Chapter 29

2.2K 70 21
                                    

HAPPY READING

            Pagi sudah tiba, bahkan matahari sudah menyambut Elina yang sedang bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Selesai bersiap siap Elina segera menuju ruang makan, disana sudah ada kedua orang tua Elina, Alga, dan Alvin.

"PAGI SEMUANYAAAAAA!!!!!!" Seru Elina, sedangkan semua yang ada disana hanya menutup telinga.

"Bisa gak sih gak usah teriak teriak?" Tanya Alvin seraya mencubit pipi Elina.

"Aduhhhhh, bisa gak sih gak usah pake nyubit pipi" Ucap Elina, mengelus pipinya yang habis terkena cubitan dari Alvin.

"Udah gak usah berantem" Ucap Charallo, seraya mengoleskan selai coklat ke roti.

          Elina segera duduk dan melahap roti yang sudah dibuatkan oleh Charallo, setelah selesai Elina segera pergi menuju garasi mobilnya. Elina menuju sekolah dengan pikiran yang kacau karena dia masih memikirkan soal pesan misterius yang menyuruhnya untuk menjauhi Jovan. Setelah sampai disekolah dia merasa semua orang menatapnya dengan pandangan yang sangat sulit Elina artikan.

         Saat sampai dikelas semua teman temannya memandangnya dengan tatapan meremehkan, bahkan ada yang bebisik bisik dan menatapnya dengan tatapan sinis, tepat saat itu Dira masuk dengan wajah yang panik.

"Lin lu udah liat mading?" Tanya Dira dengan nada panik.

"Belom emang kenapa?" Tanya Elina balik, dia tidak tau mengapa sahabatnya itu bisa sampai sepanik ini.

"Sekarang mending lu ikut gue" Ucap Dira seraya menarik tangan Elina.

         Dira menarik Elina menuju mading agar Elina tau bahwa dia sedang hangat dibicarakan karena masalah yang mungkin akan membawanya ke jurang masalah yang lebih besar. 

         Saat sampai disana semua orang sedang melihat mading yang membuat Elina penasarang kenapa dirinya dibawa kesini, Dira segera menyuruh semua orang untuk memberi jalan, dan akhirnya ia tau mengapa semua orang menatapnya dengan sinis. Di mading sudah terpampang foto dirinya dan Alga yang sedang menghabiskan waktu bersama, tapi bukan itu yang membuat dada Elina merasa sesak tapi itu karena tulisan yang ada dibawah foto tersebut.

        Elina merasa dirinya dipermalukan, dan dengan segera dia merobek foto tersebut bahkan air matanya sudah keluar karena ia sudah tidak tahan menahannya. Elina segera membuang foto tersebut dan segera pergi dari sana. Dira segera mengejar Elina, dan menemukannya sedang menangis dibawah pohon.

"Lin udah jangan nangis" Ucap Dira mencoba menenangkan Elina.

"Gimana caranya buat berhenti nangis hikss.. se---sedangkan air matanya gak mau berhenti" Ucap Elina, menangis lebih keras.

"Gue malu dikatain kaya gitu Dir, sekarang coba lu pikir gimana kalau lu yang dikatain tukang selingkuh dan murahan? Hati lu sakit gak?" Tanya Elina yang mampu membuat Dira bungkam.

"Gue mungkin akan sama seperti lu, tapi sekarang gak usah nangis lagi ya" Ucap Dira.

"Yukk kita ke kelas" Sambung Dira.

"Gak usah ke kelas, kita ke kantin aja" Ucap Elina menolak.

           Dira segera menelpon Rissa dan Sasha untuk menyusulnya ke kantin saat bel istirahat berbunyi. Dira menyuruh Elina untuk duduk dan segera pergi membelikan minuman untuk Elina.

"Nih minum dulu, biar tenang" Ucap Dira menyodorkan air mineral yang tadi ia beli.

"Makasih Dir" Ucap Elina seraya membuka tutup botol.

"Udah yang tadi gak usah dipikirin" Ucap Dira.

"Gimana ya Dir, lu tau kan kalau Alga itu abang gue? Masa iya gue mau pacaran sama abang gue sendiri?" Ucap Elina dan dibalas anggukan oleh Dira.

FAKE NERD (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang