....? Ada yang dengar Dini? Indah? Mbak Rini? Mang Redi? Halooooo...?" Kesekian kalinya tak ada yang menyahut.

"Ini udah pada tidur atau gimana, sih?" Kesal Dini.

Sekilas ia melirik ke atas gerbang. Kalian tahu apa yang ia lakukan? Dini memanjat gerbang agar dapat memasuki pekarangan rumahnya😂

"Astagfirullah Kakak!" Teriak Indah kala mendapati Dini sedang memanjat gerbang.

"Astagfirullah!" Dini membulatkan matanya sempurna saat pantatnya menyentuh tanah. "Sakit!"

Dini terjatuh saat mendengar teriakan Indah. Indah berlari membantunya berdiri.

"Siapa suruh teriak kek tadi? Jatuhnya 'kan jadinya?" Kesalnya pada Indah.

"Kok nyalahin Indah? Yang nyuruh Kakak manjat gerbang siapa?"

"Abis diteriakin gak ada yang jawab. Kalian ngapain aja sampai gak dengar aku manggil?" tanya Dini saat memasuki rumah pada Indah yang mengekorinya.

"Astagfirullah? Jadi gara-gara ini kalian gak denger aku manggil? Bagus, ya?"

"Hadir!" Jawab Bagus dengan tegas.

Iya. Bagus! Seluruh teman-teman Dini sedang berada di rumahnya. Merayakan pesta kecil-kecilan tentunya. Tunggu dulu... Siapa yang mengundang mereka? Dini? Tentu tidak? Indah? Sepertinya iya.

"Kalian ngapain di sini malam-malam begini?"

"Lah? Elu yang ngundang kok malah nanya." jawab Windi memukul pelan bahu Dini.

"Sini, Din. Kuenya enak." Panggil Elsa dan Tya bersamaan.

Dini membulatkan matanya. Ia berlari kecil ke arah toko kuenya.

Masih ada. Terus mereka makan kue dari mana? Bisa aja beli. Soalnya Indah gak bisa buat kue. Batin Dini. Ia kembali ke dalam rumah.

"Kita gak makan kue elu kok, Din. Tenang aja." David melebarkan senyumannya sembari meneguk minuman di tangannya.

"Lagian 'nih, ya, Din.. Enakan kue ini ketimbang punya elu." Bagus memasukan sepotong tar ke mulutnya.

Siapa? Batin Dini.

"Silakan dinikmati." Seorang dengan nampan berisi kue penuh tersenyum pada teman-temannya. Semua bersorak dan mulai menikmati kue buatannya.

"Eh.. ada Dini? Duduk dulu, Din. Cobain kue buatanku." Seseorang tersebut mempersilakan Dini.

Dengan wajah bingung dan tak percaya, Dini pun menuruti perintahnya. Seseorang tersebut memasukan sepotong cake besar ke mulut Dini.

Enak. Lagi-lagi Dini membatin.

Lalu terkejut akan sesuatu, Dini memuntahkan kue yang dimakannya.

"BRYLIAN NIGIETHA DWIKI ALDAMA NGAPAIN DI SINI, HAH? LU KIRA GUA BAKAL MAAFIN ELU? LU KIRA GUA BAKAL LULUH DENGAN LU BEGINI? LU KIRA GUA SENENG? LU KIRA GUA SUKA? TEGA-TEGANYA LU GAK PEK... KHA MMMMMM." Sepotong cake besar kembali membungkam mulut Dini. Seluruh temannya memandangi.

"Jangan buang makanan! Syukur-syukur hari ini ada. Gimana kalau besok udah enggak ada?" Goda Brylian sambil menutup mulut Dini dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan yang lain memegang erat kedua tangan Dini.

Setelah menelan cake dengan susah payah, Dini berusaha melepaskan tangan Brylian dari mulutnya.

"Sebenarnya lu suka sama gua gak, sih? Setelah gua nyatain perasaan gua, gua kira lu bakal langsung nembak gua. Lu bakalan bilang... Jadian yuk, Din? Eh.. Tahu-tahunya lu malah masa bodoh. Kesal tahu gua ama elu. Jadi cowok gak pekaan." Dini mencibiri dan menghapus air matanya.

DEP!

Sekali tarikan dan Dini sudah berada dalam pelukan Brylian.

Beberapa gadis yang menonton sudah panas-dingin menggigit bawah bibirnya sambil menahan senyuman.

"I love you from the beginning until later!" Tegas Brylian memeluk erat tubuh Dini.

Dini berusaha melepaskan pelukan Brylian.

"Lu ngomong apaan, sih?" Dini menautkan alisnya.

"I  love you from the beginning until later!" Ulang Brylian.

"Bahasa Indonesia bisa gak? Lu 'kan tahu... bahasa Inggris gua nilainya jebol."

Hahaha...! Gelak tawa terdengar riuh. Dini menundukan kepalanya. Sepintar apa pun ia, bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sulit dikuasainya.

"Jadi... artinya apa?" tanya Dini setelah meneguk salivanya.

"Kita jadian!"

Dini membulatkan matanya mendengar ucapan Brylian. Antara kaget dan menahan senyum.

Belum juga Dini menjawabnya, terdengar suara seseorang yang mengejutkan mereka semua. Seluruh tubuh menegang.

"Ada apa ini ramai-ramai? Dini? Indah?"

🔜BERSAMBUNG🔙

Maaf terlambat update🙏🏼 HP-ku masih rusak.
Jangan lupa votte dan comment👌

Salam cinta dari Author yang cantiknya dari lahir😘

ES dan BATU  (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang